Loading...
Logo TinLit
Read Story - Phsycopath vs Indigo
MENU
About Us  

 

 

“Aduh!” pekik Alice saat aku mengobati lukanya karena ia terjatuh di jam pelajaran tadi. “He? Sakit ya? Tahan dikit.” Ucapku. Alice adalah temanku. Dia adalah orang yang tulus berteman denganku ketika semua orang menjauhiku. Hanya Alice, dan Fyan, ya hanya mereka berdua temanku.

“Al, darahnya banyak banget nih.” Aku menunjukkan tisu yang terkena darah itu. “Darah..” gumam Fyan yang terdengar olehku. “Kenapa sama darah Fy?” tanyaku yang membuatnya kaget. “Don’t reading my mind!” gerutu Fyan, yang membuat aku dan Alice terkikik geli.

      Selang 15 menit, kita kembali keruang kelas yang disana telah terisi dengan guru IPA. Tapi anehnya, kabut hitam itu lagi-lagi muncul. Aku lebih memilih untuk bungkam, karena jarang yang tau tentang kemampuanku ini. Pak Erlan adalah wali kelasku, sekaligus guru IPA Fisika, “rasa ini, rasa yang aku rasakan waktu ayah akan pergi.” Gumamku dalam hati.

“Feyandra Hustave!” tegur pak Erlan, membuat aku tertegun dari lamunan.

      “I… Iya pak?”, pak Erlan tidak menggubris sepertinya ia hanya coba menyadarkan aku agar fokus pada pelajarannya. Tiap-tiap materi yang ia jelaskan, aku pahami. Tiap gerak-geriknya, membuat aku menangis sendiri, karena laki-laki yang berdiri didepan kelas ini sebentar lagi menjadi seorang calon jenazah.

Kring!!! Bel pulang berbunyi, murid-murid berhamburan keluar kelas meninggalkan tempat mereka duduk manis menimba ilmu. Dalam ruang yang lagi-lagi hening, aku berdiri menatap pak Erlan, kabut hitam itu semakin pekat menyelimuti pak Erlan. Dan rasa kehilangan ini juga semkin pekat, “Fey! Ga pulang?” tanya pak Erlan. “Saya mau pulang pak, tapi pak..” ucapku terhenti, “iya Fey?”. “Bapak hati-hati ya pak!” ucapku dan berlalu. Dari kejauhan, pak Erlan tersenyum kearahku “itu senyuman kematiannya” gumamku.

      Aku malah menangis dikamar mandi sekolah untuk menenangkan diri,aku memandangi diri ini dikaca kamar mandi sekolah, dan aku sadar bahwa aku benci dengan kemampuan ini. Ini tidak akan pernah berguna selamanya, justru hanya menyiksa saja. Setiap hari kabut-kabut hitam itu mengintaiku, mengapa bukan aku saja yang diselubungi kabut hitam? Mengapa kematian tidak berpihak kepadaku saja? Mengapa aku harus melihat orang-orang yang kusayangi diselimuti kabut hitam itu?

“Karena kamulah orang yang ditakdirkan untuk menolongku.” Tubuhku mematung mendengar suara itu, yang kuingat aku hanya sendiri disini. Perlahan aku memberanikan diri untuk melirik sumber suara itu lewat kaca. Ternyata, itu adalah gadis misteri yang pertama kali aku temui disekolah ini. Gadis yang waktu itu kutemui dengan wajah lesu didepan kelas, yang tidak menjawab saat aku menanyakan kelas XI-IPA. Namun, hari ini dia tampak berseri. Senyumannya memberi sebuah rasa harap yang tidak aku mengerti, rambut panjangnya tergerai bebas menutupi setengah wajahnya. “Apa dia membaca pikiranku?” gumamku dalam hati. Matanya berkedip lembut seakan-akan mengatakan ‘ya’.

      “Kamu siapa?” tanyaku. Senyumannya masih bertahan melukiskan sejuta harapan yang entah harapan apa “Riana” jawabnya singkat. “Kamu membaca pikiranku?” tanyaku setengah ragu kepadanya. “Pikiranmu yang memberi tau ku” jawabannya sangat aneh, apa maksudnya. Tiba-tiba senyumannya memudar, airmatanya jatuh, wajahnya pucat pasi “kamu adalah gadis indigo, terimakasih telah datang.” Lanjutnya. Aku menatapnya penuh tanda tanya, siapa dia? Dan apa maksud semua perkataanya?

“Indigo?” tanyaku heran, karena yang kutau saat ini Indigo adalah sebutan untuk warna ungu. Dan tentang kemampuanku, aku menyebutnya sixsense. ”Indigo lebih istimewa daripada sixsense, namun percayalah semua itu anugerah bukan musibah. Masa depan itu misteri, dan kematian adalah bagian dari masa depan. Jangan menyalahkan dirimu sendiri jika kau melihat kabut hitam, karena semua itu adalah takdirnya bukan karena mu.” Ucapnya yang membuatku mengernyitkan kening. “Yang terpenting, bukanlah kehidupan dan kematian. Namun, kehidupan setelah kematian.” Ucapnya. Aku menunduk sesaat memahami kata-katanya. Kepalaku mengangkat kembali, namun Riana sudah menghilang dari tempatnya berpijak. Disanalah aku mulai curiga, dan mulai menyelidiki siapa dia.

                                                    ******

      Aku menghapus semua airmataku, tubuhku terkulai lemas dengan seragam putih abu-abu yang telah lusuh aku berjalan keluar dari kamar mandi. Setidaknya hatiku menjadi lebih tenang karena ucapan Riana ‘semua itu takdirnya, bukan karenamu’.

Aku sengaja melihat-lihat sekolah tua yang sudah sepi ini, tidak ada lagi tanda-tanda aktifitas disini namun setidaknya aku sekaligus mencari informasi tentang Riana.

Aku melihat-lihat taman sekolah, yang letaknya berada dibelakang sekolah. Dedaunan kering masih berserakan ditaman ini, kursi-kursi taman yang kosong meninggalkan misteri karena disanalah aku melihat anak-anak kecil berlarian. Namun bukan manusia.

      Tapi kali ini aku benar-benar melihat manusia. Ya! Itu Fyan, berada di gudang sekolah yang letaknya di lingkup taman itu. Namun, mengapa ada pak Erlan yang sudah terjatuh bermandikan darah disana. Aku membekap mulutku sendiri, saat melihat pisau runcing dengan berbalut darah dipegang oleh Fyan. “Astaga Fyan, hiks..” ucapku tersentak. Fyan masih mengelus-elus pisau nya dihadapan jenazah pak Erlan. Aku berlari untuk pulang, meninggalkan pria physcopath itu, ya aku sudah tau sejak lama ketika aku main kerumahnya.

 

Flashback

      “Fey, aku buat minuman dulu.” Ucap Fyan seraya berjalan kedapur. “Iya” jawabku singkat, entah mulai kapan tanpa aku sadari aku menjadi lebih dekat dengannya. Padahal awalnya, aura nya sangat gelap namun setelah aku kenal dengannya ternyata aura gelap dia memudar berganti dengan warna-warna cerah.

Aku memutuskan untuk menyusulnya didapur, aku melewati kamar tidurnya yang bertema klasik, hening, dan kusam. Sangat monoton.

“Fyan!” teriakku saat melihat Fyan memotong leher seekor kucing, “F.. Fey?” ucapnya melonjak kaget. “Kucing siapa itu? Dan mengapa kamu membunuhnya?!” tanyaku mengintrogasi. Fyan seperti tampak pasrah dengan menampakkan muka yang meminta belas kasihannnya itu. “Aku phsycopath Fey” ucapnay menunduk.

Dia melihat wajahku yang panik “ta.. tapi tenang Fey! Aku tidak akan membunuhmu, kamu temanku dan kamu manusia. Aku hanya membunuh hewan-hewan untuk memuaskan nafsuku. Karena aku terlalu bernafsu kepada darah, aku terobsesi kepada darah, karena jika sehari saja aku tidak melihat darah tubuhku lemas, sangat lemas. Sebab itu selama ini tidak ada yang mau berteman denganku, dan aku sangat beruntung saat kau mau berteman denganku.” Ucapnya menjelaskan. Sejak saat itulah aku dan Fyan saling terbuka, Fyan tau aku seorang indigo, dan aku tau Fyan seorang Phsycopath. Setidaknya kita bernasib sama.

How do you feel about this chapter?

1 1 1 1 1 2
Submit A Comment
Comments (66)
  • ariananadita

    Lihat review dari penulis gramed jadi mampir gue. Katanya ceritanya keren. Tapi pas gue baca gue kecewa. EBInya berantakan. Gaya berceritanya model sinetron. Diksinya biasa banget. Dan ... Penulisnya keknya mengabaikan krisan dari yang lain. Terbukti nggak ada perubahan sejauh ini.

    Comment on chapter My Ability
  • TonnyTanny

    EBI-nya berantakan. Cara berceritanya pun ala2 sinetron. Membosankan.

    Comment on chapter My Ability
  • DeeAnke

    Setuju tuh sama komen di bawah. Selain cerita yang bagus, untuk menjadi penulis yang baik, EBI juga harus diperhatikan. Setidaknya, tahulah peletakkan tanda baca. Saya baru akan like jika sudah diedit. Banyak banget penggunaan tanda baca yang salah.

    Comment on chapter My Ability
  • Fatmafetty

    EBI-nya berantakan. Penulis yang baik itu harus menjadi editor bagi karyanya sendiri.

    Comment on chapter My Ability
  • Aanadana_

    Riweuh ni crta, tp bikin penasaran wk

    Comment on chapter My Ability
  • SyakirDaulay_

    sensor adegan peluk memeluk haha.

    Comment on chapter My Ability
  • AhmedZamZm_

    :*

    Comment on chapter Interdimentional
  • iiibrahim_

    @Kayla_nadira @Ameer_Azzikra follback ig saya:D

    Comment on chapter Between Us
  • Kayla_nadira

    Iya ya, nanti aku bilang in mereka suruh baca cerita ini:D
    @Ameer_Azzikra Pangeran madu endorse mulu #sandaljepit

    Comment on chapter Between Us
  • zufniviandhany24

    Ga tau ane juga bang..
    @Ameer_Azzikra wkwkk tdk menerima endorse;v

    Comment on chapter Between Us
Similar Tags
Di Hari Itu
497      357     0     
Short Story
Mengenang kisah di hari itu.
Gloomy
630      416     0     
Short Story
Ketika itu, ada cerita tentang prajurit surga. Kisah soal penghianatan dari sosok ksatria Tuhan.
Diary of Time
1952      953     3     
Romance
Berkisah tentang sebuah catatan harian yang melintasi waktu yang ditulis oleh Danakitri Prameswari, seorang gadis remaja berusia 15 tahun. Dana berasal dari keluarga berada yang tinggal di perumahan elit Menteng, Jakarta. Ayahnya seorang dokter senior yang disegani dan memiliki pergaulan yang luas di kalangan pejabat pada era pemerintahan Presiden Soekarno. Ibunya seorang dosen di UI. Ia memiliki...
My Dangerious Darling
5319      1942     3     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
Harap sang Pemimpi
578      390     4     
Short Story
Setiap sukses bukanlah dari hal yang mudah, melainkan dari sebuah pengorbanan yang indah.
KETIKA SENYUM BERBUAH PERTEMANAN
573      408     3     
Short Story
Pertemanan ini bermula saat kampus membuka penerimaan mahasiswa baru dan mereka bertemu dari sebuah senyum Karin yang membuat Nestria mengagumi senyum manis itu.
THE STORY OF THE RAIN, IT’S YOU
885      529     8     
Short Story
Setelah sepuluh tahun Mia pulang ke kampung halamannya untuk mengunjungi makam neneknya yang tidak dia hadiri beberapa waktu yang lalu, namun saat dia datang ke kampung halamannya beberapa kejadian aneh membuatnya bernostalgia dan menyadari bahwa dia mempunyai kelebihan untuk melihat kematian orang-orang.
Aroma Parfum
618      457     5     
Short Story
Intania Sucita Nugraha, seorang gadis 17 tahun yang memiliki hobi menggambar sebagai pelampiasan isi hatinya. Hari itu disaat dia menggambar di pinggir danau, sebuah aroma parfum melintas di belakangnya. Saat mencium aroma parfum tersebut, ada suatu kenangan yang teringat kembali diingatannya. Kenangan apakah yang kembali diingatnya? Apakah kenangan itu suatu hal yang baik ataukah buruk?
Life
338      236     1     
Short Story
Kutemukan arti kehidupan melalui kalam-kalam cinta-Mu
JANJI 25
224      175     0     
Romance
Pernahkah kamu jatuh cinta begitu dalam pada seseorang di usia yang terlalu muda, lalu percaya bahwa dia akan tetap jadi rumah hingga akhir? Nadia percaya. Tapi waktu, jarak, dan kesalahpahaman mengubah segalanya. Bertahun-tahun setelahnya, di usia dua puluh lima, usia yang dulu mereka sepakati sebagai batas harap. Nadia menatap kembali semua kenangan yang pernah ia simpan rapi. Sebuah ...