Loading...
Logo TinLit
Read Story - Phsycopath vs Indigo
MENU
About Us  

 

 

 

                Pagi menjelma tergantikan bersama puing-puing aksara, deraian cahayanya membuang segala derita. Di tiap-tiap detiknya pada menit pertama telahku dapatkan nada diantara rona mentari yang menyapa. Hentakan-hentakan pelari pagi bergema disepanjang jalan, rintik-rintik mulai membasahi langit kecil di kesejukan pagi yang menyapa tetes embun pada album hari. Kilatan sesosok yang terlintas dikala hujan berbisik membuat bulu kudukku berdiri sendiri. Aku sengaja duduk dibawah naungan pohon tua yang berada ditaman, karena gerimis hujan hampir membuat bajuku lusuh dan basah.

                Pohon tua itu, menjadi misteri dibalik mitos-mitos yang beredar. Tentang dendam anak kecil yang dikubur hidup-hidup dibawah pohon tua itu hingga menjadi perbincangan warga sekitar karena arwahnya yang terus bergentayangan. Dan aku rasa itu benar. Baru sekitar tiga menit aku duduk dibawah pohon tua itu, kilatan sesosok anak kecil berdiri dihadapanku matanya merah kulitnya hitam legam.

“Mau apa kamu?” ucapku kaget dan segera berdiri dari tempat dudukku.

                “Balas dendam kepadamu.” Ucapnya, aku tau ini bukanlah arwahnya tapi ini adalah sesosok jin yang menyerupai wujudnya saja.

“Bukan aku yang menguburmu!”

                “Aku tidak perduli!” ucapnya meninggikan nada, ia semakin maju kearahku sedangkan aku menjadi mundur menjauhinya. “Fey!” teriak seseorang, ternyata itu Fyan, tubuhku lemas ketakutan kalau saja Fyan tidak datang aku tidak tau apa yang sedang terjadi padaku.

“Hey, libur sekolah gini masih aja sendirian lari paginya.” Ucapnya membuka pembicaraan

                “Aku ga sendiri, aku punya mereka” Fyan mengernyitkan alisnya sesaat.

“Ya ya ya, kamu itu asik ya, dapat berteman dengan mereka, pasti sosoknya dipenuhi darah. Hem, tidak seperti aku, kalau ingin lihat darah saja harus mengorbankan hewan.” Aku tertegun dengan ucapannya, dia berucap seakan-akan tidak berdosa, padahal manusia juga dibunuh olehnya.

“Aku terlalu terobsesi dengan darah, dan jika aku ingin memuaskan nafsuku, aku harus membunuh hewan. Kalau aku jadi kamu, pasti aku bisa lihat darah kapanpun yang aku mau.” Lanjutnya.

                “Kamu salah, aku sangat menyesal mempunyai kemampuan ini. Aku selalu dianggap aneh, kenapa.. kenapa mereka hanya berkata hanya apa yang mereka lihat? Hanya karna mereka belum pernah berada diposisiku bukan berarti mereka benar, kan?.” ucapku menahan airmata yang hampir jatuh.        

“Aku? Aku disebut pembawa kematian dan ayahku dituduh memiliki ilmu spiritual hitam, aku dituduh ini-itu yang tidak pernah aku lakukan, sementara mereka yang berdosa terlihat suci tak bernoda. Apa ini hukum alam? Jika aku bisa mewarisi kemampuan ini, akan aku warisi sama kamu, aku ga mau anakku nanti merasakan kepahitan yang sama yaitu tidak bisa menikmati hidup, dan tidak akan pernah” lanjutku, dan ternyata buliran airmata telah bergelimang dipipiku.

“Fey..” lirih Fyan, Fyan menatapku dalam-dalam, aku benci dengan tatapan ini karena ini adalah ratapan kasihan. Sedangkan aku, tidak butuh belas kasihan siapapun.

“Jika hidup adalah perjalanan, maka nikmatilah dengan kedamaian. Namun, jika hidup adalah deretan nada dan luka, maka ampunilah atma kedukaan. Hidup tak akan pernah berakhir sebelum segala aksara tercipta pada lembar-lembar kertas kehidupan. Nikmatilah dengan bersyukur, karena dengan bersyukur kita dapat menikmati hidup. Hidupmu, harus jadi kertas suci dan inspirasi. Bukan puingan abu.” Ucap Fyan dan melempar senyum khasnya.

                Ternyata aku salah, aku kira dia hanya kasihan kepada hidupku namun dia juga memberi inspirasi yang mungkin itu dapat mengubah pola pikirku. Tapi kenapa dia memberi harapan hidup kepadaku? Sedangkan, mereka yang mempunyai harapan hidup malah dibunuh.

­­”Andai mengungkapkannya semudah menggulung kertas” gumam Fyan, aku dapat mendengar apa yang ia katakan dihatinya, tapi aku tidak mengerti maksudnya, senyuman getir pun tersungging dari sudut bibirnya. Seketika aku takut menatapnya, aku termakan nasihatnya sampai aku lupa taktik seorang pembunuh. Namun detik itu menjadi saksi dimana harapan hidupku hadir kembali. Nasihat Fyan selalu terngiang didalam memori ingatanku, hidupku harus jadi kertas suci dan inspirasi bukan puingan abu. Mungkin ada dua alasan mengapa aku mempunyai semangat hidup hingga kini, yaitu Ibu dan Fyan. Ya, Edric Salafyan, seorang pembunuh yang hanya butuh waktu 30 detik untuk menghadirkan harapan hidupku.

                Siklus kehidupan berganti, dimana aku menjadi lebih semangat berjalan diatas nabastala ini. Entah mengapa, Fyan dan Riana sangat cocok, mereka berdua adalah orang yang aku cari selama ini. Dua orang yang menghadirkan ketenangan tanpa perlu dipinta kehadirannya.

                                                                                ******

                “Pagi.” Sapa Fyan saat aku baru duduk disebelahnya, aku hanya tersenyum paksa untuk menjawabnya. Entah mengapa, rasa benci dan takut ini selalu saja timbul ketika aku berada disampingnya.

“Ma…”

                “Maaf karena akhir-akhir ini kamu menjauhiku?” potong Fyan saat aku hendak bicara.

“Seb..”

                “Sebenarnya kamu tidak bermaksud?” potong Fyan kembali, aku menjadi risih karena perkataan nya yang seolah-olah bisa membaca pikiranku. Atau memang bisa? Entahlah.

“Ada ya…”

                “Ada yang kamu ingin tanyakan kepadaku?” Potong Fyang kembali, aku mengernyitkan alis tidak percaya karena ia memang benar-benar tau apa yang ingin aku katakan.

”Ke..”

                “Kenapa aku tau pikiranmu? Heh, jelaslah aku tau, otakmu transparan.” Ucap Fyan dengan terkikik geli. Aku hanya menggeleng-geleng kepala tidak percaya apa yang ia katakan barusan, sebelum akhirnya bel masuk berbunyi.

“Pagi..” ucap bu Audy ketika memasuki ruang kelas yang riuh, “pagi bu Audy!” jawab anak-anak kembali.

“Hari ini ibu hanya memberi tugas kelompok yang harus kalian kumpulkan besok pagi! Kelompoknya kalian tentuin sendiri ya!”

                Alice yang duduk didepan Fyan menengok kearah belakang “Fy, Fey! Kita sekelompok ya, kerjainnya dirumah Fyan aja.” Ucap Alice. Fyan menaikkan satu alisnya dan menatap Alice dingin “heh? Rumahku? Apa-apaan?!” ucap Fyan dengan nada tinggi. “Ayolah Fy, sekali aja” bujukku, akhirnya Fyan menganggut dengan cepat karena bujukkanku.

                                                                                *****

                “Kalian kekamarku aja, aku mau buat minuman dulu, jangan sentuh apapun!” ucap Fyan ketika aku dan Alice sampai di rumahnya. Aku melihat seisi ruangan kamar klasiknya, namun mataku terpaku pada satu foto dimeja tidurnya. “Bongkarlah semuanya” itu suara samar-samar Riana, dan aku menyadari bahwa foto itu adalah foto Riana, tapi apa maksud Riana? Bongkar semuanya? Apa yang harus aku bongkar? Apa sebuah buku didepan foto itu? Tapi bagaimana aku mengambilnya, sedangkan Fyan melarang untuk menyentuh apapun.

                “Alice, aku mau nanya!” bisikku saat Alice tengah sibuk dengan laptopnya.    

“Nanya apa Fey?”

                “Itu Riana?” tanyaku menunjuk foto diatas meja tidur itu. Alice yang tadi sibuk mengetik, tiba-tiba jarinya berhenti dan beku begitu saja.

“Fey, aku sudah bilang, jangan pernah kamu cari tau siapa Riana. Jangan tanya-tanya tentang dia sama aku!” ucap Alice dengan nada tinggi, aku mengernyitkan alisku, kenapa semua orang seakan-akan benci dengan Riana sebenarnya dosa apa yang Riana lakukan?

“Nih minuman untuk kalian!” Fyan datang memecah suasana yang beku itu. Suasana kamar sangat gelap hingga Fyan tersandung tas yang kutaruh dibawah.

                Prang!!! Gelas yang dibawanya jatuh dan pecah, Alice segera menyalakan lampu dan mengambil tisu untuk kakiku yang terkena pecahan gelasnya. “Sini-sini biar aku aja!” ucap Fyan seraya merebut tisu dari tangan Alice, aku melihat Fyan yang bersimpuh dihadapanku, terkadang aku lihat mata sayupnya terpejam. Aku takut dengan tingkahnya yang mengobati luka ini, aku takut penyakitnya kembali kambuh, yaitu psikopat.

“A.. aku, aku mau kekamar mandi dulu..” ucap Alice dan segera keluar dari kamar, sedangkan Fyan mengepal tisu yang ternoda dengan darah segar itu, dan segera berdiri dihadapanku “permisi sebentar ya.” Ucapnya. Kini aku tinggal sendiri dalam kamar bernuansa klasik itu, aku ingin mencari tau lebih lengkap tentang Fyan dan Alice, namun aku sekarang terjebak dalam misteri yang mati petunjuknya. Tidak ada satupun clue yang tersisa untuk aku bongkar, kecuali buku itu. Haruskah aku mencurinya?

                Sudah hampir 15 menit Alice dan Fyan tidak kembali kekamar ini, akhirnya aku memutuskan untuk mencari mereka. Baru saja gagang pintu aku buka, bercak darah telah menghiasi lantai-lantai itu. Tubuhku seketika lemas tak bertenaga, bibirku gemetar tak karuan aku ingin teriak tapi aku takut, semua airmata itu rasanya belum kering atas pembunuhan pak Erlan, namun siapa lagi yang dibunuh dan siapa pembunuhnya? Apa Fyan membunuh Alice, apakah aku korban selanjutnya?

Aku berlari menuju pintu depan, namun na’as pintunya terkunci dibawah pintu pun ada sebilah pisau yang berbalut darah, dadaku terasa sesak, mungkin esok aku pulang hanya tinggal nama. Aku benci rumah ini. Sekarang hanya tinggal keringat yang lebih banyak dari biasanya, airmata yang terus keluar dari pelupuknya, serta mulut yang tak henti-hentinya berdoa.

                Aku berlari kecil ke pintu belakang yang letaknya berada didapur, semua darah menghiasi pintu itu, pintu yang terbuat dari kaca. Aku menelan ludah, yang ada saat ini dipikiranku hanyalah nasib Alice.

“Fey..” ucap lirih seseorang, dengan sigap aku membalikkan tubuhku, dan ternyata itu adalah Fyan. Ditangannya terdapat dua pisau yang tajam, sangat tajam menurutku. “Kamu, kamu jahat Fy! Kamu beri aku harapan hidup, namun kamu akhiri mereka yang mempunyai harapan hidup! Phsycopath!” teriakku, aku berlari kelantai atas, tubuhku gemetar menaiki anak tangga. “Fey!” teriak Fyan dari lantai bawah. Aku bingung harus berlari kemana lagi, rumah ini sangat mewah, namun tidak ada siapa-siapa yang menghuninya. Kemana lagi aku harus meminta pertolongan?

                Aku masuk kesebuah gudang yang letaknya disamping kamar kosong, ternyata disana berisi bangkai-bangkai hewan yang dibunuh oleh Fyan. Aku jatuh digudang itu, energiku amat terkuras disini. Tubuhku tersandar pada salah satu benda yang tertutup kain putih, baunya busuk menyengat. Aku buka kain penutup itu, dan terlihat seonggok mayat yang sudah terkelupas semua kulitnya. Perlahan aku pinggirkan rambutnya, dan itu Riana. Mayat Riana yang duduk dikursi!

Darahnya telah berubah menjadi hitam, aku menyalakan senter handphone ku dan betapa mengenaskannya Riana, matanya masih melotot sedangkan yang satunya sudah tidak ada. Kakinya sudah membusuk, namun mengapa seragam putih abu-abunya masih bersih tak ternoda? Bahkan seperti baru. Aku memberanikan diri mengusap wajah Riana agar tertutup matanya. Setidaknya biarlah Riana tidak merasakan sakit karena kehilangan satu bola matanya.

               

 

 

 

 

How do you feel about this chapter?

1 1 1 1 0 3
Submit A Comment
Comments (66)
  • ariananadita

    Lihat review dari penulis gramed jadi mampir gue. Katanya ceritanya keren. Tapi pas gue baca gue kecewa. EBInya berantakan. Gaya berceritanya model sinetron. Diksinya biasa banget. Dan ... Penulisnya keknya mengabaikan krisan dari yang lain. Terbukti nggak ada perubahan sejauh ini.

    Comment on chapter My Ability
  • TonnyTanny

    EBI-nya berantakan. Cara berceritanya pun ala2 sinetron. Membosankan.

    Comment on chapter My Ability
  • DeeAnke

    Setuju tuh sama komen di bawah. Selain cerita yang bagus, untuk menjadi penulis yang baik, EBI juga harus diperhatikan. Setidaknya, tahulah peletakkan tanda baca. Saya baru akan like jika sudah diedit. Banyak banget penggunaan tanda baca yang salah.

    Comment on chapter My Ability
  • Fatmafetty

    EBI-nya berantakan. Penulis yang baik itu harus menjadi editor bagi karyanya sendiri.

    Comment on chapter My Ability
  • Aanadana_

    Riweuh ni crta, tp bikin penasaran wk

    Comment on chapter My Ability
  • SyakirDaulay_

    sensor adegan peluk memeluk haha.

    Comment on chapter My Ability
  • AhmedZamZm_

    :*

    Comment on chapter Interdimentional
  • iiibrahim_

    @Kayla_nadira @Ameer_Azzikra follback ig saya:D

    Comment on chapter Between Us
  • Kayla_nadira

    Iya ya, nanti aku bilang in mereka suruh baca cerita ini:D
    @Ameer_Azzikra Pangeran madu endorse mulu #sandaljepit

    Comment on chapter Between Us
  • zufniviandhany24

    Ga tau ane juga bang..
    @Ameer_Azzikra wkwkk tdk menerima endorse;v

    Comment on chapter Between Us
Similar Tags
Penantian Terakhir
598      424     4     
Short Story
Dan apapun itu, yang kulakukan adalah demi kebahagiaanmu. Percayalah. Pedihku tidaklah lagi penting.
THE LIGHT OF TEARS
19971      4335     61     
Romance
Jika mencintai Sari adalah sebuah Racun, Sari adalah racun termanis yang pernah Adam rasakan. Racun yang tak butuh penawar. Jika merindukan Sari adalah sebuah kesalahan, Sari adalah kesalahan terindah yang pernah Adam lakukan. Kesalahan yang tak perlu pembenaran. Jika menyayangi Sari adalah sebuah kegelapan, Sari adalah kegelapan yang hakiki yang pernah Adam nikmati. Kegelapan yang tak butuh pene...
The Black Hummingbird [PUBLISHING IN PROCESS]
23280      2824     10     
Mystery
Rhea tidal tahu siapa orang yang menerornya. Tapi semakin lama orang itu semakin berani. Satu persatu teman Rhea berjatuhan. Siapa dia sebenarnya? Apa yang mereka inginkan darinya?
Who Is My Husband?
15331      2959     6     
Romance
Mempunyai 4 kepribadian berbeda setelah kecelakaan?? Bagaimana jadinya tuh?! Namaku.....aku tidak yakin siapa diriku. Tapi, bisakah kamu menebak siapa suamiku dari ke empat sahabatku??
sHE's brOKen
7444      1792     2     
Romance
Pertemuan yang tak pernah disangka Tiara, dengan Randi, seorang laki-laki yang ternyata menjadi cinta pertamanya, berakhir pada satu kata yang tak pernah ingin dialaminya kembali. Sebagai perempuan yang baru pertama kali membuka hati, rasa kehilangan dan pengkhianatan yang dialami Tiara benar-benar menyesakkan dada. Bukan hanya itu, Aldi, sahabat laki-laki yang sudah menjadi saksi hidup Tiara yan...
Gino The Magic Box
4890      1553     1     
Fantasy
Ayu Extreme, seorang mahasiswi tingkat akhir di Kampus Extreme, yang mendapat predikat sebagai penyihir terendah. Karena setiap kali menggunakan sihir ia tidak bisa mengontrolnya. Hingga ia hampir lulus, ia juga tidak bisa menggunakan senjata sihir. Suatu ketika, pulang dari kampus, ia bertemu sosok pemuda tampan misterius yang memberikan sesuatu padanya berupa kotak kusam. Tidak disangka, bahwa ...
When I Met You
654      379     14     
Romance
Katanya, seorang penulis kualat dengan tokohnya ketika ia mengalami apa yang dituliskannya di dunia nyata. Dan kini kami bertemu. Aku dan "tokohku".
LOVE IN COMA
582      423     7     
Short Story
Cerita ini mengisahkan cinta yang tumbuh tanpa mengetahui asal usul siapa pasangannya namun dengan kesungguhan didalam hatinya cinta itu tumbuh begitu indah walaupun banyak liku yang datang pada akhirnya mereka akan bersatu kembali walau waktu belum menentukan takdir pertemuan mereka kembali
Sweet Sound of Love
476      314     2     
Romance
"Itu suaramu?" Budi terbelalak tak percaya. Wia membekap mulutnya tak kalah terkejut. "Kamu mendengarnya? Itu isi hatiku!" "Ya sudah, gak usah lebay." "Hei, siapa yang gak khawatir kalau ada orang yang bisa membaca isi hati?" Wia memanyunkan bibirnya. "Bilang saja kalau kamu juga senang." "Eh kok?" "Barusan aku mendengarnya, ap...
Dear Vienna
393      301     0     
Romance
Hidup Chris, pelajar kelas 1 SMA yang tadinya biasa-biasa saja sekarang jadi super repot karena masuk SMA Vienna dan bertemu dengan Rena, cewek aneh dari jurusan Bahasa. Ditambah, Rena punya satu permintaan aneh yang rasanya sulit untuk dikabulkan.