Loading...
Logo TinLit
Read Story - My X Idol
MENU
About Us  

Kata-kata Rangga seolah menjadi label yang selalu mengingatkanku ketika sedang berkaca atau melamun. Biasanya kalimat yang terlontar dari laki-laki itu mudah hilang bagai buih, tapi sekarang seperti ukiran di atas sebuah pohon kayu yang kuat.

“La, jadi gak beli hadiah buat Rangga. Aku sama Bram mau beli nih sekarang,” kata Sinta mengganggu lamunanku.

“Oh, gak deh, kalian aja, aku mau ketemu Kang Ikal sekarang.”

“Oke. Hati-hati ya, kalau Kang Ikal macem-macem teriak aja. Kita duluan ya.”

Hari ini aku berencana menemui Kang Ikal untuk mengembalikan buku-bukunya. Bukan karena aku sudah tidak membutuhkannya lagi, tapi semua tentang Kang Ikal hanya menjadi batu kerikil yang tidak nyaman bila diinjak. Terlebih, Rangga dan Bram sudah susah payah mencari buku-buku tersebut, sehingga kupikir lebih baik meminjam dari mereka berdua saja.

"Nila, udah lama?" Tanya Kang Ikal setelah melihatku dan kemudian duduk di hadapanku.

Aku tersenyum, bukan lagi senyum malu, atau bahagia, tapi senyum yang dipaksakan.

"Baru kok Kang. Akang mau beli makan?" Tawarku basa-basi.

"Ah, gak usah masih kenyang. Nila mau makan?"

"Aku udah pesen jus kok."

"Ohh. Ngomong-ngomong ada apa ya?"

Aku menyerahkan setumpuk buku-buku milik Kang Ikal.

"Makasih Kang," kataku.

"Loh udah gak di pake lagi?" Tanya Kang Ikal.

"Bukan Kang, aku udah beli beberapa buku ini. Rangga juga, jadi aku mau balikin aja Kang. Takutnya Akang juga butuh buat skripsi nanti."

Kang Ikal menerimanya, namun sekilas raut wajahnya tidak terlihat senang.

"Padahal gak apa-apa, pake aja."

"Hahaha, aku takut ngerepotin. Lagian ada Rangga sekarang, bisa pinjem dia."

"Kamu udah baikan sama dia?"

"Baikan? Aku?"

"Iya. Dulu keliatannya kamu gak begitu suka sama Rangga."

Begitu ya? Justru aku lebih terkejut karena tidak lagi membenci si mantan kampret satu itu. Aneh!

"Mungkin penilaian aku bisa berubah sama orang lain."

"Oh gitu ya? Hati-hati loh, fansya Rangga kan brutal-brutal. Jangan sampe kamu terlibat sama mereka."

"Iya Kang. Selama ada Rangga di samping aku, semuanya pasti baik-baik aja. Oh iya Kang, udah dulu ya, aku masih ada urusan."

Aku bangkit membawa gelas berisi jusku untuk pergi meninggalkan Kang Ikal. Tak nyaman kini yang aku rasakan jika dekat dengannya.

"Nila." Kang Ikal memanggilku. "Sekarang kamu suka sama Rangga ya?"

Kini senyuman yang kuperlihatkan bukanlah senyuman atas dasar keterpaksaan, melainkan senyuman tulus dan bangga.

"Kayaknya Akang salah deh, Rangga yang suka sama aku, dari dulu."

Iya. Aku mau melafalkannya keras-keras. Laki-laki yang melulu akan ketenaran dan keterampilan luar biasa itu, nyatanya hanya mencinta satu perempuan yang sama sejak dulu.

****

Selain menghadiri premiere film terbaru Rangga, tak jauh dari hari itu, Rangga berulang tahun. Dia termasuk laki-laki yang tak acuh dengan hari lahirnya, mungkin kali ini berbeda, bisa saja Rangga merayakan ulang tahunnya bersama para penggemar. Bukankah hal seperti itu biasa dilakukan para artis?

Lilin aromaterapi menjadi pilihan barang yang akan kubungkus kertas kado untuk diberikan padanya. Super mal yang pernah kudatangi dengan Rangga dulu menjadi tempat pilihanku, waktu itu saat kami berkeliling, Rangga sempat melihat-lihat jajaran lilin aromaterapi dan kupikir tak ada salahnya menjadikan lilin itu sebagai hadiah. Apalagi suasana di dalam apartemennya seperti tidak hidup dan kaku, dengan ini semoga rasanya bisa lebih hidup.

Sehabis itu, aku tak sengaja melihat sosok wanita dan seorang remaja perempuan sedang berada di dalam toko pakaian terkenal. Aku menghampiri mereka karena keduanya tak asing di mataku.

"Tante Yuli," sapaku.

Wanita yang kupanggil Tante Yuni itu memalingkan wajahnya ke arahku. Ia terlihat terkejut dan tersenyum lembut.

"Loh, Nila, kamu ada di sini toh," katanya.

Aku terkekeh dan menyalaminya.

"Kak Lala!" Anak perempuan yang bersama Tante Yuli pun menyapaku dengan panggilan khasnya padaku.

"Luna!!!" Kataku. "Kamu udah gede aja ih!" Kataku lagi sambil mencubit pipinya yang chubby.

"Udah lama Tante gak ketemu kamu. Gimana kabarmu, Nak?"

"Baik Tante. Tante sendiri gimana?"

"Alhamdulillah." Tante Yuli terus saja melihat ke arahku. "Tante kangen, kita makan siang bareng yuk."

"Boleh Tante. Tante belanja aja dulu, aku temenin."

****

Tante Yuli memberondongiku dengan beragam pertanyaan, mulai dari kabar kedua orang tuaku, bagaimana kuliahku, hingga hubunganku dengan Rangga.

"Rangga yang ngotot pingin pindah ke Bandung, kuliah di kampus Kakeknya, Tante juga gak bisa larang dia sekarang," terang Tante Yuli.

Yayasan yang menaungi kampusku itu adalah milik Kakeknya Rangga, bisa dibilang Kakek Tirinya. Ibu dari ayahnya Rangga menikah lagi dengan cinta pertamanya saat SMP ketika keduanya pernah gagal dalam membina hubungan rumah tangga dengan lain orang. Dan kisah cinta keduanya pun abadi hingga Nenek Rangga meninggal.

"Dari dulu Rangga gak pernah deket sama Kakeknya, tapi ya sekarang mau gimana lagi, cuma dia penerus usaha Kakeknya."

Aku menyimak cerita Tante Yuli. Entah apa yang menjadi latar belakangnya, tapi Rangga memang tak dekat dengan Kakek tirinya yang super kaya itu. Dari cerita Tante Yuli, Kakeknya tak memiliki anak bahkan cucu, walaupun bukan dari darah dagingnya sendiri, tapi Kakek Tirinya itu sangat menyayangi cucu-cucunya, meskipun cara beliau mendidik cukup tegas, maklum, beliau veteran.

"Tapi kenapa sekarang Rangga mau Tante?" Tanyaku.

"Masa kamu gak tau?"

Aku menaikkan kedua alisku memasang wajah aku-memang-gak-tau-Tante. Dagu Tante Yuli terangkat lalu mengarah padaku dan tersenyum malu-malu. Hal tersebut membuat kedua mataku hampir saja melompat dari tempatnya.

"Gak mungkinlah Tante." Kataku. Seberapa besar memang pengaruhku pada kehidupan Rangga. Laki-laki itu memang menyukaiku, tapi tidak sebesar itu juga.

"Lalu siapa lagi yang dia cari di Bandung selain kamu? Lagian sekarang kan dia gak akan kerja di dunia entertainmen lagi, mau ngurus perusahaan Kakeknya di Bandung setelah beres kuliah, itung-itung ngegantiin mendiang Papahnya."

Mendiang?

"Maksud Tante apa?" Kataku penasaran.

Wajah Tante Yuli memperlihatkan ekspresi terkejut dan seolah-olah ia baru saja mengucapkan kalimat rahasia.

"Kamu gak dikasih tau Rangga ya?"

Aku menggeleng. Tante Yuli sedikit menunduk, ia menghela nafas panjang lalu menghembuskannya perlahan.

"Papahnya Rangga kecelakaan di Bandung waktu mau pulang kerja. Di jalan jantungnya kambuh dan...."

Tante Yuli tak melanjutkan kalimatnya, aku pun sudah tidak fokus dengan ucapan Tante Yuli. Kepalaku tiba-tiba saja berat dan berputar, telingaku berdengung yang semakin kemari, semakin sunyi dan senyap.

Tanpa sadar, ada lelehan air mata mengalir di atas pori-pori wajahku. Mataku kemudian buram dan berat, ada sesuatu yang tercekat ditenggorokanku hingga mulutku hanya bisa terbuka tanpa melontarkan kata-kata.

Sesuatu yang tidak pernah aku bayangkan sebelumnya, tentang alasan Rangga menghilang dulu. Mungkinkah karena ini semua?

‘Gak apa-apa, sekarang ada aku,’

‘Gak perlu, selama ada aku, kamu gak perlu ngeluarin uang.’

‘Kamu gak perlu susah kalau ada aku.’

****

Suara panggilan tunggu dari ponsel Rangga masih berbunyi, pertanda laki-laki itu belum juga mengangkat panggilan teleponku. Sudah lima kali kuhubungi, tapi dia tidak membalasnya.

Hingga suara panggilan tunggu itu berakhir dan berganti dengan suara berat seorang laki-laki yang memanggil namaku.

Air mataku lagi-lagi meleleh setelah suara Rangga bisa kudengar via telepon. Bagaimana pun kini rasanya cemas, sedih, marah, dan merindukan laki-laki itu.

"Kenapa Ta?" Tanyanya dengan nada khawatir yang kentara.

"Kamu dimana?" Tanyaku tidak jelas. Suaraku parau akibat tangis yang tak henti-henti seharian ini.

"Aku di Jakarta. Ada masalah apa, Ta? Kamu nangis? Kenapa? Nanti aku pulang cepet ya, kamu tunggu aja."

Iya. Aku tak perlu takut Rangga pergi lagi, katanya ia berjanji akan pulang menemuiku. Iya. Aku pun tak perlu sedih karena Rangga akan datang padaku. Tapi, aku masih marah padanya karena selalu berjuang sendiri di belakangku. Ditambah, kini aku merindukannya.

"Ta!" Kembali Rangga memanggilku.

"Cepet pulang," rengekku. "Aku mau ngomong sama kamu."

"Iya-iya, lusa aku pulang. Kamu tunggu ya."

"Pulang!"

"Iya."

Pulanglah. Aku akan menunggumu, kali ini dengan merindukanmu. Tanpa membencimu atau kecewa padamu. Pulanglah. Karena akupun kini tak bisa melupakanmu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dayana_putri

    Mantan oh mantan... Kenapa kau jadi lebih menawan setelah jadi mantan?

    Comment on chapter Bertemu Dengan Masa Lalu
Similar Tags
Listen To My HeartBeat
606      367     1     
True Story
Perlahan kaki ku melangkah dilorong-lorong rumah sakit yang sunyi, hingga aku menuju ruangan ICU yang asing. Satu persatu ku lihat pasien dengan banyaknya alat yang terpasang. Semua tertidur pulas, hanya ada suara tik..tik..tik yang berasal dari mesin ventilator. Mata ku tertuju pada pasien bayi berkisar 7-10 bulan, ia tak berdaya yang dipandangi oleh sang ayah. Yap.. pasien-pasien yang baru saja...
Last October
1926      771     2     
Romance
Kalau ada satu yang bisa mengobati rasa sakit hatiku, aku ingin kamu jadi satu-satunya. Aku akan menunggumu. Meski harus 1000 tahun sekali pun. -Akhira Meisa, 2010. :: Terbit setiap Senin ::
LOVE IN COMA
572      415     7     
Short Story
Cerita ini mengisahkan cinta yang tumbuh tanpa mengetahui asal usul siapa pasangannya namun dengan kesungguhan didalam hatinya cinta itu tumbuh begitu indah walaupun banyak liku yang datang pada akhirnya mereka akan bersatu kembali walau waktu belum menentukan takdir pertemuan mereka kembali
Jika Aku Bertahan
13060      2735     58     
Romance
Tidak wajar, itu adalah kata-kata yang cocok untuk menggambarkan pertemuan pertama Aya dengan Farel. Ketika depresi mengambil alih kesadarannya, Farel menyelamatkan Aya sebelum gadis itu lompat ke kali. Tapi besoknya secara ajaib lelaki itu pindah ke sekolahnya. Sialnya salah mengenalinya sebagai Lily, sahabat Aya sendiri. Lily mengambil kesempatan itu, dia berpura-pura menjadi Aya yang perna...
Stuck On You
336      269     0     
Romance
Romance-Teen Fiction Kisah seorang Gadis remaja bernama Adhara atau Yang biasa di panggil Dhara yang harus menerima sakitnya patah hati saat sang kekasih Alvian Memutuskan hubungannya yang sudah berjalan hampir 2 tahun dengan alasan yang sangat Konyol. Namun seiring berjalannya waktu,Adhara perlahan-lahan mulai menghapus nama Alvian dari hatinya walaupun itu susah karena Alvian sudah memb...
Surat untuk Tahun 2001
5741      2267     2     
Romance
Seorang anak perempuan pertama bernama Salli, bermaksud ingin mengubah masa depan yang terjadi pada keluarganya. Untuk itu ia berupaya mengirimkan surat-surat menembus waktu menuju masa lalu melalui sebuah kotak pos merah. Sesuai rumor yang ia dengar surat-surat itu akan menuju tahun yang diinginkan pengirim surat. Isi surat berisi tentang perjalanan hidup dan harapannya. Salli tak meng...
SECRET IN KYOTO
561      408     6     
Short Story
Musim semi adalah musim yang berbeda dari empat musim lainnya karena selalu ada kesempatan baru bagiku. Kesempatan untuk tumbuh dan mekar kembali bersama dengan kenangan di masa lalu yang kuharap akan diulang kembali.
Confession
576      421     1     
Short Story
Semua orang pasti pernah menyukai seseorang, entah sejak kapan perasaan itu muncul dan mengembang begitu saja. Sama halnya yang dialami oleh Evira Chandra, suatu kejadian membuat ia mengenal Rendy William, striker andalan tim futsal sekolahnya. Hingga dari waktu ke waktu, perasaannya bermetamorfosa menjadi yang lain.
Yang ( Tak ) Di Impikan
569      428     4     
Short Story
Bagaimana rasanya jika hal yang kita tidak suka harus dijalani dengan terpaksa ? Apalagi itu adalah permintaan orangtua, sama seperti yang dilakukan oleh Allysia. Aku melihat Mama dengan maksud “ Ini apa ma, pa ?” tapi papa langsung berkata “ Cepat naik, namamu dipanggil, nanti papa akan jelaskan.” ...
Cinta dibalik Kebohongan
817      561     2     
Short Story
Ketika waktu itu akan datang, saat itu kita akan tau bahwa perpisahan terjadi karena adanya sebuah pertemuan. Masa lalu bagian dari kita ,awal dari sebuah kisah, awal sebuah impian. Kisahku dan dirinya dimulai karena takdir ataukah kebohongan? Semua bermula di hari itu.