Loading...
Logo TinLit
Read Story - Run Away
MENU
About Us  

Tara berdeham pelan. Tenggorokannya terasa kering. Ia haus. "Ha-haus." Ucapnya entah kepada siapa. Yang jelas ia membutuhkan minum sekarang.

Dave mengulurkan botol air mineral yang sudah dibuka tutupnya kearah Tara. Membantu cewek itu untuk bisa duduk dengan benar.

"Masih sesak napasnya?" Tanya Dave memastikan. Wajah Tara sedikit pucat dari biasanya.

Tara menggeleng pelan setelah meminum air mineralnya.

"Udah tahu sakit, masih ngeyel. Untung cuma pingsan."

"Gak usah nolongin aja tadi sekalian." Sahut Tara cuek.

"Bilang makasih kek!" Dave bersender penuh di kursinya dan melipat kedua tangannya didepan dada seraya menatap Tara.

Tara menghela napas mencoba sabar. "Makasih."

Tara lalu berusaha turun dari tempat tidur UKS. Merasa sudah sedikit lebih baik dan akan melanjutkan olahraganya yang sempat tertunda.

"Mau kemana lo?" Cowok itu spontan berdiri dari duduknya, menahan pergerakan Tara dengan merentangkan tangan kanannya sebelum cewek itu benar-benar turun dari tempat tidur.

Tara mengernyit, "Mau olahragalah. Lo kira gue sekolah absen doang."

"Lo lagi sakit. Tiduran aja kenapa, sih?!" Balas Dave gemas.

"Gue nggak mau pengambilan nilai basket sendirian! Udah, sih, minggir gue mau lewat!" Tara berusaha menggeser tubuh besar Dave dihadapannya yang sudah menghadang dirinya untuk lewat. Ia jadi kesal sekarang, karena cowok itu hari ini terlalu banyak melarangnya.

"Ngambil nilainya barengan gue. Gue juga belum." Dave membawa bahu Tara untuk duduk lagi ke tepi tempat tidur. "Mending lo makan siang. Ini makan."

Sebuah kotak sterofoam berisi nasi goreng terhidang cantik didalamnya. Baunya menggugah selera Tara untuk segera menyantapnya.

Masalah bekal, Tara tidak sempat menyiapkan bekal untuk Dave karena hari ini ia sedikit kesiangan akibat begadang semalam.

Pandangan Tara teralih dari sekotak nasi goreng menggiurkan dihadapannya dengan menu makanan Dave. Cowok itu hanya meminum satu cup berukuran jumbo Cola dan Burger Double Cheese. Menu makanan yang sama persis seperti saat mereka pertama kali makan di meja kantin yang sama kala itu.

"Apa enaknya, sih, makan Junk Food mulu?" Ucapan Tara malah seperti menyindir daripada bertanya.

"Kalau mau bilang."

Cowok itu acuh, terbukti dari dirinya yang sudah menyantap makan siangnya dengan lahap. Tanpa menghiraukan ucapan Tara selanjutnya.

"Lo, tuh, kebiasaan banget makan junk food. Nggak ada sehat-sehatnya."

"Salah siapa nggak bawain gue bekal?"

Tara memutar bola matanya kesal, "Masih banyak makanan lain dikantin yang lebih sehat. Gak harus nunggu masakan gue."

"Entar lo keenakan gak jalanin tugas lo."

"Dasar, ya, manusia gak mau rugi!"

***

Sejak dulu, Tara akan memprotes bagaimana anak perempuan mengejar-ngejar anak laki-laki. Rasanya...aneh. Benarkan? Tidak seharusnya anak perempuan bersikap seperti itu.

Mulai dari yang berusaha sembunyi-sembunyi sampai yang berani terang-terangan tanpa ragu. Tara hanya tidak habis pikir, kenapa harus seberlebihan itu?

Ah, ya, mungkin dirinya juga melakukan hal itu tanpa ia sadari. Seperti misalnya modus pada Arlan. Tapi menurutnya kadar usaha pendekatannya masih sangat dibatas wajar. Tidak berlebihan. Tidak seperti yang satu ini..

"Gue, tuh, udah suka dari lama, Ra. Please dong bantu gue. Comblangin gue kek! Lo, kan, deket banget sama dia.."

Kalimat yang intinya memohon didekatkan dengan tetangganya yang menyebalkan itu, membuat Tara pusing. Diana, temannya yang terkenal paling modis diangkatannya, meminta didekatkan pada Dave. Ini aneh, mereka bahkan belum pernah saling berbicara sebelumnya. Masih menyadari Tara sebagai teman satu angkatannya saja, Tara sudah takjub. Apalagi sampai mengajak bicara.

Tara yakin, ia bukanlah orang yang masuk dalam kriteria teman yang harus didekati oleh cewek seperti Diana.

"Dengerin gue gak, sih, Ra?! Gue ngomong sama lo woy!" Diana menggeser tubuhnya untuk berdiri dihadapan Tara yang sejak tadi tidak merespon sama sekali. Ia sudah berpikir bahwa Tara takut tersaingi olehnya. Saking kesalnya, cewek itu bahkan sudah mendengus keras sekarang, "Lo takut gue nyaingin lo? Seharusnya lo sadar sih, Ra, cowok kayak Dave bakal milih cewek yang gimana." Dengan angkuh, kedua tangannya bersidekap didepan dada. Ingin menunjukkan siapa yang lebih pantas.

"Gue nggak peduli."

Tak kalah acuh, Tara memilih memutar balik. Mengabaikan kekesalan Diana dibelakangnya.

Jauh beberapa meter dari tempat ia meninggalkan Diana, Tara sedikit tersentak ketika pergelangan tangan kirinya dicegat seseorang dari balik pilar dekat lapangan basket.

"Sejauh apa, sih, toilet cewek sama lapangan basket?"

Seharusnya tadi mereka bertemu di parkiran sekolah ketika Tara selesai dari toilet, namun belum sempat sampai disana, Dave mengatakan bahwa ia harus ke lapangan basket yang malah membuat telinganya panas karena bertemu Diana sebelumnya. Sehingga ia harus memutar jalur lebih jauh hanya untuk tiba di tempat ini.

"Mestinya tadi gue langsung balik aja, ya, gak usah kesini sekalian." Sahutnya sarkas. Tara juga menatap Dave malas, terlebih saat cengkraman di pergelangan tangannya belum juga lepas.

Tara sedikit meringis ketika menyadari luka ditelapak tangannya setelah terjatuh tadi yang untungnya sekarang sudah tertutup oleh plester luka bermotif Star Wars yang ia yakini adalah milik Dave.

"Masih sakit telapak tangannya?" Seolah sadar kemana arah mata Tara menatap, Dave juga ikut meneliti telapak tangan cewek itu yang sudah ia obati siang tadi.

"Iya, sakit, apalagi kalau di pegangin begini."

Dave lalu melepaskan tangan Tara dan berucap, "Temanin gue bentar."

"Gue mau pulang. Capek."

"Tapi gue belum bisa balik sekarang."

"Ya udah gue balik duluan."

"Bareng gue." Titah Dave tidak ingin dibantah. "Atau buku harian lo.."

Cewek itu hanya mendesah berlebih, "Oke,oke! Puaskan lo?!"

***

Jika Tara menganggap ini sebagai bentuk kesialan, justru dirinya salah besar. Seharusnya ia banyak-banyak mengucapkan terima kasih kepada Dave setelah ini. Karena berkat dirinya, ia bisa bertemu Arlan lagi sekarang.

Berbeda dengan Tara, Dave justru mengernyit bingung ketika yang ia jumpai bukan Tito, teman kelas sebelahnya, melainkan Arlan, si kapten basket sekolahnya. Ia ingat benar bahwa yang mengajaknya bertemu barusan adalah Tito. Temannya itu meminta bertemu sebentar untuk membicarakan soal pertandingan basket ketika ia baru saja selesai bertemu dengan teman-temannya di klub seni tadi. Meski bingung, cowok itu hanya diam mendengarkan penuturan dari Arlan dihadapannya ini.

Sementara Tara, ia sudah pasti senang bukan main. Entah apa yang sedang Dave dan Arlan bicarakan di tengah lapangan sana. Semoga itu sesuatu yang menguntungkan baginya.

Kurang dari tiga puluh menit lamanya, Dave dan Arlan menyudahi obrolan serius mereka. Tara sudah sangat penasaran dan pastinya setelah ini ia akan bertanya tentang apa yang mereka bicarakan.

"Mulai besok sampai waktu yang nggak di tentukan, setelah selesai sekolah, lo balik duluan."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Unknown
270      217     0     
Romance
Demi apapun, Zigga menyesal menceritakan itu. Sekarang jadinya harus ada manusia menyebalkan yang mengetahui rahasianya itu selain dia dan Tuhan. Bahkan Zigga malas sekali menyebutkan namanya. Dia, Maga!
Alfazair Dan Alkana
298      245     0     
Romance
Ini hanyalah kisah dari remaja SMA yang suka bilang "Cieee Cieee," kalau lagi ada teman sekelasnya deket. Hanya ada konflik ringan, konflik yang memang pernah terjadi ketika SMA. Alkana tak menyangka, bahwa dirinya akan terjebak didalam sebuah perasaan karena awalnya dia hanya bermain Riddle bersama teman laki-laki dikelasnya. Berawal dari Alkana yang sering kali memberi pertanyaan t...
The Ghost's Recipe
1143      520     0     
Romance
Aku yang tidak bisa memasak, harus memohon kepada hantu agar bisa memasak kepadaku?! dimana harga diriku?!
To The Girl I Love Next
425      302     0     
Romance
Cinta pertamamu mungkin luar biasa dan tidak akan terlupakan, tetapi orang selanjutnya yang membuatmu jatuh cinta jauh lebih hebat dan perlu kamu beri tepuk tangan. Karena ia bisa membuatmu percaya lagi pada yang namanya cinta, dan menghapus semua luka yang kamu pikir tidak akan pulih selamanya.
Itenerary
41985      6155     57     
Romance
Persahabatan benar diuji ketika enam manusia memutuskan tuk melakukan petualangan ke kota Malang. Empat jiwa, pergi ke Semeru. Dua jiwa, memilih berkeliling melihat indahnya kota Malang, Keringat, air mata, hingga berjuta rahasia, dan satu tujuan bernama cinta dan cita-cita, terungkap sepanjang perjalanan. Dari beragam sifat dan watak, serta perasaan yang terpendam, mengharuskan mereka tuk t...
always
1256      689     6     
Romance
seorang kekasih yang harus terpisah oleh sebuah cita-cita yang berbeda,menjalani sebuah hubungan dengan rasa sakit bukan,,,bukan karena saling menyakiti dengan sengaja,bahkan rasa sakit itu akan membebani salah satunya,,,meski begitu mereka akan berada kembali pada tempat yang sama,,,hati,,,perasaan,,dan cinta,,meski hanya sebuah senyuman,,namun itu semua membuat sesuatu hal yang selalu ada dalam...
ARTURA
351      282     1     
Romance
Artura, teka-teki terhebat yang mampu membuatku berfikir tentangnya setiap saat.
Kala Senja
36799      5502     8     
Romance
Tasya menyukai Davi, tapi ia selalu memendam semua rasanya sendirian. Banyak alasan yang membuatnya urung untuk mengungkapkan apa yang selama ini ia rasakan. Sehingga, senja ingin mengatur setiap pertemuan Tasya dengan Davi meski hanya sesaat. "Kamu itu ajaib, selalu muncul ketika senja tiba. Kok bisa ya?" "Kamu itu cuma sesaat, tapi selalu buat aku merindu selamanya. Kok bisa ya...
Potongan kertas
1043      554     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
Bad Wish
30135      2717     3     
Romance
Diputuskan oleh Ginov hanya satu dari sekian masalah yang menimpa Eriz. Tapi ketika mengetahui alasan cowok itu mencampakkannya, Eriz janji tidak ada maaf untuknya. Ini kisah kehilangan yang tidak akan bisa kalian tebak akhirnya.