Loading...
Logo TinLit
Read Story - Phased
MENU
About Us  

“Terus Mama papaku terus kerja, mereka sangka uang udah cukup buat aku bahagia, padahal aku kesepian semenjak abangku meninggal. Teman-temanku tidak mencoba mengerti, loh aku kan tidak punya teman, ya...,” Belva tersenyum miris, 

“Harusnya lo tetep berusaha menjelaskan yang sebenarnya ke mereka,” Zidan membuka suara, dilihatnya Belva sudah menghela nafas lega. Bayangkan saja wanita itu selama dua jam terus berceloteh, sesekali ia meneguk minuman yang diberikan Zidan lalu kembali berceloteh dengan menggebu-gebu.

“Aku gak bakal dapet kesempatan, setiap mau bicara aku diseret paksa. Susah, kak..., orang yang sudah dipandang buruk sama orang lain, apapun yang dia lakukan juga akan selalu terlihat buruk dan salah dimata orang lain,” kekeh Belva, bukan tawa bahagia tetapi tawa sumbang yang memiriskan.

“Cih, si pesimis,” Zidan berdecih.

“Bel, lo gue cariin kemana-mana taunya disini!” panggil seseorang dari arah belakang, nafasnya tak beraturan.

Belva mendongakkan kepalanya, “Kak Samara? Kenapa kak?” Belva bangkit menghampiri Samara, ia bertanya sopan.

“Vano mengundurkan diri dari perannya! Gak ada juga yang mau jadi peran itu, mereka semua ngancem bakal ngehancurin drama kalau dipaksa jadi peran pangeran! Gimana Bel? Citra lo udah buruk banget soalnya, semua yang kita bangun runtuh gara-gara lo!” marah Samara, ia memijat pelipisnya.

Belva menunduk pasrah. Ia hendak berbicara tapi ucapan Zidan berhasil membuatnya tak bergeming.

“Ganti aja,” celetuk Zidan.

Samara tersentak, “Lah elo, sejak kapan disini?” 

“Kalian berisik bangunin tidur siang gue,” dalam hati, Zidan bersyukur keberadaannya yang disamping Belva tidak diketahui Samara, karena posisi mereka berdua memang diujung dan tertutupi sekat tembok.

Samara menatap Belva dan Zidan bergantian, “Oh lupakan, jadi maksud lu, lu mau jadi pemeran pangeran? Lawan mainnya dia loh..,”  Samara menunjuk Belva.

Zidan menggeleng, “Bukan maksud gue, peran putrinya diganti,” 

Belva tercekat, ia menggigit bibir bawahnya, hatinya berdesir entah karena apa.

Samara memutar bola matanya malas, “Diganti sama siapa lagi? Semuanya gak mau jadi peran Putri karena takut diledekin, cuma dia doang kan yang gak tau malu,”

“Gini, kalau Aretta anak kelas 10 IPS 1 mau jadi peran Putri, gue dengan senang hati ikhlas jadi pangerannya..,” tawar Zidan, mata Samara melebar ia kaget mendapat tawaran Kramat dari si pangeran dingin yang cuek dan anti sosial sejenis Zidan.

“Arreta Aurora?”  Samara memastikan.
Zidan tersenyum sangat tipis "Dia gebetan gue," Samara bisa melihatn Zidan tulus mengatakannya.

“Deal, man!” Samara mengulurkan tangan untuk bersalaman. Rasa bahagia membuncah, ia merasa beruntung. 

“Of course, Samara,” Zidan menyeringai.
Tanpa disadari keduanya Belva sudah menangis dalam diam, tanpa berharap ada yang mendengar, dan melihatnya, agar hanya Tuhan yang tahu betapa rapuhnya Belva dalam kesendiriannya.

Begitu Samara pergi Zidan menepuk bahu Belva pelan, “Semakin rajih shalat wajib dan Sunnah, zikir, ngaji dijamin lo tenang dan tenteram. Hati-hati rooftop kan angker, gue pergi, kelas gue mau tanding!”

Dan benar ternyata Zidan pamit sebelum pergi, tapi kata yang diucapkan ‘gue pergi' bukan ‘sampai jumpa'. Zidan tahu wanita itu, sangat terlihat jelas isakannya, tapi cukup sampai disini, ia tak mau menjadi Vano yang kedua,bukan ?

"Semoga menang kak Zidan!" Belva berbisik, ia tahu Zidan sudah meninggalkannya.

Zidan menuruni tangga seraya mengetikkan sesuatu di ponselnya. 

Aretta, bantu gue, ternyata si Belva anak IPA IV punya trauma, tolongin dia! Lo dan temen-temen lo haru temenin dia, supaya dia gak kesepian lagi.

Zidan menekan pilihan sent, pesan terkirim. Satu kalimat, hanya satu kalimat yang akan dapat membawa hidup Belva berubah 180°. Aretta pasti menurut, karena Zidan tidak pernah mengenal kata terbantahkan.
———
Guntur bersahut-sahutan, langit menggelap, dan angin kencang menerbangkan dedaunan. Kendaraan beroda dua mulai memacu kecepatannya agar dapat sampai tujuan sebelum hujan turun. Kemudian rintik-rintik hujan mulai turun, membasahi jalanan yang kering, wiper mobil mulai bergerak menyapu air hujan yang membasahi kaca. Gadis itu merapatkan jas hujannya dan menggosok-gosok tangannya yang dingin. Earphone tak lepas dari kedua telinganya, tangan kanannya memegangi payung erat. Sedangkan tangan kirinya menjinjing kresek putih.

Alis Aretta bertaut, matanya menyipit, wajahnya terlihat serius. Ia melepaskan earphone, dan menggantungkan jas hujannya. Aretta duduk di sofa dan membuka pesan dari Zidan. Awalnya ia biasa saja, tapi setelah otaknya mulai bereaksi, Aretta cengo, ia kaget.

“Belva? Anak itu punya trauma?” Aretta bergumam, “gue harus nolongin dia! Jangan sampai trauma berkepanjangan!!” serunya.

Secepat kilat ia membuka grup 'We Trust/ yang anggotanya berisikan teman-temannya di sekolah, kebanyakan anak-anak yang famous. Tanpa berpikir panjang, Aretta menekan pilihan Video call dan satu persatu dari temannya pun mulai join.

“Tumben lo mulai vc ada paan nih?” celetuk Marina, mulutnya penuh dengan chiki, ia duduk bersila di atas sofa hitam bigsize.

“Iya, si parah! Pasti penting ada apa, Ta?” timpal Feyra di sebelahnya Jeje sedang memakan baksonya dengan anteng. “Je, nyapa kek!” paksa Feyra tatapan juteknya menghunus Jeje.
Jeje malas yang kala itu lapar dan malas berdebat menurut saja, “Hai,” Sapa Jeje tanpa ekspresi dan nada datar.

“Aduh, Sera, Rachel, sama Aqil lama.., gue mulai aja kali ya!” Aretta bergumam, “Oke semuanya dengerin gue, ini penting!” instruksinya seketika teman-temannya yang berisik langsung diam mendengarkan.

“Gue dapet Line dari Kak Zidan, ternyata Belva itu punya trauma! Dan sekarang kita harus bantuin , supaya dia gak trauma berkepanjangan!!” beber Aretta.

“Apa?!” pekik temannya serempak.

 

How do you feel about this chapter?

1 1 2 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A - Z
3115      1058     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
Time Travel : Majapahit Empire
54525      5703     10     
Fantasy
Sarah adalah siswa SMA di surabaya. Dia sangat membenci pelajaran sejarah. Setiap ada pelajaran sejarah, dia selalu pergi ke kantin. Suatu hari saat sekolahnya mengadakan studi wisata di Trowulan, sarah kembali ke zaman kerajaan Majapahit 700 tahun yang lalu. Sarah bertemu dengan dyah nertaja, adik dari raja muda Hayam wuruk
Dream of Being a Villainess
1492      849     2     
Fantasy
Bintang adalah siswa SMA yang tertekan dengan masa depannya. Orang tua Bintang menutut pertanggungjawaban atas cita-citanya semasa kecil, ingin menjadi Dokter. Namun semakin dewasa, Bintang semakin sadar jika minat dan kemampuannya tidak memenuhi syarat untuk kuliah Kedokteran. DI samping itu, Bintang sangat suka menulis dan membaca novel sebagai hobinya. Sampai suatu ketika Bintang mendapatkan ...
Unlosing You
488      340     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
Azzash
328      271     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
Tembak, Jangan?
274      231     0     
Romance
"Kalau kamu suka sama dia, sudah tembak aja. Aku rela kok asal kamu yang membahagiakan dia." A'an terdiam seribu bahasa. Kalimat yang dia dengar sendiri dari sahabatnya justru terdengar amat menyakitkan baginya. Bagaimana mungkin, dia bisa bahagia di atas leburnya hati orang lain.
Moment
336      288     0     
Romance
Rachel Maureen Jovita cewek bar bar nan ramah,cantik dan apa adanya.Bersahabat dengan cowok famous di sekolahnya adalah keberuntungan tersendiri bagi gadis bar bar sepertinya Dean Edward Devine cowok famous dan pintar.Siapa yang tidak mengenal cowok ramah ini,Bersahabat dengan cewek seperti Rachel merupakan ketidak sengajaan yang membuatnya merasa beruntung dan juga menyesal [Maaf jika ...
Mencari Cinta Suamiku
672      364     2     
Romance
“Mari berhenti melihat punggung orang lain. Semua yang harus kamu lakukan itu adalah berbalik. Kalau kamu berbalik, aku ada disini.” Setelah aku bersaing dengan masa lalumu yang raganya jelas-jelas sudah dipeluk bumi, sekarang sainganku adalah penyembuhmu yang ternyata bukan aku. Lantas tahta apa yang tersisa untukku dihatimu?.
bengkel hidayah
450      308     1     
Short Story
Seorang laki laki terbuka mata hatinya setelah sekian lama ia menjadi lelaki yang tak bertanggung jawab atas kehidupan dirinya. Ia merajut asa dengan tekat yang kuat. Sehingga apa yang ia lakukan bisa menggantikan kehidupan yang dulu kelam.
Got Back Together
370      300     2     
Romance
Hampir saja Nindyta berhasil membuka hati, mengenyahkan nama Bio yang sudah lama menghuni hatinya. Laki-laki itu sudah lama menghilang tanpa kabar apapun, membuat Nindyta menjomblo dan ragu untuk mempersilahkan seseorang masuk karna ketidapastian akan hubungannya. Bio hanya pergi, tidak pernah ada kata putus dalam hubungan mereka. Namun apa artinya jika laki-laki hilang itu bertahun-tahun lamanya...