Loading...
Logo TinLit
Read Story - Jika Aku Bertahan
MENU
About Us  

Awal mula bertatapan dengan lelaki bernama Radit, hanya penampilannya yang membekas jelas di ingatan Aya.

Entah itu caranya berpakaian yang acak-acakan, rokok yang senantiasa menemani, hingga perilakunya yang serampangan dan mengerikan.

Kalau bisa mengulang waktu, Aya pasti rela untuk kembali ke masa lalu demi mengubah takdirnya. Agar Aya tidak perlu mengenal Radit.

Tapi siapa sangka hubungannya dengan Radit ke depannya akan semakin menarik.

“Lo minta 500 ribu?” Aya mengernyitkan dahinya, merasa salah dengar. “Itu bukan uang jajan anak SMA.”

Radit menyeringai mendengar balasan Aya, dia berkacak pinggang selagi menatap tajam lawan bicaranya.

“Pasti si Lidia nyuruh lo buat maksa gue kerja di kafe, kan?” dengus Radit, dia memutar bola matanya dengan jengkel.

Betapa tidak sukanya Aya terhadap perilaku Radit yang mencibir kakaknya sendiri. Tapi apa boleh daya gadis itu tidak memiliki keberanian untuk menegur Radit.

“Jadi lo janji mau kerja asal gue kasih 500 ribu?” Aya menggigit bibir memikirkan kemungkinan itu, karena dia sendiri juga krisis uang.

“Janji deh.”

Gadis itu terdiam sejenak. Dalam hati dia berpikir apakah pantas dia melepas uang sebanyak itu hanya demi setengah gaji Lidia di bulan ini? Dipikir-pikir lagi Aya bahkan tidak tahu nominal gaji wanita itu biasanya.

“Kenapa, takut gue boong?”

Ketika Aya hendak mendongak untuk mengatakan tidak, wajah Radit langsung menyambutnya, membuat gadis itu menahan napas sejenak.

Melihat Aya yang gemetar ketakutan membuat Radit menahan tawa.

“Tenang, gue gak bakal nyakitin lo kok.” Radit pun menarik tubuhnya kembali, tertawa kecil melihat teror di wajah Aya. “Atau siapa pun.”

Merasa dipermainkan, Aya hendak pergi dari gang itu dengan perasaan takut bercampur ngeri.

Dia tidak bisa berduaan dengan Radit lebih lama lagi, anak nakal sepertinya pasti akan membawa dampak buruk padanya.

“Gue cuma butuh 500 ribu!” Langkah Aya terhenti ketika suara nelangsa Radit terdengar, tampak sedih. “Buat bantuin teman gue nih.”

“Temen lo emang kenapa?” tanya Aya, gadis itu mulai merasa simpati pada nada bicara Radit. Mungkin lelaki itu tidak seburuk penampilannya.

Aya mencoba memberinya kesempatan kedua.

Radit menghela napas selagi menyusuri rambutnya menggunakan tangan kanannya, tampak frustasi.

“Dia kerampokan semalem,” jelasnya dengan tampang putus asa. “Gue cuma mau bantu, lagi pula kita sama-sama untung kan, Ya?”

Mendengarnya membuat Aya berpikir dua kali untuk meminjamkan uangnya padanya. Toh Aya bisa membantu teman Radit sekaligus memintanya kerja di kafe.

“Oke, pas banget gue lagi megang uang.” Gadis itu dengan berat hati merogoh kantung celananya, mengeluarkan dompet bututnya demi menunjukkan lima kertas merah.

“Niatnya buat nabung, tapi mau gimana lagi.”

Dengan cepat Radit langsung merampas uang itu bagai pertama kali melihatnya.

Lelaki itu menghitung cepat uangnya, matanya berbinar ketika tahu uang itu pas 500 ribu rupiah.

“Makasih yo! Dah.” Tanpa aba-aba Radit sontak berlari melintasi Aya menuju luar gang, membawa kabur uangnya.

“Radit! Lo kan udah janji bakal kerja!.” Aya berteriak parau, tidak percaya sudah dikhianati.

“Gue cuma mau ngasih uangnya ke teman gue kok, dah!”

Dengan hati perih melihat Radit pergi membawa sisa-sisa uangnya, Aya hanya bisa diam meratapi nasibnya.

***

“Bagaimana kerjaannya?”

Aya menoleh dengan malas, kembali menyeruput kuah sup hangatnya dalam diam.

Menyadari kebisuan Aya, Farel menaruh perhatian penuh pada gadis itu. Makan malam sudah terhidang sejak sepuluh menit yang lalu namun Aya tetap terdiam seribu bahasa.

“Normal kok, gaada masalah.” Akhirnya Aya berkata, memecah hening.

Melihat gelagat Aya yang gelisah membuat Farel yakin telah terjadi sesuatu di kafe itu. Dia tidak ingin beban Aya bertambah sejak gadis itu melihat kondisi kritis Ayahnya sendiri.

“Kalo gitu, kabar tangan lo gimana?”

Aya menggeleng pelan sebagai tanggapan. “Gak sakit lagi, cuma ngilu.”

Farel mengangguk mendengarnya, lega karena kesembuhan tangan Aya terjadi dengan baik dan cepat.

“Kalo lo sama Lily gimana?” Aya melirik ke arah Farel, lelaki itu tersentak sesaat ketika mendengar pertanyaannya. “Baik?”

Melihat Farel yang berpikir sejenak membuat Aya khawatir telah terjadi sesuatu pada mereka.

Tapi Farel sungguh hebat dalam urusannya mengganti topik dan misterius.

“Gue denger Radit itu biang kerok,” ujarnya tuba-tiba, sedikit mengejutkan. “Gue sudah nyelidikin sekolah sama keluarganya, kacau semua.”

Aya mengerutkan dahinya. “Lo nyari tahu dia?”

“Sedikit.” Farel kembali menyeruput kuah supnya yang mendingin. “Lo penasaran?”

Tapi Aya tidak ingin berhubungan dengan Radit, jadi dengan tegas gadis itu menggeleng.

Farel menghormati keputusan Aya, dia pun mengangguk mengerti.

“Gue cuma mau bilang jangan deket-deket sama dia,” saran Farel selagi menatap tajam Aya, bagai memperingati Aya. “Percaya deh, dia kacau banget.”

Walaupun ingin berkata bahwa dia sudah tahu tentang hal itu, Aya memutuskan untuk diam.

Malam itu berlangsung dengan cepat. Sehabis makan malam mereka berselisih arah menuju kamar masing-masing.

Sungguh sejujurnya Aya ingin membicarakan perkara uangnya pada Farel. Tentang Radit yang dengan bodohnya dia percayakan dengan sisa-sisa tabungannya.

Tapi melihat reaksi Farel sebelumnya ketika tanpa sengaja membicarakan lelaki itu membuat Aya khawatir akan emosinya. Mungkin saja Farel akan mengamuk padanya selagi menjelaskan betapa bodohnya Aya itu.

Bahwa Radit tidak lain dari pembuat onar yang kacau.

Ada yang berkata jika kita tidak sebaiknya menilai buku dari penampilannya. Namun berhati-hati terhadap seseorang yang membuat kita tidak nyaman bukanlah suatu hal yang salah.

“Padahal besok minggu tapi gue harus kerja,” ucap Aya dengan senyum dipaksakan, yakin bahwa keadaan tidak akan menjadi lebih buruk lagi.

Tapi prediksi Aya salah total.

Hari minggu bermula dengan pagi yang cerah ditemani oleh semilir angin lembut ketika sarapan lezat Aya dan Farel dihidangkan.

Masakan Bi Maryam sungguh nikmat hari itu, Aya pertama kali dapat makan dengan lahap.

“Nanti selesai jam berapa, Ya?” tanya Farel di sela kunyahannya, penasaran.

Aya berpikir sejenak. “Mungkin jam 2-an, shift gue gak lama kok.”

Dengan itu berakhir sudah percakapan pagi mereka yang terlewat singkat. Setelahnya Aya segera diantar Farel menuju kafe dan diturunkan dengan pesan untuk berhati-hati.

Aya kadang berpikir bahwa kehadiran Farel layaknya menggantikan posisi Ibunya yang bawel.

“Aya! Jangan bilang hari ini Radit gak bakal dateng juga,” ujar Lidia tiba-tiba ketika Aya membuka daun pintu, membuat gadis itu terkejut. “Cih, dasar!”

Walaupun sudah dijelaskan berkali-kali bahwa usaha Aya mengajak Radit bekerja gagal dengan menyedihkan, entah kenapa Lidia tetap berharap lelaki itu akan datang.

“Dia udah minjem duit, dibawa kabur pula!” Lidia menepuk kepalanya, tidak mengerti lagi dengan kelakuan Radit. “Gila ya tuh anak.”

Hingga tamu pertama datang pun Lidia tetap mengeluhkan tabiat buruk Radit.

“Udah gitu tadi malem dia gak pulang!” protesnya selagi menghela napas panjang. “Bener-bener seharian gue gak ngeliat dia.”

“Temen-temennya gimana?”

Maka hari itu menjadi sangat melelahkan untuk mental dan fisik Aya. Sudah cukup lelah bagi gadis itu untuk bekerja menyajikan makanan hanya dengan satu tangan, Lidia menambahnya dengan celotehannya sepanjang hari.

Meskipun berniat menghentikannya, Pak Rio selaku orang yang sudah lama mengenal wanita itu meminta Aya untuk meladeninya dengan sabar.

“Udah mau jam dua aja ya!” seru Lidia ketika asyik mengelap sisa-sisa makanan di salah satu meja. “Cepet gara-gara cerita-cerita kali ya.”

“Mungkin.”

Wanita itu dengan sigap menyelesaikan pekerjaannya dan beralih mengantarkan dua nampan makanan menuju pelanggan mereka.

Terkadang Aya takjub menyaksikan etos kerjanya, sungguh berkebalikan dengan Radit.

“Aya! Ada tamu nih.” Suara Pak Rio membuat kepala Aya tertoleh. “Cowok.”

Dengan cepat Aya menyajikan pesanan pelanggannya setelah mengira-ngira siapa yang mengunjunginya.

“Farel?”

Lelaki itu tersenyum ketika melihat Aya. “Gue mau jemput nih, sekalian ngajak nonton abis ini mumpung libur.”

“Makasih.” Aya mengangguk dengan senang. “Tapi kenapa gak sama Lily aja?”

“Itu-“

BRAK!

Tiba-tiba tanpa siapa pun sadari terdapat empat orang pria berbadan besar mendobrak masuk kafe melalui pintu. Didorongnya kuat hingga pegangannya copot, membuat Lidia teriak kesal.

Namun yang membuat mata Aya membelalak bukanlah fakta bahwa terdapat empat orang yang memaksa masuk dengan dramatis.

Radit yang berada di salah satu tangan pria itu sungguh mengejutkan. Dalam keadaan babak belur lebih tepatnya, tampak pipi dan matanya biru akibat tonjokkan.

“Siapa wali anak sialan ini!” Teriak pria berbadan paling besar, dia menunjuk Radit yang berada di salah satu pengawasan temannya dengan marah.

Tidak ada satu pun yang berkata saking terkejutnya. Bahkan para pelanggan terpana memandang situasi pelik itu.

“A-ada apa ya?” ucap Lidia takut-takut.

“SI SIALAN INI BERHUTANG 10 JUTA!”

 

 

To be continue~

Makasih banyak ya yang udh baca sampai sini.

Maaf banget kalo update nya lama banget

Jangan lupa ninggalin jejak ya!

 

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 1
Submit A Comment
Comments (12)
  • yurriansan

    Awal bca lgsg tertarik
    :D

    Comment on chapter Hidup yang Membosankan
  • DyaPrim

    @shelapu iyaa mungkin sekarang Lily lagi nyebelin. Baca terus ya buat tau lanjutannya:)

    Comment on chapter Tentang Lelaki itu
  • shelapu

    Kok kesel ya sama Lily

    Comment on chapter Tentang Lelaki itu
  • DyaPrim

    @aiyuriyu wah makasih banyak! Tetep nantiin lanjutannya ya:)

    Comment on chapter Hidup yang Membosankan
  • aiyuriyu

    Langsung suka sama alur ceritanya

    Comment on chapter Hidup yang Membosankan
  • Currururururut

    EHEHEHEHEHEHEHEH

    Comment on chapter Hidup yang Membosankan
  • DyaPrim

    @Lolita_Kyn besok yaa, makasih mau nunggu:)

    Comment on chapter Hidup yang Membosankan
  • Lolita_Kyn

    Next dong!!

    Comment on chapter Hidup yang Membosankan
  • DyaPrim

    @Anganangan makasih dann hehe

    Comment on chapter Hidup yang Membosankan
  • DyaPrim

    @Alinarose_19 makasih banyak nihh:)

    Comment on chapter Hidup yang Membosankan
Similar Tags
Kama Labda
560      354     2     
Romance
Kirana tak pernah menyangka bahwa ia bisa berada di jaman dimana Majapahit masih menguasai Nusantara. Semua berawal saat gadis gothic di bsekolahnya yang mengatakan bahwa ia akan bertemu dengan seseorang dari masa lalu. Dan entah bagaimana, semua ramalan yang dikatakannya menjadi kenyataan! Kirana dipertemukan dengan seseorang yang mengaku bahwa dirinya adalah raja. Akankah Kirana kemba...
Me vs Skripsi
2743      1163     154     
Inspirational
Satu-satunya yang berdiri antara Kirana dan mimpinya adalah kenyataan. Penelitian yang susah payah ia susun, harus diulang dari nol? Kirana Prameswari, mahasiswi Farmasi tingkat akhir, seharusnya sudah hampir lulus. Namun, hidup tidak semulus yang dibayangkan, banyak sekali faktor penghalang seperti benang kusut yang sulit diurai. Kirana memutuskan menghilang dari kampus, baru kembali setel...
Mikroba VS Makrofag
192      178     0     
Humor
Muka default setelan pabrik, otak kacau bak orak-arik, kelakuan abstrak nyerempet prik ... dilihat dari ujung sedotan atau belahan bumi mana pun, nasib Sherin tuh definisi burik! Hubungan antara Sherin dengan hidupnya bagaikan mikroba dengan makrofag. Iya! Sebagai patogen asing, Sherin selalu melarikan diri dari hidupnya sendiri. Kecelakaan yang dialaminya suatu hari malah membuka kesempatan S...
When I Found You
3254      1086     3     
Romance
"Jika ada makhluk yang bertolak belakang dan kontras dengan laki-laki, itulah perempuan. Jika ada makhluk yang sanggup menaklukan hati hanya dengan sebuah senyuman, itulah perempuan." Andra Samudra sudah meyakinkan dirinya tidak akan pernah tertarik dengan Caitlin Zhefania, Perempuan yang sangat menyebalkan bahkan di saat mereka belum saling mengenal. Namun ketidak tertarikan anta...
Yang ( Tak ) Di Impikan
570      429     4     
Short Story
Bagaimana rasanya jika hal yang kita tidak suka harus dijalani dengan terpaksa ? Apalagi itu adalah permintaan orangtua, sama seperti yang dilakukan oleh Allysia. Aku melihat Mama dengan maksud “ Ini apa ma, pa ?” tapi papa langsung berkata “ Cepat naik, namamu dipanggil, nanti papa akan jelaskan.” ...
CATATAN DR JAMES BONUCINNI
3244      1037     2     
Mystery
"aku ingin menawarkan kerja sama denganmu." Saat itu Aku tidak mengerti sama sekali kemana arah pembicaraannya. "apa maksudmu?" "kau adalah pakar racun. Hampir semua racun di dunia ini kau ketahui." "lalu?" "apa kau mempunyai racun yang bisa membunuh dalam kurun waktu kurang dari 3 jam?" kemudian nada suaranya menjadi pelan tapi san...
PROMISE
642      462     2     
Short Story
ketika sebuh janji tercipta ditengah hubungan yang terancam kandas
Secret Love
363      247     3     
Romance
Cerita ini bukan sekedar, cerita sepasang remaja yang menjalin kasih dan berujung bahagia. Cerita ini menceritakan tentang orang tua, kekasih, sahabat, rahasia dan air mata. Pertemuan Leea dengan Feree, membuat Leea melupakan masalah dalam hidupnya. Feree, lelaki itu mampu mengembalikan senyum Leea yang hilang. Leea senang, hidup nya tak lagi sendiri, ada Feree yang mengisi hari-harinya. Sa...
Dialogue
9927      2027     1     
Romance
Dear Zahra, Taukah kamu rasanya cinta pada pandangan pertama? Persis senikmat menyesapi secangkir kopi saat hujan, bagiku! Ah, tak usah terlalu dipikirkan. Bahkan sampai bertanya-tanya seperti itu wajahnya. Karena sesungguhnya jatuh cinta, mengabaikan segala logika. With love, Abu (Cikarang, April 2007) Kadang, memang cinta datang di saat yang kurang tepat, atau bahkan pada orang yang...
Cinta dibalik Kebohongan
820      564     2     
Short Story
Ketika waktu itu akan datang, saat itu kita akan tau bahwa perpisahan terjadi karena adanya sebuah pertemuan. Masa lalu bagian dari kita ,awal dari sebuah kisah, awal sebuah impian. Kisahku dan dirinya dimulai karena takdir ataukah kebohongan? Semua bermula di hari itu.