Loading...
Logo TinLit
Read Story - Renjana: Part of the Love Series
MENU
About Us  

(2 TAHUN YANG LALU)

Jam sudah menunjukkan pukul 6:10 a.m, namun sang pemilik jam beker hijau belum saja terbangun. Pintu diketuknya, lalu terdengar suara wanita empat kepala memanggil lalu masuk dan duduk disampingnya, “Ya Allah udah jam berapa ini?”, sambil menepuk-nepuk pergelangan kakinya.

Terdengar balasan dengan suara seseorang yang masih di alam tidur, “Masih pagi, Bu”, kemudian berganti posisi dari telentang menjadi tengkurep. Wanita tersebut tidak menegurnya lagi, melainkan langsung membuka gorden kamarnya yang masih tertutup rapat agar cahaya luar bisa membuktikan bahwa harinya sudah siang.

Rara, nama gadis yang baru saja membuka matanya perlahan karena ada cahaya yang tiba-tiba menyorotnya terbelalak kaget, “Ini udah jam berapa, Bu? Ibu kok gak bangunin Ara sih? Nanti kalau Ara telat gimana? Ini kan hari pertama Ara masuk sekolah, Bu”, kemudian merengek di tempat tidurnya. Ara adalah nama kecilnya yang selalu ia ucapkan ke diri sendiri di depan keluarganya.

Hani, nama wanita yang baru saja tertawa pelan melihat anak gadisnya yang merengek tanpa jeda karena perilakunya sendiri, “Yaudah sana mandi, neng geulis”. Kemudian Rara beranjak cepat menuju kamar mandi. Hani hanya meggeleng-gelengkan kepalanya melihat anak gadisnya yang melakukan gerak cepat agar tidak telat di hari pertamanya memakai seragam putih abu-abu.

Setelah selesai mandi, Rara segera mempersiapkan apa yang harus dibawanya saat hari pertama sekolah. Untung aja masuknya 7:30, gumamnya pelan sambil terus merapikan dirinya di depan cermin. Kemudian dia bergegas menuju ruang makan dan mengambil tupperware lalu memindahkan sarapan yang sudah Hani buat ke dalam tupperware nya. “Eh eh eh, buat siapa itu?”, Hani memergokinya tiba-tiba.

Tangan Rara masih sibuk memegang sendok, “Daripada Ara telat, mending dibawa ke sekolah aja”, ucapnya enteng. Padahal, setiap kali Rara membawa sarapan, selalu saja ia lupa untuk dimakan. “Nanti lupa dimakan lagi,” cibir Kemal, kakak sekaligus saudara kandung satu-satunya Rara yang baru menjadi mahasiswa tingkat I. Rara adalah sang bungsu di keluarga empat nyawa ini. “Sok tau ah”, balas Rara yang tidak mau kalah diejek oleh sang kakak.

Kemal hanya memutar bola matanya dengan malas mendengar ucapan adik kandungnya yang tak mau kalah darinya. Hani yang sudah terbiasa melihat kedua anaknya bagaikan Tom and Jerry ketika sedang bekumpul. “Wah mana nih sarapan buat Ayah?”, Edi, sang kepala keluarga yang baru saja keluar dari kamar mandi segera menuju ruang makan.

“Loh Ayah kok masih dirumah?”, tanya Kemal penasaran, “Emang Ayah gak ke sekolah?”, lanjutnya. Rara masih sibuk memindahkan sarapan paginya ke dalam tupperware.

“Ayah jam 7.00 ke sekolahnya”, jawabnya singkat. Lalu Rara menoleh, “Berarti Ara bisa bareng Ayah dong”, matanya mulai berbinar. Asik ada tumpangan gratis, gumamnya pelan.

***

Rara menatap diri sendiri dengan takjub. Dia tak menyangka bahwa dirinya sudah resmi memakai seragam putih abu-abu. Walaupun posturnya tidak seperti kebanyakannya, namun ia tetap percaya diri bahwa dirinya sudah sah menjadi salah satu siswi berseragam putih abu-abu.

Sampai di halaman depan, Rara menatap sekitar. Fikirannya berubah aneh pada sekolahan ini. Dia melihat arloji hijau ditangan kanannya yang menunjukkan pukul 7.30 a.m tepat. Anehnya, tak ada siapapun di halaman sekolahnya. Diundur? gumamnya pelan disertai raut wajah yang ingin berubah kegirangan. Namun disaat perubahan wajahnya mulai nampak, seseorang membuyarkan argumen fantasinya, “Lo anak baru kan?”, seketika Rara memberhentikan aksinya. Dia berbalik, “Hm?”.

Rara memperhatikan seseorang yang sedang berbicara kepadanya saat ini. Dari cara dia berdiri dan berbicara, kayaknya kakak kelas deh, gumamnya dalam hati. “Pasti lo belum tahu gugus lo ya?”, lanjutnya dengan yakin.

Hari ini memang Rara sudah sah menjadi siswi SMA, namun masih menjalani Masa Orientasi Siswa atau biasa disebut MOS. Dan ini adalah hari pertamanya mengikuti kegiatan MOS. Rara hanya mengangguk pasrah. Kayaknya ini bukan diundur deh, gumamnya kecewa.

“Ikut gue”. Lalu kakak kelas itu menuju ruangan. “Nama lo siapa?”, lanjutnya tergesa-gesa.

“Gue Rara, kak. Rara Denta Arni.” Jawab Rara yang masih mengekori kakak kelas yang ada di depannya.

Setelah sampai di ruangan, dia mengambil selembaran kertas yang ada di meja kemudian menunjuk-nunjuk di kertas. “Lo gugus A”. Suaranya mengagetkan Rara, “Hm?”.

“Lo tahu gugus A dimana kan?”. Rara menggeleng pelan. Kakak kelas itu kini mendengus pelan, “Ikut gue”. Dan Rara sudah menebak pasti kalimat itu yang akan dikatakannya lagi padanya.

Sesampainya di koridor atas, kakak kelas itu menuju ruang kelas paling pojok dan berhenti. Kemudian mengetuk pintu dan masuk sebentar lalu pergi ke arah Rara sambil berkata, “Masuk aja”. Kemudian pergi begitu saja.

Rara menganggukan kalimat kakak kelasnya itu dan memberanikan diri menuju pintu kelas yang sudah ditunjukkan oleh kakak kelas yang dia tidak tahu namanya siapa. Saat dia memasukinya, sorot mata semua penghuni dikelas tersebut menjadi tertuju pada Rara. Dengan ekspresi yang masih kaku di wajah Rara, dia melihat sekeliling untuk menormalkan detak jantungnya karena menjadi pusat perhatian semua penghuni kelas.

Seseorang mendekati Rara, “Coba lo kenalin nama lo sama asal sekolah”, ucapnya ramah pada Rara. Rara membalasnya dengan senyuman yang dipaksakan, “Oke”.

Baru saja dia ingin memperkenalkan diri dengan sigap, kini sorot matanya tertuju pada salah satu murid cowok yang duduk di pojok kiri urutan kedua dari depan. Kini cowok itu tersenyum pada Rara. Guntur? Dia  lanjut disini juga?

“Dia itu Guntur. Pernah satu sekolah sama gue. Gue gak tahu kepribadiannya, karena gue emang gak kenal banget sama dia. Dia anak dari temen kerjanya nyokap gue.Tapi semenjak dia joget pake sapu dengan lagu saat bahagia dari Ungu band di koridor kelas, senyum gue mengembang saat itu juga. Gue pikir anaknya lucu juga. Mungkin asik kali ya bisa berteman sama dia. Dan akhirnya, gue beraniin diri buat ngobrol sama dia, walaupun dimulai dari sosmed. Mungkin bakalan akrab walaupun dari sosmed, pikir gue.

Semakin hari, semakin gue betah buat megang ponsel lama-lama. Alasannya? Biar bisa ngobrol sama dia. Sampai-sampai ketika masa berlaku kuota chatting gue habis, gue langsung menuju konter buat isi kuota lagi. Entah ada fikiran apa di otak gue, karena setiap kali gue gak ngobrol di chat sama dia, hari-hari gue gak seperti biasanya.

Dan gue benci, ketika rasa nyaman mulai muncul  dengan tiba-tiba. Apalagi, dengan dia yang tiba-tiba muncul di kehidupan gue. Anehnya, semakin gue benci, semakin gue pengen di dekatnya. Dan gue takut, nama dia bakal menuhin di tiap barisan diary gue, Guntur Ahmad Prasetya.

19 Juli 2014”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
TAK SELALU SESUAI INGINKU
12992      2801     21     
Romance
TAK SELALU SESUAI INGINKU
Meet Mettasha
265      213     1     
Romance
Mettasha Sharmila, seorang gadis berusia 25 tahun yang sangat senang mengkoleksi deretan sepatu berhak tinggi, mulai dari merek terkenal seperti Christian Loubotin dan Jimmy Choo, hingga deretan sepatu-sepatu cantik hasil buruannya di bazar diskon di Mall dengan Shabina Arundati. Tidak lupa juga deretan botol parfum yang menghiasi meja rias di dalam kamar Metta. Tentunya, deretan sepatu-sepat...
Ingatan
9158      2140     2     
Romance
Kisah ini dimulai dari seorang gadis perempuan yang menemui takdirnya. Ia kecelakaan sebelum sempat bertemu seseorang. Hidupnya terombang-ambing diantara dua waktu. Jiwanya mencari sedang raganya terbujur kaku. Hingga suatu hari elektrokardiogram itu berbunyi sangat nyaring bentuknya sudah menjadi garis yang lurus. Beralih dari cerita tersebut, di masa depan seorang laki-laki berseragam SMA menj...
Aku Bukan Kafir!
10689      2472     6     
Inspirational
Pemuda itu bernama Arman, suku jawa asli yang lahir dari seorang buruh sawah di daerah pelosok Desa Peloso, salah satu Desa di Jombang. Ngatini adalah adik dari almarhumah Ibu kandung Arman yang naik ranjang, menikah dengan Pak Yusup yang biasa dipanggil Lek Yusup, Bapak kandung Arman, yang biasa dipanggil Lek Yusup oleh orang-orang sawah. Sejak kecil Arman selalu ikut Lek Yusuf ke sawah. Hingga ...
Kala Saka Menyapa
12524      2923     4     
Romance
Dan biarlah kenangan terulang memberi ruang untuk dikenang. Sekali pun pahit. Kara memang pemilik masalah yang sungguh terlalu drama. Muda beranak begitulah tetangganya bilang. Belum lagi ayahnya yang selalu menekan, kakaknya yang berwasiat pernikahan, sampai Samella si gadis kecil yang kadang merepotkan. Kara butuh kebebasan, ingin melepas semua dramanya. Tapi semesta mempertemukannya lag...
Cinta Tak Terduga
5355      1690     8     
Romance
Setelah pertemuan pertama mereka yang berawal dari tugas ujian praktek mata pelajaran Bahasa Indonesia di bulan Maret, Ayudia dapat mendengar suara pertama Tiyo, dan menatap mata indah miliknya. Dia adalah lelaki yang berhasil membuat Ayudia terkagum-kagum hanya dengan waktu yang singkat, dan setelah itupun pertemanan mereka berjalan dengan baik. Lama kelamaan setelah banyak menghabiskan waktu...
Our Tears
3102      1384     3     
Romance
Tidak semua yang kita harapkan akan berjalan seperti yang kita inginkan
Power Of Bias
1095      637     1     
Short Story
BIAS. Istilah yang selalu digunakan para penggemar K-Pop atau bisa juga dipakai orang Non K-Pop untuk menyatakan kesukaan nya pada seseoraang. Namun perlu diketahui, istilah bias hanya ditujukan pada idola kita, atau artis kesukaan kita sebagai sebuah imajinasi dan khayalan. Sebuah kesalahan fatal bila cinta kita terhadap idola disamakan dengan kita mencitai seseorang didunia nyata. Karena cin...
Petualang yang bukan petualang
2154      956     2     
Fantasy
Bercerita tentang seorang pemuda malas bernama Ryuunosuke kotaro yang hanya mau melakukan kegiatan sesuka kehendak nya sendiri, tetapi semua itu berubah ketika ada kejadian yang mencekam didesa nya dan mengharuskan dia menjadi seorang petualang walupun dia tak pernah bermimpi atau bercita cita menjadi seorang petualang. Dia tidaklah sendirian, dia memiliki sebuah party yang berisi petualang pemul...
Teman
1485      687     2     
Romance
Cinta itu tidak bisa ditebak kepada siapa dia akan datang, kapan dan dimana. Lalu mungkinkah cinta itu juga bisa datang dalam sebuah pertemanan?? Lalu apa yang akan terjadi jika teman berubah menjadi cinta?