Loading...
Logo TinLit
Read Story - Delilah
MENU
About Us  

Fabian menatap kosong  Mi Ayam di hadapannya. Pertengkaran dengan Delilah kemarin belum dapat Ia lupakan, terlebih Ia mendengar nada terluka dari setiap lontaran kata yang keluar dari mulut Delilah.

Fabian mendesah panjang “Sahabat macam apa yaa gue? Bine pasti kecewa banget sama tingkah gue kemarin! Haduhhh gue harus gimana dong? Udah dari kemarin gue ga nemu Bine sama sekali” gumam Fabian sambil mengacak rambut hitam lebatnya yang tersisir rapi.

“Ngapain ngacak-ngacak rambut kayak gitu? Biar dibilang hot sama anak-anak perempuan di sini? Makanan juga dari tadi diliatin ajah bukannya dimakan!” celetuk seseorang dari belakang Fabian.

Fabian menoleh saat mendengar suara yang begitu familiar di indera pendengaraannya. Fabian melihat seorang wanita berkerudung ungu yang senada dengan rok kotak-kotak yang dikenakannya sedang bersedekap sambil memasang wajah jutek.

Wajah Fabian yang muram langsung cerah seketika saat melihat wanita tersebut. “Bineeeeeee.. Ya Allah akhirnya elo muncul juga!” Fabian langsung bangkit dari duduknya. Berdiri di belakang Delilah lantas Ia memegang kedua pundak gadis itu dan menuntunnya untuk duduk di bangku kosong yang ada di depannya.  

Delilah masih bersedekap dan menatap Fabian yang saat ini juga tengah menatapnya dengan cengiran lebarnya.

“Bine, gue minta maaf ya. gue tau kok gue salah, elo jangan marah lama-lama dong sama gue! Gue janji deh ga bakalan lagi paksa-paksa elo!” ujar Fabian memasang wajah memelas.

“Enggak, Bee! Elo gak salah sama sekali, yang salah itu gue, bukan elo. Gue yang seharusnya minta maaf, karena gue kemaren udah ngomong kasar sama elo! Udah pokoknya jangan bahas masalah kemarin lagi. Gue udah lupain!” sanggah Delilah sambil tersenyum.

Fabian mengangguk dengan semangat masih mempertahankan cengiran khasnya.

“Yaudah sekarang colek tuh Mi Ayam, kasihan banget dari tadi Cuma elo liat tanpa elo sentuh” seloroh Delilah sambil mengerling nakal.

“Lo kata nih Mi Ayam cewek apa Bine” Delilah hanya tertawa mendengar balasan Fabian.

                                       ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

“Put off your hand now, Claudie!” sentak seorang lelaki dengan suara rendah mencoba menyingkirkan tangan yang bergelayut dengan manja di lengan kokohnya.

“What Happen, babe? I’m your gilr!” ujar wanita itu mengerutkan dahi tak suka mendengar penuturan lelaki itu.

“Claudie, Please! Aku ga suka kamu kayak gini di depan umum, memalukan!” ucap lelaki itu muak.

Claudie pun melepas tangan dari lengan kekasihnya itu.

“Ken apa salahnya sih, emangnya kita ngelakuin hal yang engga-engga? Kan aku Cuma pengen manja-manja sama pacar Aku” wanita itu berkata dengan lembut yang dibuat-buat.

“Tapi aku ga suka, aku ga suka sama cewek manja! Kalo kamu mau cari cowok yang bisa manjain kamu, gih cari cowok lain!” Claudie berjengit kaget mendengar penuturan kekasih yang baru Ia pacari selama satu bulan belakangan ini.

“Oke-oke aku janji ga akan ngelakuin hal ini lagi di depan umum! Aku ga mau cowok lain, aku Cuma mau kamu, Keenan Athaya Wijayadiningrat! Please, jangan putusin Aku” Claudie memelas dengan wajah yang di buat sendu.

“Terserah! Sekarang jangan ikutin Aku lagi, kalo kamu masih mau jadi pacarku!” Keenan melengos pergi meninggalkan Claudie yang sedang mendengus sebal.

“Gue ga akan biarin elo putusin gue, Keenan! Mau dibilang apa gue, masa sebagai The Most Wanted in School jadi pacar seorang Keenan Cuma satu bulan! Mau taro dimana nama dan muka gue?!” geram Claudie meremas jari-jari lentik terawatnya yang terpoles cat kuku berwarna merah maroon. Ia menghentakkan kaki kesal dan melangkah pergi.

                           ^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Delilah baru saja ingin berbelok menuju perpustakaan, namun langkahnya terhenti karena mendengar panggilan seseorang. Delilah menoleh dan tersenyum saat melihat wajah ramah Bu Fitri. “ Pasti Bu Fitri mau tanya soal kunjungan itu, deh” batin Delilah.

“Del, gimana kamu bisa ikut atau tidak?” tanya Bu Fitri tersenyum manis. Delilah menghela napas pendek.

Delilah tersenyum sendu “ Maafin Delilah ya Bu, Delilah tidak bisa ikut. Ada acara keluarga yang mengharuskan pergi keluar kota, hari minggu baru pulang ke Jakarta” ujar Delilah berbohong. “Ya Allah maafkanlah hamba-Mu ini karena telah berbohong” batin Delilah sedih.

“Yahh Del, padahal Ibu berharap banget kamu bisa ikut! Tapi ya mau gimana lagi, kamu nya ternyata tidak bisa” ucap Bu Fitri mendesah kecewa.“Yasudah kalau seperti itu, Ibu duluan ke kantor ya” lanjutnya. Delilah mengangguk dan tersenyum sambil mencium tangan Bu Fitri.

Bu Fitri pun berlalu meninggalkan Delilah.

Delilah kembali melanjutkan langkah kakinya yang terbalut sneaker menuju perpustakaan.

Delilah menghentikan langkahnya dengan tiba-tiba di depan pintu perpustakaan.

Mata Delilah menangkap segerombolan anak laki-laki yang selalu menjadi pusat perhatian yang sedang duduk di kursi tak jauh dari perpustakaan. Siapa lagi kalau bukan The Boys. Lima orang lelaki yang paling berpengaruh di sekolah ini.

Delilah memperhatikan The Boys yang tengah tertawa riang, entah apa yang mereka bicarakan sehingga tertawa sambil memegangi perut mereka.

“Kemana lelaki itu? Kenapa Dia enggak ada yaa?” Delilah membatin setelah memperhatikan bahwa The Boys saat ini hanya ada empat orang. Delilah mempertanyakan kemana anak laki-laki yang tempo hari berpapasan dengannya di koridor. 

“Astaghfirullah kok jadi mikirin cowok itu sih”

Delilah menggelengkan kepalanya. Dan masuk ke dalam perpustakaan.

^^^^^^^^^^^^^^^^^^

Sekolah telah usai sejak 10 menit yang lalu, Delilah dan Fabian sedang berjalan berbarengan menuju tempat parkir.

Delilah berhenti di sebuah bangku panjang dengan atap seperti halte yang di peruntukkan untuk menunggu jemputan. Delilah menunggu Pak Ahmad supir pribadinya menjemput ditemani Fabian yang sedang duduk di sampingnya.

“Bee, udah gih elo balik duluan ajah! Emang gue anak kecil apa ditungguin kayak gini, kasihan noh mobil lo makin lama kejemur” sungut Delilah sambil mengerucutkan bibir.

“Enggak. Pokoknya gue harus pastiin elo beneran di jemput Pak Ahmad!” jawab Fabian. Delilah menghela nafas panjang.

Mobil Mini Cooper Classic berwarna putih tulang dan bercorak garis cokelat susu itu berhenti tepat di hadapan Delilah dan Fabian. Delilah dan Fabian mengerutkan kening, masalahnya tidak ada murid yang menunggu jemputan selain mereka. Dan Delilah merasa ini bukanlah mobil yang biasa Pak Ahmad gunakan untuk menjemputnya. Tetapi Ia merasa sangat familiar dengan Mini Cooper yang ada dihadapannya.

“Bine, ini kok kayak mobil elo ya? tapi Pak Ahmad ga mungkin pake mobil ini, kan?” tanya Fabian sambil melirik kearah Delilah. Delilah hanya menganggukan kepala setuju dengan perkataan Fabian.

Tiba-tiba kaca mobil di kursi penumpang sebelah kemudi terbuka dan menampakkan seorang lelaki muda dan tampan yang memakai kaca mata hitam untuk membingkai wajahnya dan tersenyum dengan manis kearah Delilah dan Fabian.

Delilah tercengang melihat siapa yang mengemudi mobilnya. Sedangkan Fabian tersenyum dengan lebar melihat lelaki itu.

“Sugar? Kamu memangnya ga ingin pulang kerumah, huh?” tanya lelaki tersebut dengan lembut.

Delilah tersentak.

Ia melonjak senang setelah sadar dari keterjutannya, melihat lelaki yang sudah  hampir 6 bulan tidak ditemuinya.

Lelaki tersebut akhirnya keluar dari mobil. Dia merentangkan tangannya lebar, Delilah yang mengerti isyarat tersebut langsung bangkit dan berhambur kepelukan lelaki itu.

Lelaki yang terpaut usia 5 tahun dengan Delilah itu mengusap punggung Delilah dengan sayang.

“Abang Devan kok balik ke Jakarta ga bilang-bilang Aku sih?” keluh Delilah dengan manja. Devan hanya tertawa kecil mendengar adik kecilnya merajuk.

“Kalo Abang kasih tahu kamu, ga surprise lagi dong!”

“Huh dasar, sebelas—dua belas sama Daddy” Devan tertawa renyah melihat adiknya kesal.

“Hai Bro! Lo ga kangen sama gue?” tanya Devan mengerling jahil pada Fabian yang masih duduk dengan manis sambil tersenyum lebar melihat Kakak—Adik yang  sedang melepas rindu itu.

Fabian memasang wajah jijik yang dibuat-buat membuat Devan terbahak. Delilah melepas pelukannya dan ikut tertawa melihat wajah jelek Fabian.

“Gue? Kangen sama elo bang? Aishh amitttt!” kata Fabian sambil berjalan kearah Devan dan menepuk pundak lelaki itu.

“Yakin elo ga kangen? Sugar ajah kangen sama gue” goda Devan dengan kekehan kecil.

“Gue ga kangen bang sama elo! Tapi kangen banget!!” ujar Fabian memeluk Devan ala lelaki kemudian menepuk-nepuk pundak Devan keras hingga membuat Devan merasakan punggungnya seakan rontok semua.

“Elo mau ngebunuh gue ya, Bian? Gue tau lo kangen tapi engga segitunya juga kali” ujar Devan kesal setelah terlepas dari pelukan maut Fabian. Fabian hanya tersenyum mengejek.

“Ya elah bang, canda! Gitu ajah marah lo! Udah ahh gue mau balik. Bine jaga diri baik-baik ya dari Abang lo ini!” seloroh Fabian, kemudian pergi meninggalkan Devan dan Delilah secepat mungkin sebelum mendengar ocehan Devan yang pasti akan memekakkan telinga.

“HEH DASAR ADEK ANGKAT SIALAN!! GUE ABANG KANDUNGNYA! ELO YANG SEHARUSNYA PERLU DI JAGA BIAR GA APA-APAIN ADEK GUE!!” Fabian berjalan menuju mobilnya sambil terbahak mendengar teriakan Devan. Karena jika Devan sudah marah, kesan manis yang selama ini melekat padanya akan hilang semua.

Delilah hanya tersenyum kecil melihat tingkah Kakak lelaki dan Sahabatnya yang sangat kekanakan menurutnya.

“Bang Dev, ayo pulang!” ajak Delilah.

“Oh iya Abang sampe lupa! C’mone sugar, go home!!”

^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^^

 “Gimana sekolahnya Del? Lancar?” tanya Devan saat sedang duduk santai di kursi ayunan yang ada di halaman belakang rumah mereka.

“Lancar kok bang” jawab Delilah. “Abang sendiri gimana sama kuliahnya? Enak gak disana?” lanjut Delilah bertanya.

“Kuliahnya lancar-lancar ajh kok Del, disana sih enak Del. Kamu kapan-kapan bakalan abang ajak kesana terus nanti kita bakalan keliling kota”

“Janji ya Bang Dev?” Delilah mengajukan jari kelingkingnya ke depan muka Devan sambil tersenyum manis.

Devan melirik jari kelingking Delilah dan terkekeh kecil. “Pingky promise? Ya Allah Del, kamu ini umur berapa sih?”.

Delilah mengerucutkan bibirnya sebal.

Devan yang melihat adiknya mulai sebal itu pun langsung menautkan kelingkingnya dan tersenyum.

“Baru digodain gitu ajah udah segitu betenya sih Del. Abang Cuma bercanda doang kok sayang”

“Lagian Bang Dev gitu sih, emang mentang-mentang Aku udah SMA terus ga boleh pingky promise-an lagi!”

“Iya. Iya. Maaf deh.. Oh iyaaaa gimana udah punya gebetan belum? Pasti banyak cowok-cowok ganteng di sekolah kamu, ya Del?” Devan bertanya disertai kerlingan jahil dimatanya.

“Ga ada. Delilah mau ke dalam dulu Bang. Mau ngerjain tugas yang belum selesai” jawab Delilah dingin dan langsung beranjak bangun berjalan menuju ke dalam rumah.

Tatapan mata Devan berubah menjadi sendu. Devan menyesal dengan pertanyaannya barusan. Ia hanya berniat menggoda adiknya, tidak serius sama sekali dengan kata-katanya. Namun, Delilah sepertinya menanggapi serius.

“Mau sampai kapan Del kamu terus menghindar kayak gini?” lirih Devan.

“Dev...” tepukan pada pundak serta suara serak dan terkesan tegas itu mengembalikan Devan pada dunia nyata.

“Daddy..”

“Kamu mikirin apa sih, Daddy panggil dari tadi ga dengar gitu”

“Dad, apa selama Devan ga disini Delilah masih kayak gitu?” tanya Devan penasaran.

Om Reihan menghela nafas berat, kemudian mengambil tempat duduk di samping Devan.

“Ya kamu pasti sudah tahu jawabannya Dev. Adikmu masih belum bisa sepenuhnya bangkit dan melupakan semuanya. Untuk masuk sekolah umum saja Daddy membutuhkan bantuan Fabian untuk membujuk adikmu itu”

“Apa Daddy ga coba untuk terapi Delilah lagi?”

“Dan melihatnya teriak histeris dan kemudian tidak sadarkan diri. Daddy ga tega, Dev. Mungkin awalnya Daddy kira dengan terapi bisa membuat keadaan Delilah menjadi lebih baik. Namun, ketika mencoba beberapa kali justru tidak ada kemajuan malah membuat Delilah semakin tertekan. Daddy juga sedih melihat cahaya dimata Delilah menjadi redup” Om Reihan tak kuasa untuk tidak menitihkan air matanya bila mengingat kenangan pahit 2 tahun lalu.

Devan mengusap punggung Ayahnya perlahan. Mencoba memberikan kekuatan untuk sang Ayah. Ayahnya bukan sosok yang mudah meneteskan air matanya, namun untuk kali ini Devan mengerti mengapa sang ayah sampai menitihkan air mata walau hanya setetes. Ayah mana yang tidak sedih melihat putri yang begitu dicintai dengan sepenuh hati kehilangan keceriaan dan semangat hidup karena masa lalu yang tidak sepatutnya ditanggung sang adik hingga saat ini.

Sementara itu, gadis cantik sedang berdiri dibalik dinding pembatas ruang keluarga dan halaman belakang menatap dua orang lelaki dewasa yang sedang duduk di kursi ayunan dengan air mata yang mengalir dipipinya yang mulai memerah. Ia mendengar dengan jelas percakapan kedua lelaki tersebut.

“Maafin Delilah, Dad...”

 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • dede_pratiwi

    fresh story, good job author

    Comment on chapter Bab 1 : Skyscraper
Similar Tags
Moira
26229      2674     5     
Romance
Diana adalah seorang ratu yang tidak dicintai rajanya sendiri, Lucas Jours Houston, raja ketiga belas Kerajaan Xavier. Ia dijodohkan karena pengaruh keluarganya dalam bidang pertanian dan batu bara terhadap perekonomian Kerajaan Xavier. Sayangnya, Lucas sudah memiliki dambaan hati, Cecilia Barton, teman masa kecilnya sekaligus salah satu keluarga Barton yang terkenal loyal terhadap Kerajaan Xavie...
Love vs Ego
9519      2093     1     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY(MsJung0414) Choi Minho merupakan seorang pangeran vampire yang membuat keresahan didalam keluarganya dan klan vampire karena keganasannya. Untuk mengatasi keganasannya ini, keluarganya pun menyuruh Minho untuk mendekati seorang gadis pemilik kekuatan supranatural yang bisa mengembalikan Minho menjadi normal dan membawa keuntungan besar untuk bangsa vampire. Berha...
Forestee
493      347     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Sekotor itukah Aku
419      320     4     
Romance
Dia Zahra Affianisha, Mereka memanggil nya dengan panggilan Zahra. Tak seperti namanya yang memiliki arti yang indah dan sebuah pengharapan, Zahra justru menjadi sebaliknya. Ia adalah gadis yang cantik, dengan tubuh sempurna dan kulit tubuh yang lembut menjadi perpaduan yang selalu membuat iri orang. Bahkan dengan keadaan fisik yang sempurna dan di tambah terlahir dari keluarga yang kaya sert...
Today, After Sunshine
1863      781     2     
Romance
Perjalanan ini terlalu sakit untuk dibagi Tidak aku, tidak kamu, tidak siapa pun, tidak akan bisa memahami Baiknya kusimpan saja sendiri Kamu cukup tahu, bahwa aku adalah sosok yang tangguh!
Unexpected You
523      369     0     
Romance
Pindah ke Indonesia dari Korea, Abimanyu hanya bertekad untuk belajar, tanpa memedulikan apapun. tapi kehidupan tidak selalu berjalan seperti yang diinginkannya. kehidupan SMA terlalu membosankan jika hanya dihabiskan untuk belajar saja. sedangkan Renata, belajar rasanya hanya menjadi nomor dua setelah kegemarannya menulis. entah apa yang ia inginkan, menulis adalah pelariannya dari kondisi ke...
Dunia Alen
6265      1774     2     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...
LELATU
242      212     0     
Romance
Mata membakar rasa. Kobarannya sampai ke rongga jiwa dan ruang akal. Dapat menghanguskan dan terkadang bisa menjadikan siapa saja seperti abu. Itulah lelatu, sebuah percikan kecil yang meletup tatkala tatap bertemu pandang. Seperti itu pulalah cinta, seringkalinya berawal dari "aku melihatmu" dan "kau melihatku".
Everest
1942      811     2     
Romance
Yang kutahu tentangmu; keceriaan penyembuh luka. Yang kaupikirkan tentangku; kepedihan tanpa jeda. Aku pernah memintamu untuk tetap disisiku, dan kamu mengabulkannya. Kamu pernah mengatakan bahwa aku harus menjaga hatiku untukmu, namun aku mengingkarinya. Kamu selalu mengatakan "iya" saat aku memohon padamu. Lalu, apa kamu akan mengatakannya juga saat aku memintamu untuk ...
Itenerary
40974      5594     57     
Romance
Persahabatan benar diuji ketika enam manusia memutuskan tuk melakukan petualangan ke kota Malang. Empat jiwa, pergi ke Semeru. Dua jiwa, memilih berkeliling melihat indahnya kota Malang, Keringat, air mata, hingga berjuta rahasia, dan satu tujuan bernama cinta dan cita-cita, terungkap sepanjang perjalanan. Dari beragam sifat dan watak, serta perasaan yang terpendam, mengharuskan mereka tuk t...