Loading...
Logo TinLit
Read Story - Hunch
MENU
About Us  

Dua bulan kemudian…

Entah mengapa, akhir-akhir ini Sierra benar-benar sibuk. Ia tak yakin bahwa universitas yang memberinya begitu banyak projek penelitian sehingga ia sering tidur pukul dua belas malam dan bangun pukul lima pagi. Menurutnya, kesibukannya akhir-akhir ini disebabkan karena dirinya yang terlalu memaksakan fisik dan psikisnya untuk menyelesaikan naskahnya dalam kurun waktu secepat mungkin. Matanya sudah berkantung, rasanya begitu berat untuk membuka mata saat pagi hari. Namun ini adalah impiannya, ia akan berusaha sekeras mungkin supaya sesuatu yang sudah diimpikannya sedari kecil dapat terwujud.

 

                "Sierra, kupikir kau tak perlu bekerja terlalu keras untuk menyelesaikan penulisan bukumu itu," kata Jeany saat mereka makan bersama di kantin universitas. "Kau juga tak mendapatkan kepastian mengenai bagaimana masa depanmu setelah kau berhasil mengirimkannya ke suatu penerbit. Sebaiknya kau bekerja dengan perlahan-lahan saja. Lagipula, bukankah pekerjaan menulis benar-benar mengandalkan mood seseorang? Kupikir kau tak bisa terus memaksakan diri terus menerus seperti ini."

                "Aiya… Jeany, kau tak mengerti bagaimana antusiasku saat menuliskan setiap kata pada notebookku. Aku benar-benar serasa masuk dalam cerita itu, dengan harapan aku adalah tokoh utama yang kuciptakan dalam kisah itu. Dan kau tahu, perasaan seperti itulah yang mendorongku untuk terus menulis segala yang ada dalam pikiran dan hatiku. Jadi, aku sama sekali tak memaksakan diri, OK?" sahut Sierra yang sedang makan sambil membuat coret-coretan di atas kertas nota.

                "Huft… baiklah. Hanya kau yang dapat mengerti dirimu sendiri. Kuharap kau benar-benar menjaga kesehatan tubuhmu. Aku hanya khawatir kau akan terserang beberapa gejala karena terlalu lelah," ujar Jeany sambil melanjutkan makanannnya. Jeany sebenarnya benar-benar perhatian dengan Sierra, namun pola pikir Sierra yang keras kepala membuat segala usaha Jeany untuk menjaganya seperti… sia-sia.  

 

                Pelajaran ekonomi di kelas Sierra telah usai sejak sepuluh menit yang lalu. Namun, Sierra masih belum keluar dari ruangan kelasnya. Ia meletakkan kepalanya di atas lengannya yang berada di atas meja. Kepalanya rasanya pusing sekali, berdenyut-denyut seperti ingin meletuskan otaknya. Kening dan lehernya terasa panas, dan matanya mulai berkunang-kunang. Kemungkinan besar ia terlalu lelah akhir-akhir ini.

                Sierra mengumpulkan energinya untuk menegakkan kepalanya kembali. Ia mengambil dengan sembarangan barang-barangnya yang ada di meja dan lacinya. Kemudian segera keluar dari kelas dan bergegas ke luar gedung kampus untuk mencari angkutan umum.

                Sierra berjalan dengan segenap kekuatannya untuk menuju ke gerbang timur 2 Peking University. Sepertinya ini sudah sisa kekuatannya. Jika keadaan memungkinkan, Sierra pasti sudah tergeletak di tengah-tengah koridor Peking University. Kepalanya yang pening membuat seluruh tubuhnya bagai tak bertenaga.

***

                Dylan berjalan dengan semangatnya seperti biasa menuju ke halte bus di dekat Peking University. Ia baru saja mengikuti reuni teman-teman SMPnya yang dilaksanakan di aula Peking University. Entah kenapa teman-temannya memilih tempat yang menjenuhkan dengan puluhan ribu siswa yang gila belajar itu. Setidaknya negara ini mempunyai beberapa kampus lain, yang meskipun dihuni oleh puluhan ribu siswa yang rajin belajar, namun kampusnya masih memiliki taman yang luas dan indah. Atau mungkin banyak temannya yang masuk ke universitas itu? Tapi jika memang banyak temannya yang pintar, setidaknya adakanlah acara reuni di tempat yang sedikit menyegarkan, seperti… Tsinghua University mungkin.

                Dylan memutuskan untuk duduk di kursi halte yang terbatas itu daripada menunggu sambil berdiri. Ia membuka iPhone-nya dan seperti kebiasaan para public figure – termasuk aktor muda sepertinya – ia membuka situs sosial medianya. Ketika ia membuka akun Weibo-nya, iPhone-nya langsung berdering beberapa kali menandakan telah masuk beberapa notifikasi. Namun bukan notifikasi itu yang menjadi masalahnya, namun suara yang dihasilkannya. Terakhir kali ia menggunakan iPhone-nya, sepertinya itu saat acara reuni tadi. Sebagai seorang mahasiswa yang mengerti visual, Dylan ditugaskan temannya untuk merekam beberapa video saat acara tersebut berlangsung. Saat semua teman hendak memutar video hasil rekamannya, ia menaikkan volume iPhone-nya hingga batas maksimal. Dan sekarang, lihatlah! Puluhan orang yang ada di bus itu, puluhan pasang mata yang menatap kesal kepadanya. Tak terkecuali seorang gadis yang sedari tadi terus menunduk sembari menopang kepala dengan tangannya.

 

                Sekitar delapan menit kemudian setelah Dylan tiba di halte, terlihat sebuah bus yang sepertinya akan berhenti di depan halte tersebut. Dan, ya… bus itu berhenti tepat di depan halte. Semua orang yang berada dalam halte segera berdesak-desakan untuk masuk ke dalam bus. Huft… apakah harus sebegini rumitnya untuk masuk ke dalam bus kota?

                Dan setelah sebagian orang masuk ke dalam bus, antrean kelihatannya berhenti. Apa yang terjadi? Dylan menerobos kerumunan orang untuk masuk ke dalam bus, melihat apa penyebab kemacetan antrean ini. Seorang gadis sedang menggeledah isi tasnya di dekat tempat untuk menggesek kartu bus kota. Sepertinya ia tipe gadis yang sangat merepotkan. Siapapun yang menjadi prianya pasti akan dibuat pusing akan tingkah-tingkahnya yang bodoh dan konyol. Menggeledah tas di depan bus? Mungkin saja dompetnya tadi sudah dicuri oleh orang yang berada di depan atau belakangnya. Dylan berkacak pinggang sebal melihat kejadian ini.

***

                Sebuah bus telah berhenti di depan halte tempat Sierra menunggu. Ia segera menuju pintu masuk bus, ikut berdesak-desakan dengan kerumunan orang yang terburu-buru. Mengesalkan sekali. Apakah ada orang Beijing yang tidak terlihat seperti dikejar waktu? Huft… ini salah satu tantangan bagi orang dari kota kecil yang tinggal di ibukota.

                Sierra naik ke bus sambil membuka tasnya, mencari-cari dompet tempat ia biasa menaruh uang dan kartu-kartunya, termasuk kartu bus kota. Ia sudah mencari sejak ia masih ada pada barisan ketiga. Namun, hingga sekarang tiba gilirannya, Sierra masih tak dapat menemukan dompetnya yang entah ditaruhnya dimana. Ketika ia tiba di hadapan mesin EDC bus kota, ia semakin terburu-buru untuk mencari dompetnya. Ia menggeledah seluruh isi tasnya, dan ternyata ia tetap tak menemukan barang yang dicari. Tanpa diduga, seorang pria muda – mungkin juga mahasiswa, sama sepertinya – menghampirinya. Ia berkacak pinggang melihat tingkah Sierra yang terlihat bingung dan panik. Pria itu mengeluarkan sesuatu dari saku celananya. Ya… itu kartu bus kota.

                "Tuan, aku menggesek dua kali, untuknya juga," kata pria tersebut dengan gaya tidak peduli. Kemudian Sierra segera maju dan mencari tempat yang nyaman sehingga antrean dapat berlanjut.

                Pria tersebut kemudian berdiri dengan jarak yang tak terlalu jauh darinya. Wajahnya tak menampakkan suatu ekspresi bahwa ia baru saja menolong Sierra. Hhh… tapi mungkin itu adalah kebiasaan terburuk orang kota yang tak pernah terbuka dengan siapapun.

                "Soal tadi, terima kasih," kata Sierra singkat, memutuskan untuk membuka pembicaraan.

                "Tak masalah. Untungnya kartuku baru saja diisi dengan saldo yang berjumlah cukup besar. Jika tidak, mungkin kau perlu mencari bala bantuan lain yang akan menolongmu," kata mahasiswa tersebut sambil mengerlingkan sebelah matanya. Tatapan jahil.

                Baiklah. Sierra tak tahu apa yang ada dalam pikiran mahasiswa tersebut. Dan yang pasti ia tahu bahwa perkataan tadi menyindirnya secara tidak langsung,  seolah-olah menyiratkan 'sudah seharusnya kau berterimakasih padaku'.

                Ya Tuhan, tunggu dulu. Sierra seperti pernah mendengar gaya berbicara yang acuh dan merendahkan ini sebelumnya. Sepertinya ia pernah bertemu dengan pria ini, apakah… dia pria yang sama yang pakaiannya terkena tumpahan jus wortel saat di Beijing Film Academy?

How do you feel about this chapter?

5 1 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (27)
  • camarseptakum

    Wajh china2 gitu ya

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • Sisscyaa

    Syukaa... Syukaa... Ceritanya keren abiss... Biasanya klo aku baca novel China mumet pahamin nama -namanya. Tapi yang satu ini pembawaannya keren, sih. Semangat terus, ya Kak. Semoga menang

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • keielemen

    @ShiYiCha baik drama china dan drama korea emang bagus. Drama china yg direkomendasikan juga saya nonton sampai habis kok. Cuman novel ajah, yang rada kurang srek. Soalnya, saya susah hapal nama karakternya, mandarin kan susah banget gitu. Padahal pengenalan cerita kan, penokohan yang utama. Beda dgn drama bisa lihat muka yang ngomong, klu novel kita perlu menvisualisasi sendiri, disitu saya kurang srek nya. Semoga saja bisa stay baca yah..

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • ShiYiCha

    @keielemen kenapa nggak seneng sama cerita latar Cina, kak? Padahal C-Drama juga nggak kalah bagus dari drakor, loh. Klo bisa ubah pandangan kakak, ya seneng, deh????

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • keielemen

    Saya biasanya nggak 'srekk' sama cerita berlatar china. ???? tapi kayaknya cerita ini punya alur yang bagus. Jadi, aku simpan buat lanjut nanti, penasaran soalnya. Btw, semangat buat menulis.

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • ShiYiCha

    @rifkhod Thanks, Kak. Semangat juga, ya buat yang sama2 berjuang sebagai Author

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • rifkhod

    Suka! Aku lanjut baca nanti malam :)

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • syifaaini48

    Fighting

    Comment on chapter BAB 1 Everything Start at University
  • ShiYiCha

    @aisalsa09 iyakah? Aku bahkan nggak nonton Full House, lho????????

    Comment on chapter Epilog
  • aisalsa09

    Ada nggak sih yg jadi inget full house baca ini? Atau cuma aku? Ehehehe

    Comment on chapter Epilog
Similar Tags
Kepada Gistra
538      404     0     
Short Story
Ratusan hari aku hanya terfokus mengejar matahari. Namun yang menunggu ku bukan matahari. Yang menyambutku adalah Bintang. Kufikir semesta mendukungku. Tapi ternyata, semesta menghakimi ku.
Benang Merah, Cangkir Kopi, dan Setangan Leher
298      244     0     
Romance
Pernahkah kamu membaca sebuah kisah di mana seorang dosen merangkap menjadi dokter? Atau kisah dua orang sahabat yang saling cinta namun ternyata mereka berdua ialah adik kakak? Bosankah kalian dengan kisah seperti itu? Mungkin di awal, kalian akan merasa bahwa kisah ini sama seprti yang telah disebutkan di atas. Tapi maaf, banyak perbedaan yang terdapat di dalamnya. Hanin dan Salwa, dua ma...
THE CHOICE: PUTRA FAJAR & TERATAI (FOLDER 1)
3690      1401     0     
Romance
Zeline Arabella adalah artis tanah air yang telah muak dengan segala aturan yang melarangnya berkehendak bebas hanya karena ia seorang public figure. Belum lagi mendadak Mamanya berniat menjodohkannya dengan pewaris kaya raya kolega ayahnya. Muak dengan itu semua, Zeline kabur ke Jawa Timur demi bisa menenangkan diri. Barangkali itu keputusan terbaik yang pernah ia buat. Karena dalam pelariannya,...
Bullying
584      362     4     
Inspirational
Bullying ... kata ini bukan lagi sesuatu yang asing di telinga kita. Setiap orang berusaha menghindari kata-kata ini. Tapi tahukah kalian, hampir seluruh anak pernah mengalami bullying, bahkan lebih miris itu dilakukan oleh orang tuanya sendiri. Aurel Ferdiansyah, adalah seorang gadis yang cantik dan pintar. Itu yang tampak diluaran. Namun, di dalamnya ia adalah gadis rapuh yang terhempas angi...
Cecilia
512      285     3     
Short Story
Di balik wajah kaku lelaki yang jarang tersenyum itu ada nama gadis cantik bersarang dalam hatinya. Judith tidak pernah menyukai gadis separah ini, Cecilia yang pertama. Sayangnya, Cecilia nampak terlalu sulit digapai. Suatu hari, Cecilia bak menghilang. Meninggalkan Judith dengan kegundahan dan kebingungannya. Judith tak tahu bahwa Cecilia ternyata punya seribu satu rahasia.
Alzaki
2367      1019     0     
Romance
Erza Alzaki, pemuda tampan yang harus menerima kenyataan karena telah kejadian yang terduga. Di mana keluarganya yang hari itu dirinya menghadiri acara ulang tahun di kampus. Keluarganya meninggal dan di hari itu pula dirinya diusir oleh tantenya sendiri karena hak sebenarnya ia punya diambil secara paksa dan harus menanggung beban hidup seorang diri. Memutuskan untuk minggat. Di balik itu semua,...
Garden
5832      1860     5     
Fantasy
Suatu hari dimanapun kamu berada,selama kita menatap langit yang sama. Bolehkah aku merindukanmu?
Good Guy in Disguise
703      516     4     
Inspirational
It started with an affair.
Warna Untuk Pelangi
9052      2039     4     
Romance
Sebut saja Rain, cowok pecinta novel yang dinginnya beda dari yang lain. Ia merupakan penggemar berat Pelangi Putih, penulis best seller yang misterius. Kenyataan bahwa tidak seorang pun tahu identitas penulis tersebut, membuat Rain bahagia bukan main ketika ia bisa dekat dengan idolanya. Namun, semua ini bukan tentang cowok itu dan sang penulis, melainkan tentang Rain dan Revi. Revi tidak ...
Light in the Dark
2109      942     3     
Romance