Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reuni SMA
MENU
About Us  

“Al? Maklum Ko, kalo cewek jam segini belum mandi, ya gitu. Hihi!”

Perkataan Are membuyarkan ingatan gue tentang Viko. Dan gue tersadar kalo gue sekarang lagi cengo dan belum mandi. Dengan spontan gue membanting pintu rumah gue dan berlari ke kamar untuk mengambil topi.

Dengan secepat kilat gue balik lagi ke depan. Dan membuka pintu pelan-pelan. Terlihat Viko dan Areas sedang tertawa. Yang pastinya menertawakan gue. Are meninggalkan gue dan Viko di teras.

“eh duduk!” gue mempersilahkan Viko duduk dengan senyuman super manis yang gue punya dan guepun ikut duduk.

“kenapa tadi balik lagi? Terus kenapa pake topi?”

“gue belum mandi. Lagian lo dateng ke rumah orang pagi-pagi.” Gue ngomong ke Viko sambil menundukan kepala gue.

“pagi apanya? Inikan udah hampir jam setengah 12.” Viko melihat jam tangannya.

“oh ya? Hehe” gue ketawa garing karena super gugup duduk berhadapan dengan Viko. “jadi lo mau ngapain?”

“to the point banget si!” Viko ketawa kecil. “lo juga belum nawarin gue minum.”

Muka gue benar-benar cengo mendengar perkataan Viko. Tapi gue langsung tersadar.

“eh iya, lupa. Ya udah lo tunggu di sini dulu. Biar gue ambilin minum.” Gue langsung meninggalkan Viko.

Dan saat itulah gue punya kesempatan buat ke kamar mandi dan mencuci muka gue yang terlihat jelas sangat-sangat buluk -_-. Beberapa saat kemudian gue selesai mencuci muka gue dan kembali lagi menghampiri Viko yang sudah menunggu gue.

“silahkan di minum!”

“makasih,”

Setelah meminum minuman yang gue hidangkan Viko tersenyum ke arah gue dan hal itu membuat gue salah tingkah. Karena sungguh senyumannya itu benar-benar membuat gue *cengo* dan salting seketika. Seperti di iklan-iklan pencuci wajah itu ‘senyummu mengalihkan duniaku’ kekekekeke. Tapi gue menyadarkan diri gue.

“jadi ada apa? Oh iya tadi ngobrol apa aja sama abang gue?”

“pengen tau? Penasaran ya?”

“ih apaan si.”

“gue kesini mau ngajak lo pergi ke reuni sma. Dan abang lo juga tadi udah setuju. Katanya biar lo ikut. Jadi lo mau kan?”

Seketika itu juga wajah gue cengo secengo-cengonya. Kebayang ga orang yang udah lebih dari 12 tahun belakangan ini lo suka sekarang dia sedang ada di depan lo dan ngajak lo jalan. Saat itulah rasanya kaki gue lemes dan dunia ini berputar di atas kepala gue. *lebay :-P

“lo ga lagi becanda kan?” gue menanyakan sekaligus meyakinkan kembali atas apa yang di bicarakan oleh Viko.

“ya iyalah, masa ia gue bo’ong. Jadi lo ga mau?”

“siapa yang bilang enggak, gue mau. Pasti gue mau lah.” Gue menjawab pertanyaan Viko dengan cepat, karena gue takut dia berubah pikiran.

“ok nanti malem gue jemput lo jam 7.”

“ok”

Viko langsung pergi dari rumah gue. Dan gue masih mecoba menyadarkan diri gue bahwa kejadian yang tadi itu bukanlah sekedar khayalan ataupun mimpi. Itu nyata. Dan saat itulah gue bingung setengah mampus. Kenapa? Karena gue belum mempersiapkan apapun untuk pergi ke reuni. Gue panik ga karuan mencari baju yang harus gue pake. Baju seragam SMA gue ga ada di lemari. Gue teriak-teriak sana-sini nyari nyokap. Tapi Are bilang kalo nyokap udah pergi ke butik.

“aduh!”

“emang lu nyariin apaan si de?”

“lu ga akan tau juga, percuma.”

“baju seragam buat reunian ya?”

Gue kaget mendengar perkataan Are dan gue menghentikan pencarian gue di lemari punya pembantu. Ya kan siapa tau bajunya di simpan di sana.

“wah ko lu tau si bang!” gue menghampiri Are yang lagi asik minum jus wortel. “Dimana?”

“tuh udah bi Yati setrika lu tinggal make doang!”

Gue langsung meninggalkan abang gue dan pergi ke ruang nyetrika untuk mengambil seragam SMA gue.

            Sudah hampir jam 7 malam. Sebenarnya gue belum siap, karena gue masih mencari pita yang cocok buat gue taro di rambut gue. Dan saat itulah suara bel rumah gue berbunyi. Gue juga mendenger pembantu gue membukakan pintu.

“eh bang Viko, mau jemput Non Alea ya?”

“iya bi, Alea nya udah siap?”

“bentar ya bang, bibi panggil dulu.”

Namun belum sampai bibi mengetuk pintu kamar gue. Gue sudah membuka pintu kamar gue.

“itu Viko ya bi?”

“iya Non,”

Gue segera turun ke lantai bawah. Gue berjalan bak putri yang baru turun dari singgasananya. Dengan angin yang mengiringi langkah kaki gue, gue berjalan dengan penuh percaya diri. Di pintu depan Viko sudah berdiri menunggu gue. Dia tersemyum ketika melihat gue berjalan ke arah dia.

“wow!”

“apa?” gue agak sedikit salting melihat ekspresi Viko.

“enggak, jadi kita langsung berangkat?” Viko senyum manis ke arah gue. Benar-benar manis.

Belum sempat gue menjawab, Viko langsung menarik tangan gue. Gue dipersilahkan masuk ke dalam mobilnya. Adegan ini menurut gue itu adegan yang manis.  Seandainya................. ah sudahlah! ^_^*

Selama di dalam mobil sama sekali tidak ada yang spesial. Gue diam dan Vikopun diam. Gue bingung harus ngobrol apa sama dia. Tapi tiba-tiba Viko memandang gue sambil senyum-senyum. Saat ini gue benar-benar salting.

“kenapa?”

“engga, kita pake seragam kayak gini berasa muda yah. ^_^”

Gue cuman bisa senyum dan ngangguk. Karena gue takut terlihat jelek di hadapan Viko. Haha maksudnya apa? Terserah gue.

Akhirnya kita sampai di tempat tujuan. Dan saat gue akan membuka pintu mobil Viko menahan tangan gue dan bilang,

“biar gue aja yang bukain.”

Hati gue langsung berdebar kencang. Ah ini sooooooo sweet banget. Vikopun membukakan pintu buat gue. Gue keluar dan Viko juga menyiapkan tangannya untuk gue pegang. Persis seperti seorang putri yang baru turun dari kereta kencananya yang didampingi oleh pangerannya. So sweet! Gue dan Viko berjalan masuk ke tempat reuni sambil bergandengan tangan. So sweet! Dan saat itulah semua mata yang ada di sana tertuju pada gue dan Viko. Termasuk si penerima tamu, Fany. Gue bisa liat akepresi muka Fany pas ngeliat ke arah gue dan Viko.

“kalian? Jadian?”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Gloomy
615      403     0     
Short Story
Ketika itu, ada cerita tentang prajurit surga. Kisah soal penghianatan dari sosok ksatria Tuhan.
Asa di Depan Mata
256      193     1     
True Story
Menceritakan tentang bagaimana perjalanan remaja usia 18 tahun yang baru saja mencicipi bangku perkuliahan. Namun pandemi ini memaksa untuk merasakan rasa yang belum dicoba. Rasa yang memberikan banyak pelajaran saat kita membuka mata.
Purple Ink My Story
5939      1300     1     
Mystery
Berawal dari kado misterius dan diary yang dia temukan, dia berkeinginan untuk mencari tahu siapa pemiliknya dan mengungkap misteri yang terurai dalam buku tersebut. Namun terjadi suatu kecelakaan yang membuat Lusy mengalami koma. Rohnya masih bisa berkeliaran dengan bebas, dia menginginkan hidup kembali dan tidak sengaja berjanji tidak akan bangun dari koma jika belum berhasil menemukan jawaban ...
Sherwin
388      262     2     
Romance
Aku mencintaimu kemarin, hari ini, besok, dan selamanya
ARABICCA
2990      1079     2     
Romance
Arabicca, seorang gadis penderita schizoid personality disorder. Selalu menghindari aktivitas sosial, menjauhi interaksi dengan orang lain, tertutup dan mengucilkan diri, terpaksa harus dimasukkan ke sekolah formal oleh sang Ayah agar dia terbiasa dengan aktivitas sosial dan berinteraksi dengan orang lain. Hal tersebut semata-mata agar Arabicca sembuh dari gangguan yang di deritanya. Semenj...
Don't Leave Me
415      277     0     
Short Story
Dia selalu bersamaku, selalu menemani hari-hariku. Tapi, maaf, aku harus pergi dengan yang lain. -Clara-
The Last Ecounter
806      445     13     
Short Story
Mampukah kita menghalangi takdir?
Laut dan Mereka
209      139     0     
Fan Fiction
"Bukankah tuhan tidak adil, bagaimana bisa tuhan merampas kebahagiaanku dan meninggal kan diriku sendiri di sini bersama dengan laut." Kata Karalyn yang sedang putus asa. Karalyn adalah salah satu korban dari kecelakaan pesawat dan bisa dibilang dia satu satunya orang yang selamat dari kecelakaan tersebut. Pesawat tersebut terjatuh di atas laut di malam yang gelap, dan hampir sehari lamanya Ka...
ABANG-ABANG LAMBE
160      122     1     
Short Story
Dalam memperingati jasa seorang pahlawan, orang kerap terjebak pada seremonial semata tapi abai pada sifat kepahlawanan yang seharusnya di warisi dalam kehidupan sehari hari
Havana
904      459     2     
Romance
Christine Reine hidup bersama Ayah kandung dan Ibu tirinya di New York. Hari-hari yang dilalui gadis itu sangat sulit. Dia merasa hidupnya tidak berguna. Sampai suatu ketika ia menyelinap kamar kakaknya dan menemukan foto kota Havana. Chris ingin tinggal di sana. New York dan Indonesia mengecewakan dirinya.