Loading...
Logo TinLit
Read Story - Reuni SMA
MENU
About Us  

Gue sedang duduk di ayunan di taman belakang rumah gue. Dulu gue sama Abang gue sering main ayunan disini. Dan saat itulah abang gue berteriak kalau Raka datang. Awalnya gue kaget, tapi gue mencoba menyadarkan diri gue dan mencoba bersikap tidak berlebihan. Akhirnya gue dan Raka duduk di ayunan. Kami berdua hanya diam. Gue sendiri tidak mau membuka pembicaraan, karena Rakalah yang harus memberi penjelasan.

“ya, itu bener. Ga ada satu kebohonganpun dari apa yang lo denger tadi malem.”

“jadi maksud lo,,,” gue ragu untuk memperjelas situasi ini.

“lo bukan pacar gue satu-satunya.” Raka berkata tanpa melihat ke arah gue.

Tiba-tiba setetes demi setetes air mata gue membasahi pipi gue.

“gue ga akan mutusin lo, kalo lo terima keadaan ini. Tapi kalo lo minta putus, gue bakal ngabulin keinginan lo.”

Gue bahkan tidak bisa berkata apapun setelah mendengar kata-kata yang keluar dari mulut Raka. Air mata gue mengalir semakin deras di pipi gue. Gue menangis tanpa suara dan hanya menundukan kepala gue. Tapi tiba-tiba Raka memeluk gue dan mencium kening gue lembut. Dan langsung pergi meninggalkan gue yang masih kaget dengan apa yang dia lakukan tadi.

            Gue masih terdiam di ayunan. Hal itu menarik perhatian abang gue. Dia menghampiri gue, dan berkata bahwa dia akan pergi lari siang dengan bang Ivan.

“lo mau ikut?”

Awalnya gue tidak mau, tapi setelah gue pikir-pikir mungkin dengan berlari gue akan merasa lebih lega dan pikiran gue lebih jernih. Karena setelah apa yang terjadi barusan, pikiran gue lebih kusut dari sebelumnya.

“ok gue ikut!”

Setelah berganti pakaian gue bersama kedua abang gue berangkat lari. Untuk menghilangkan kerumetan dalam otak gue, gue berlari dengan sangat cepat. Gue mendengar abang gue dan bang Ivan berteriak,

“Al jangan kenceng-kenceng, nyantai!”

“iya, ntar lo kecapean.”

Gue tidak mengindahkan teriakan mereka dan berlari lebih cepat. Rasanya puas berlari dengan perasaan galau seperti ini. Adegan seperti di MV-MV Korea. Hahahahahaaaaa....

Namun pada akhirnya apa yang dikatakan oleh abang-abang gue terbukti. Gue kecapean dan rasanya kaki gue sudah tidak menyentuh tanah. Perasaan melayang karena terlalu cape. Gue juga sangat haus. Akhirnya abang gue dan bang Ivan yang tadi tertinggal jauh di belakang gue berhasil menyusul gue. Mereka hanya bisa menatap gue yang kecapean. Dengan posisi terlentang gue meminta air ke abang gue.

“ah lo itu gimana sih, kan tadi gue bilang nyantai. Gini kan akibatnya.”

“air mana air!”

“lagian siapa juga yang bawa air minum.” Bang Ivan membantu membangunkan gue.

Tiba-tiba seseorang yang gue kenal ada di depan gue. Nadya.

“Alea!?” dia mendekati gue.

“hei, Nad. Lo..... kenapa ada disini?” gue bertanya dengan nafas setengah berhenti.

“itu rumah gue,” Nadya menunjuk rumah yang memang ada di depan gue.

“hah, kenapa... rumah lo.... disini?”

“maksud lo? Dari dulu rumah gue kan disini,”

“oh gitu, iya juga yah.”

Untuk sesaat suasana hening sejenak, gue diam, Nadya diam, dan abang-abang juga sama. Tapi Nadya melihat ke arah gue dan tersenyum aneh. Gue berpikir sebentar dan gue ingat sesuatu.

“oh iya, dia abang gue namanya Areas. Dan ini temennya abang gue namanya Bang Ivan. Dia Nadya,  dia temen sekelas gue.”

“hai!” Nadya menyapa kedua abang gue dengan senyuman ramah ala Nadya.

Dan abang-abang gue menyapa dia balik.

“eeeemmmm, dia juga pacarnya Viko.”

Nadya kembali tersenyum ke arah abang-abang gue setelah mendengar perkenalannya yang tertinggal di mulut gue. Tapi yang gue heran adalah ekspresi abang-abang gue yang keliatan menahan tawa mereka.

“ya udah kalo gitu kita duluan ya Nad,” Are langsung menarik tangan gue. Gue hanya bisa tersenyum dan melambaikan tangan gue kepada Nadya.

Setelah beberapa langkah berjalan dengan kaki gue yang sudah tidak kuat bertahan. Akhirnya gue melihat pemandangan yang luar biasa terhampar di depan gue. Sekarang gue dan abang gue berada di atas bukit kecil di ujung perumahan. Bukan bukit yang indah tapi pemandangan di balik bukit itu yang indah. Dari sini kita dapat melihat hampir seluruh kota. Bukit di belakang sekolah di film kartun doraemon. Mungkin hampir sama seperti itu. Keren!

“kalian tau dari mana tempat kayak gini?” gue masih memandangi keindahan yang ada di hadapan gue.

“makannya kita suka lari, pemandangan disini, pagi, siang, sama sore itu beda.” Bang Ivan menjelaskan sambil mencoba duduk di atas batang kayu yang tergeletak di tanah.

“ohh ya? Keren!”

“Dia beneran ceweknya Viko?”

“iya, kenapa?”

“dia suka sama gue,”

“apa? Kenapa lo bilang kayak gitu?” gue menatap heran abang gue.

“dia ga ngerti Van, jelasin!”

“lo liat ga cara dia ngeliatin abang lo? Dari matanya aja udah keliatan,”

“lo ngarang,” gue tidak mengerti maksud dari pembicaraan mereka berdua.

“cara dia ngeliat abang lo, sama kayak cara lo ngeliat Viko. Mata lo ga bisa boong kalo soal hati,” Bang Ivan menjelaskan dengan serius.

“itu ga mungkin, Nadya kan pacar Viko.”

“terus?”

“ya, maksud gue mana bisa dia suka sama orang lain sementara dia udah punya pacar. Jadi ngingetin gue sama seseorang aja,” yang gue maksud adalah Raka.

Abang gue dan Bang Ivan tertawa lumayan keras mendengar ucapan gue.

“ah, lo itu ternyata emang masih kecil ya!” Bang Ivan menepuk pundak gue.

“ih, gue kan udah kelas dua SMA. Lo ga liat badan gue aja udah lebih tinggi sekarang.”

“gini ya Al, di masa-masa SMA kalian ini ga ada keharusan buat kalian mulai setia. Jalani aja, jangan terlalu serius gitu. Gue liat lo marah sama cowok lo sekarang, udah deh biasa aja. Apa kalian bisa ngejamin kalo kalian bakal nikah?”

“ya mana gue tau, gue ga kepikiran sampe situ.”

“nah itu dia,” Abang gue memberi high five atas jawaban gue. Dan dengan polosnya gue membalas high five itu. “lo bahkan belum kepikiran sampe sana kan? Jadi biasa aja, belum tentu dia yang bakalan ada di samping kita untuk selamanya kan. Gue ngomong kayak gini berdasarkan pengalaman gue hidup tiga tahun lebih lama dari lo.” Are mulai menasehati gue mungkin.

“terus pas tadi gue bilang kalo dia ceweknya Viko, kenapa muka kalian kayak gitu?”

“soalnya gue bisa bayangin perasaan lo gimana, sahabatan sama pacar gebetan lo. Ngenes banget.” Sekali lagi mereka berdua tertawa dengan puas.

            Setelah membersihkan tubuh gue yang lengket akibat keringat, gue membungkus luka gue dengan perban dan membaringkan tubuh gue di kasur. Memikirkan apa yang Abang gue dan Bang Ivan katakan. Gue merasa mungkin mereka benar. Mungkin gue jangan terlalu serius sama hubungan yang gue jalin sekarang. Gue kan masih SMA.

Gue bangun dari tempat tidur gue dan berjalan ke arah balkon kamar gue, gue duduk di kursi goyang berwarna pink yang sengaja gue tempatkan di balkon untuk bersantai. Gue memejamkan mata gue dan mulai tertidur,

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Miracle of Marble Box
3367      1431     2     
Fantasy
Sebuah kotak ajaib yang berkilau ditemukan di antara rerumputan dan semak-semak. Alsa, Indira dan Ovi harus menyelesaikan misi yang muncul dari kotak tersebut jika mereka ingin salah satu temannya kembali. Mereka harus mengalahkan ego masing-masing dan menggunakan keahlian yang dimiliki untuk mencari jawaban dari petunjuk yang diberikan oleh kotak ajaib. Setiap tantangan membawa mereka ke nega...
IP 3.98 Minus
1440      889     8     
Short Story
IP bukanlah segalanya. Kuberitahu kau, Nyonya!
Sendiri
466      311     1     
Short Story
Sendiri itu menyenangkan
Man in a Green Hoodie
5148      1281     7     
Romance
Kirana, seorang gadis SMA yang supel dan ceria, telah memiliki jalan hidup yang terencana dengan matang, bahkan dari sejak ia baru dilahirkan ke dunia. Siapa yang menyangka, pertemuan singkat dan tak terduga dirinya dengan Dirga di taman sebuah rumah sakit, membuat dirinya berani untuk melangkah dan memilih jalan yang baru. Sanggupkah Kirana bertahan dengan pilihannya? Atau menyerah dan kem...
Invisible Girl
1260      649     1     
Fan Fiction
Cerita ini terbagi menjadi 3 part yang saling berkaitan. Selamat Membaca :)
Kaca yang Berdebu
134      110     1     
Inspirational
Reiji terlalu sibuk menyenangkan semua orang, sampai lupa caranya menjadi diri sendiri. Dirinya perlahan memudar, seperti bayangan samar di kaca berdebu; tak pernah benar-benar terlihat, tertutup lapisan harapan orang lain dan ketakutannya sendiri. Hingga suatu hari, seseorang datang, tak seperti siapa pun yang pernah ia temui. Meera, dengan segala ketidaksempurnaannya, berjalan tegak. Ia ta...
Mikroba VS Makrofag
190      176     0     
Humor
Muka default setelan pabrik, otak kacau bak orak-arik, kelakuan abstrak nyerempet prik ... dilihat dari ujung sedotan atau belahan bumi mana pun, nasib Sherin tuh definisi burik! Hubungan antara Sherin dengan hidupnya bagaikan mikroba dengan makrofag. Iya! Sebagai patogen asing, Sherin selalu melarikan diri dari hidupnya sendiri. Kecelakaan yang dialaminya suatu hari malah membuka kesempatan S...
Angel in Hell
539      406     0     
Short Story
Dia memutar-mutar pena di genggaman tangan kanannya. Hampir enam puluh detik berlalu dan kolom satu itu masih saja kosong. Kegiatan apa yang paling Anda senang lakukan? Keningnya berkerut, menandakan otaknya sedang berpikir keras. Sesaat kemudian, ia tersenyum lebar seperti sudah mendapatkan jawaban. Dengan cepat, ia menggoreskan tinta ke atas kertas; tepat di kolom kosong itu. Mengha...
Aku Bahagia, Sungguh..!
477      342     2     
Short Story
Aku yakin pilihanku adalah bahagiaku mungkin aku hanya perlu bersabar tapi mengapa ingatanku tidak bisa lepas darinya --Dara--
Luka di Atas Luka
455      306     0     
Short Story
DO NOT COPY MY STORY THANKS.