Loading...
Logo TinLit
Read Story - I'm Possible
MENU
About Us  

Kini Julian dan Kinan menghabiskan waktu sore didekat kolam ikan. Setelah makan bersama dengan Broto, Julian sedikit merasa tenang dengan kenyataan bahwa Papa nya tidak ikut campur sedikit pun tentang ia dan Kinan. Mungkin dirinya memang tidak lebih penting untuk dipikirkan dari pada pekerjaan.

Ketika angin bertiup, Julian enggan memalingkan tatapan jauh nya pada Kinan. Dari samping, Kinan sangat anggun dengan rambut hitam panjangnya.

Julian berjalan mendekat dan duduk disamping Kinan. Mereka duduk dibawah mendekati pinggiran kolam ikan. Kinan menoleh dan tersenyum pada Julian.

“Kinan, menurut kamu apa yang lebih penting dari pada keluarga?” tanya Julian.

“Engga ada” singkat Kinan. Baginya keluarga adalah yang terpenting. Dengan alasan itu lah ia berharap dapat bertemu dengan Ibu nya.

Mendengar jawaban Kinan, Julian tersenyum spontan. Memang benar, siapapun tau keluarga adalah yang terpenting. Hanya keluarganya yang tidak pernah menyadari itu. Sampai sekarang ia masih terus merasa hancur setiap kali memikirkan bagaimana bisa Papa nya hanya memikirkan dan menghabiskan waktu untuk bekerja, mereka masih satu rumah namun seperti semakin hari terasa semakin asing. Mama nya pun memilih fokus pada bisnis di negeri orang. Kakak perempuannya memilih hidup sendiri di apartemen. Dan keadaan ini membuat dirinya tidak mempunyai pilihan lain selain hidup seperti seorang diri.

Kedua orang tua nya belum bercerai, namun memilih jalan gila dan mengorbankan kehidupan anaknya. Selalu sesak saat di ingat.

Kinan, melihat perubahan ekspresi Julian yang menjadi diam.

“Kenapa?” tanya Kinan.

Tiba-tiba ponsel Julian berdering, sebuah panggilan masuk dari Sheina. Julian berdiri untuk mengangkat panggilan tersebut dan mengatakan pada Kinan untuk menunggu sebentar. 

Tidak lama kemudian, Julian kembali duduk disamping Kinan setelah selesai berbicara dengan Sheina. Kinan tampak hanya menoleh dan tidak bertanya apa pun.

“Kamu ga mau tanya, barusan siapa yang telfon?”

“Memang boleh?” tanya Kinan dengan polos. Julian seketika tersenyum.

“Boleh”

“Kalo gitu, siapa?” di sisi lain, Kinan juga ingin tau, tapi ia takut pertanyaan nya akan menjadi tidak sopan.

“Sheina, mantan aku. Kita belum lama putus. Kira-kira seminggu sebelum pertemuan pertama kita didepan cafe” entah mengapa Julian ingin sekali memberi tahu banyak hal tentang dirinya pada Kinan. Itu sedikit melegakan, mengingat selama ini ia tidak pernah membagi ceritanya pada siapapun.

Mendengar hal itu, Kinan menjadi semakin ingin tau. Ternyata Julian belum lama berpisah dengan kekasihnya, itu artinya masih ada terselip rasa di antara mereka. Hampir saja Kinan terhanyut oleh perlakuan Julian. Ini seperti jawaban, jika dirinya tidak seharusnya berfikir lebih jauh mengenai perasaan. Meskipun baru rasa nyaman yang ia rasakan.

“Kenapa kalian putus? kalau kamu bisa perbaikin yang salah, kalian masih bisa sama-sama”

“Kita sama-sama egois. Sebenernya aku masih mau pertahanin, tapi Sheina yakin sama keputusan yang dia ambil buat udahin semuanya”

“Pasti masih sulit kan?” seketika Kinan merasakan hal yang lain. Mungkin sedikit rasa kecewa, pertama kalinya ia bertemu dengan seseorang yang begitu banyak berkorban untuknya dan terlebih bisa membuat dirinya senyaman ini.

“Engga juga.. ”

Tatapan Julian seperi sulit di artikan, Kinan sama sekali tidak berani menilai tatapan seperti apa yang sedang ia hadapi.

Julian tersenyum dan mengacak pelan rambut Kinan. Ia berdiri dan berjalan untuk menyalakan lampu dan kembali lagi menghampiri Kinan.

“Masuk yuk? udah mulai gelap. Kita ke atas dulu, aku mau mandi habis itu anterin kamu pulang”

Mereka berjalan bersama menaiki anak tangga. Julian membuka pintu kamar nya dan mulai masuk, namun menyadari Kinan tidak mengikutinya, ia membalikan badan dan melihat Kinan hanya diam didepan pintu. Julian terdiam sejenak, hingga menyadari sesuatu hal. Sudah jelas dan harusnya ia tau bagaimana pun Kinan memang sangat polos.

Julian mengusap rambutnya ke belakang dan berjalan keluar kamar, mengajak Kinan untuk ke sofa di samping ruangan kamarnya. Disana terdapat banyak buku yang tersusun di kayu tembok seperti sudah di desain. Sementara Kinan berjalan mengikuti Julian.

“Kamu duduk disini ya, aku mandi sebentar” setelah melihat Kinan duduk, Julian berjalan ke bawah meminta Mbak Ning membawakan teh hangat untuk Kinan. Setelah itu ia masuk ke kamarnya untuk bersiap mandi.

Kinan sedari tadi hanya duduk diam melihat sekeliling, rumah ini benar-benar sangat besar dan sepi. Ia sedikit bisa merasakan bagaimana perasaan Julian. Suasana nya tidak begitu hangat.

Mbak Ning berjalan mendekat dan memberikan secangkir teh hangat. Kinan meminta Mbak Ning untuk tinggal sebentar sampai Julian selesai mandi. Ia ingin sekedar mengobrol. Sejak sampai di Jakarta, Kinan belum begitu banyak mengenal teman perempuan. Ditempat kerjanya ia hanya bisa sedikit mengobrol dengan 3 sesama pekerja.

Kinan sedikit tidak dapat berkomentar apa-apa mendengar bahwa sebelumnya Julian jarang sekali pulang ke rumah dan selalu ditekan untuk fokus Kuliah oleh kedua orang tuanya. Meskipun tujuan mereka baik, bagaimana Julian bisa mendengarkan mereka dengan mudah, sementara mereka pun tidak ada waktu untuk menemani dan membimbing Julian dengan kehangatan. Fikiran itu seketika muncul dan Kinan juga tidak setuju dengan sikap kedua orang tua Julian. Harusnya mereka lebih menganggap anak adalah segalanya.

Setelah banyak mengobrol dengan Mbak Ning, Julian nampak selesai dan keluar dari dalam kamarnya. Ia tersenyum menghampiri Kinan yang sedang duduk dengan Mbak Ning.

“Masih ngobrol? kalo gitu pulang nya nanti aja” kata Julian yang senang melihat mereka berdua.

Kinan dan Mbak Ning berdiri, “Udah kok, aku sama Mbak ning cuma ngobrol biasa. Aku pulang sekarang aja”

“Oh, ok. Yaudah kita turun” mereka pun berjalan turun.

Mbak Ning mengikuti mereka untuk mengunci kembali gerbang dan pintu utama setelah mereka pergi.

Julian dan Kinan masuk ke dalam mobil dan keluar gerbang, “Mbak langsung tidur aja. Malem ini saya tidur di apartemen, besok ada matkul pagi”

Mbak Ning meng’iya’kan perkataan Julian, malam ini ia tidak perlu menunggu Julian untuk membukakan gerbang dan pintu lagi.

Setelah setengah jam perjalan menuju kedai, akhirnya mereka sampai. Namun Kinan meminta untuk diturunkan didepan sebelum jalan kerumahnya. Ia bilang ingin memgambil pesanan Bibi An.

Setelah turun dari mobil, Kinan berjalan dengan pelan. Sedari tadi ia terus terfikir oleh sikap kedua orang tua Julian. Apakah itu benar-benar lebih menyakitkan dari pada nasib nya? ia sama sekali belum pernah bertemu dengan kedua orang tuanya. Sekarang ia sangat bingung harus bagaimana, ternyata kota Jakarta lebih sulit dari pada yang ia bayangkan.

Kinan melihat taman kecil yang sepi, ia berjalan dan duduk disana. Tiba-tiba ia tidak bisa mengontrol emosinya lagi, semuanya terlupakan oleh air mata. Ia hanya menunduk dan menangis sesenggukan. Bagaimana bisa Ibunya tidak berusaha menemuinya satu kali saja selama ia hidup 18 tahun di Bandung. Kemana ia harus mencarinya.

Saat melihat satu-satu nya foto Ibu nya, entah ingin bertemu atau rasa benci ia tidak bisa mengartikannya. Bagaimana pun juga ia harus tau alasan Ibu nya tidak pernah kembali.

Butuh waktu lama untuk berusaha menenang kan diri setelah menangis. Wajah sembab nya tidak bisa di sembunyikan lagi. Karna sudah semakin malam, ia terpaksa pulang namun akan langsung masuk ke kamarnya.

Namun seperti tidak bisa di hindari, Bibi An berada di kedai dan melihatnya.

“Kinan? kenapa kok wajah kamu sembab begini? ada apa?” Bibi An menuntun nya untuk duduk dan memberikannya minum.

Kinan berusaha tenang dan tersenyum.

“Kinan ga papa Bi. Kinan cuma kangen sama Ibu. Kinan butuh ketemu dan bicara sama Ibu. Jadi Kinan harus berusaha cari Ibu, sepulang kerja”

Wajah Bibi An seketika berubah. Kinan yang selalu terlihat tenang, ternyata memang memiliki tujuan itu.

“Kinan tau? kenapa Ibu pergi ninggalin Kinan?”

“Bibi Mun bilang, Ibu pergi setelah melahirkan Kinan. Cuma itu. Tapi Bibi Mun juga bilang, makam Ayah juga ada di Jakarta, Bibi tau?” tanya Kinan sambil menyeka air matanya.

Bibi An mengusap lembut kepala Kinan, suasana hatinya juga sudah berubah, “Kinan…”

Kinan duduk menghadap Bibi An, melihat Bibi An seperti sulit mengatakan sesuatu, “Ada apa Bi?”

“Bibi tau, dimana makam Ayah kamu” terlihat air mata Bibi An juga sudah tidak bisa di tahan lagi.

Kinan seketika terdiam, hatinya berdegup kencang. Air matanya mengalir begitu saja.

“Dimana Bi, dimana makam Ayah?”

“Di pemakaman umum dekat rumah lama Ayah-Ibu mu. Besok Bibi antar, sudah ayo istirahat ya” Bibi An nampak tergesa-gesa dan meraih tangan Kinan untuk mengantarnya ke kamar. Namun Kinan hanya diam, ia menolak.

“Bibi_ juga tau dimana Ibu?” tanya Kinan dengan tubuh yang semakin gemetar. Terlihat Bibi An semakin menangis dan tidak menyangkal pertanyaan Kinan. Seketika tubuh Kinan terjatuh dan duduk di lantai, ia semakin menangis.

“Dimana Bi? Ibu dimana? Kinan mau bicara sama Ibu” pinta Kinan dengan sepenuh hati.

“Bibi ga sanggup, Bibi juga takut Kinan ga sanggup menerimanya” kesedihan semakin terlihat dari wajah Bibi An. Setelah tidak ada kata yang dapat terucap lagi melihat Kinan menangis, akhirnya Bibi An memberitahu yang sebenarnya.

“Setelah melahirkan Kinan, Rima datang ke Bibi dengan kondisi yang buruk. Bertahun-tahun tinggal sama Bibi, tapi kondisinya semakin ga memungkinkan. Setiap hari Rima cuma diam dan ga bisa diajak komunikasi. Terkadang menangis, tertawa, bahkan ngamuk. Rima ga bisa melupakan Ayah kamu. Jiwa nya semakin jauh dari kata normal. Bibi sudah pasrah, dan Bibi bawa ke rumah sakit jiwa dekat sini”

Mendengar hal itu, tubuh Kinan semakin lemas tidak karuan. Selama ini Ibu nya mengalami masa sulit sendirian, Ibu nya sangat mencintai Ayahnya. Kinan bertanya lagi pada Bibi An dengan terbata-bata. Setelah mengetahui tempat tersebut Kinan langsung berlari keluar kedai, meskipun ia tidak tau persis dimana tempatnya ia akan bertanya pada orang. Bibi An pun langsung menutup pintu kedainya dan mengejar Kinan.

Setelah menenangkan Kinan, mereka pergi bersama ke rumah sakit tersebut. Merek tidak membawa apa-apa, hanya dengan keinginan Kinan yang kuat. Sampai disana mereka langsung masuk dan dipersilahkan untuk menunggu disebuah ruangan. Kinan duduk dengan gelisah dan terus menangis. Bibi An terus memeluk Kinan.

Seorang wanita paruh baya keluar dengan penampilan yang berantakan, kurus, dan memiliki pandangan mata yang yang tidak dapat di artikan. Selama ini Bibi An membiayai administrasi secara berkala, beruntung tempat tersebut memiliki yayasan yang baik sehingga biayanya tidak terlalu besar.

Kinan menatap tidak percaya, tubuh didepan matanya jauh berbeda dengan foto yang ia punya. Benar, kondisinya sangat buruk. Kinan berjalan dan memeluk Ibu nya meski ditolak. Tanpa sadar tangisannya semakin keras, hatinya sakit melihat Ibu yang melahirkannya seperti ini. Perasaan kecewa, menyesal, dan hancur semuanya menjadi satu. Ia beberapa kali mengajak Ibu nya berbicara namun tidak ditanggapi.

Tidak lama kemudian perawat datang dan mengatakan bahwa waktu nya sudah habis, Ibu nya harus istirahat. Mereka berjalan keluar dengan perasaan yang sangat sedih. Saat melihat ponselnya, terlihat beberapa panggilan tak terjawab dari Julian. Dan kembali ada panggilan masuk namun Kinan enggan mengangkatnya. 

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Dieb der Demokratie
16906      1974     16     
Action
"Keadilan dan kebebasan, merupakan panji-panji dari para rakyat dalam menuntut keadilan. Kaum Monarki elit yang semakin berkuasa kian menginjak-injak rakyat, membuat rakyat melawan kaum monarki dengan berbagai cara, mulai dari pergerakkan massa, hingga pembangunan partai oposisi. Kisah ini, dimulai dari suara tuntutan hati rakyat, yang dibalas dengan tangan dingin dari monarki. Aku tak tahu...
REASON
9570      2312     10     
Romance
Gantari Hassya Kasyara, seorang perempuan yang berprofesi sebagai seorang dokter di New York dan tidak pernah memiliki hubungan serius dengan seorang lelaki selama dua puluh lima tahun dia hidup di dunia karena masa lalu yang pernah dialaminya. Hingga pada akhirnya ada seorang lelaki yang mampu membuka sedikit demi sedikit pintu hati Hassya. Lelaki yang ditemuinya sangat khawatir dengan kondi...
Surat Kaleng Thalea
4437      1257     2     
Romance
Manusia tidak dapat menuai Cinta sampai Dia merasakan perpisahan yang menyedihkan, dan yang mampu membuka pikirannya, merasakan kesabaran yang pahit dan kesulitan yang menyedihkan. -Kahlil Gibran-
Varian Lara Gretha
5597      1721     12     
Romance
Gretha harus mempertahankan persahabatannya dengan Noel. Gretha harus berusaha tidak mengacuUhkan ayahnya yang berselingkuh di belakang ibunya. Gretha harus membantu ibunya di bakery untuk menambah biaya hidup. Semua harus dilakukan oleh Gretha, cewek SMA yang jarang sekali berekspresi, tidak memiliki banyak teman, dan selalu mengubah moodnya tanpa disangka-sangka. Yang memberinya semangat setiap...
V'Stars'
1531      702     2     
Inspirational
Sahabat adalah orang yang berdiri di samping kita. Orang yang akan selalu ada ketika dunia membenci kita. Yang menjadi tempat sandaran kita ketika kita susah. Yang rela mempertaruhkan cintanya demi kita. Dan kita akan selalu bersama sampai akhir hayat. Meraih kesuksesan bersama. Dan, bersama-sama meraih surga yang kita rindukan. Ini kisah tentang kami berlima, Tentang aku dan para sahabatku. ...
The watchers other world
2051      848     2     
Fantasy
6 orang pelajar SMA terseret sebuah lingkarang sihir pemanggil ke dunia lain, 5 dari 6 orang pelajar itu memiliki tittle Hero dalam status mereka, namun 1 orang pelajar yang tersisa mendapatkan gelar lain yaitu observer (pengamat). 1 pelajar yang tersisih itu bernama rendi orang yang suka menyendiri dan senang belajar banyak hal. dia memutuskan untuk meninggalkan 5 orang teman sekelasnya yang ber...
Hujan Bulan Juni
402      278     1     
Romance
Hujan. Satu untaian kata, satu peristiwa. Yang lagi dan lagi entah kenapa slalu menjadi saksi bisu atas segala kejadian yang menimpa kita. Entah itu suka atau duka, tangis atau tawa yang pasti dia selalu jadi saksi bisunya. Asal dia tau juga sih. Dia itu kaya hujan. Hadir dengan serbuan rintiknya untuk menghilangkan dahaga sang alang-alang tapi saat perginya menyisakan luka karena serbuan rintikn...
SATU FRASA
16075      3380     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Amherst Fellows
6564      1775     5     
Romance
Bagaimana rasanya punya saudara kembar yang ngehits? Coba tanyakan pada Bara. Saudara kembarnya, Tirta, adalah orang yang punya segunung prestasi nasional dan internasional. Pada suatu hari, mereka berdua mengalami kecelakaan. Bara sadar sementara Tirta terluka parah hingga tak sadarkan diri. Entah apa yang dipikirkan Bara, ia mengaku sebagai Tirta dan menjalani kehidupan layaknya seorang mahasis...
MANTRA KACA SENIN PAGI
3787      1358     1     
Romance
Waktu adalah waktu Lebih berharga dari permata Tak terlihat oleh mata Akan pergi dan tak pernah kembali Waktu adalah waktu Penyembuh luka bagi yang sakit Pengingat usia untuk berbuat baik Juga untuk mengisi kekosongan hati Waktu adalah waktu