Pasword
Hari minggu jam dua siang Malto sudah duduk di kursi kayu cokelat yang ada di dalam kafe Abnormal Coffee. Ia memilih meja yang berada tepat di sisi tembok kaca bening. Ada secangkir Americano yang baru saja ia pesan. Ia menyeruput kopi itu lalu menatap ke arah luar, memperhatikan beberapa orang berlalu lalang.
Lonceng di pintu masuk kafe berbunyi. Mala baru saja tiba matanya langsung menjelajah mencari teman-temannya. Ia tersenyum kecil ketika melihat Malto melambaikan tangan ke arahnya. Gadis itu menghampiri Malto dan langsung duduk di depannya.
"Baru kita yang dateng?" tanta Mala.
"Memangnya lo gak punya mata. Lo bisa liat sendiri kan."
Mala mendecakan lidahnya. "Baru dateng udah ngajak ribuk."
"Ya lagian lo nanya pertanyaan yang udah jelas jawabannya."
"Gue kan cuma basa basi. Gitu aja ketus banget."
"Tunggu sini," kata Malto lalu ia pergi ke meja barista. Mala menyunggingkan bibirnya ketika Malto sedang memesan sesuatu pada seorang barista. Tidak lama Malto datang ia membawa satu gelas Frappe dingin. "Nih, lo gak suka kopi panas kan."
Dengan ragu Mala menggeser minuman itu ke hadapannya. "Makasih," ucapnya sangat pelan. Malto tahu betul kalau Mala tidak suka kopi panas. Bahkan ketika hujan atau udara dinginpun Mala lebih suka minum kopi yang dingin di bandingkan kopi panas.
"Lo gak di jemput sama Valdi," tanya Malto.
Mala menyipitkan matanya. Ia berusaha menelaah terlebih dahulu pertanyaan Malto sebelum menjawabnya. Ia merasa ada maksud lain dari pertanyaan laki-laki itu. Tapi apa? Mala sama sekali tidak bisa menebak isi pikiran orang yang sudah di kenalnya sejak SMP itu.
"Gue ini cewek mandiri jadi gak perlu di anter jemput."
Malto menyeruput kopinya. "Oh, gue pikir."
"Memangnya lo pikir apa?"
"Gue pikir lo udah di putusin."
"Kenapa juga Valdi harus mutusin gue."
Malto tersenyum, ia melipat kedua tangannya di depan dada. "Ya karena lo berisik. Lagian gue heran deh kok bisa ya cowok kalem kaya Valdi pacaran sama cewek berisik dan ajaib kaya lo. Lo pake pelet ya. Pasti pake ajian semar mesem, atau pake peletnya Mbah Grondong. Ayo ngaku!"
Mala menggelengkan kepalanya. Ia menatap tajam ke arah Malto. "Orang yang gak pernah jatuh cinta kaya lo gak akan pernah ngerti. Asal lo tau ya, gak perlu pake ajian semar mesem atau mantranya Mbah Grondong. Ini semua tuh karena kekuatan cinta, CINTA!" tegas Mala.
"He, alay siapa bilang gue gak pernah jatuh cinta. Sok tau!"
"Memangnya pernah? Sama siapa?"
Malto terdiam jakunnya naik turun karena ia baru saja menelan ludahnya sendiri. Tidak lama Valdi datang ia langsung duduk di samping Mala. Kedatangan Valdi membuat Malto merasa lega, sehingga ia tidak perlu menjawab pertanyaan Mala barusan.
"Fara belum dateng?" tanya Valdi.
"Ini juga cowoknya sama aja. Lo bisa liat sendirikan kalau Fara belum dateng," kata Malto.
Valdi tersenyum seperti biasa ia selalu ramah pada siapapun. "Kenapa sih dia lagi PMS ya."
"Tau! Lagi gak waras dia. Gak usah di tanggepin." ucap Mala.
Valdi tertunduk ia melihat ke layar ponselnya ada sebuah pesan masuk. Dengan cepat Valdi memasukan pasword. Mala yang ada di samping tidak bisa melihat dengan jelas kata apa yang di masukan pada pasword di ponsel Valdi. Valdi lalu meletakan ponsel di atas meja. Ia lihat Mala dan Malto sudah memesan minuman.
"Kalian udah pesen minum ya. Aku haus nih aku pesen minum dulu ya. Oh ya kalian mau cemilan apa?" tanya Valdi ia berdiri dan menatap Mala serta Malto.
"Apa aja terserah kamu," kata Mala.
Valdi pergi menuju meja pelayan. Sementara dengan cepat Mala meraih ponsel Valdi yang tertinggal di atas meja. Mala memasukan pasword beberapa kali namun salah. Ia coba memasukan namanya sendiri hingga tanggal mereka jadian tapi semuanya salah.
"Lo gak tau pasword cowok lo sendiri," ujar Malto yang sejak tadi melihat Mala sibuk memasukan pasword.
"Dari awal pacaran sampai detik ini gue sama dia gak pernah saling cek smartphone kita masing-masing. Karena bagi kita itu adalah wilayah pribadi."
"Dasar pasangan aneh. Terus kenapa lo mau bukan kunci smartphonenya Valdi. Katanya wilayah pribadi."
"Ssttt.. mau tau aja sih lo." Mala kembali memasukan berbagai macam kata namun tetap salah.
Malto yang melihatnya jadi sedikit kesal. "Valora," ucap Malto.
"Apa?" Mala bingung.
"Paswordnya valora," kata Malto.
Mala mengerutkan dahinya. "Kok lo tau?"
"Ya taulah, kan gue suka minta video bokep dari dia. Kenapa lo gak nyangka kan kalau cowok lo itu juga suka nonton video begituan."
Mala menyunggingkan bibirnya. Ia berdecak lidah dan tidak mempedulikan perkataan Malto. Ia lalu mengetik kata valora dan gembok di ponsel Valdi terbuka. Ternyata Malto benar soal paswordnya.
"Valora? Kata apa itu?"
Malto mengangkat kedua pundaknya ia tidak tahu arti kata valora. Mala lalu membuka aplikasi Whatsapp dan membaca isi chat Valdi dengan Fara.
from Fara :
Udah makan?
from Valdi :
Baru aja makan.
from Fara :
Gimana besok kita jadi nonton?
from Valdi :
Jadi. Di tempat biasa ya.
from Fara :
Ok.
from Valdi :
Mimpi yang indah ya, my valora.
Mala menghela napasnya bola matanya bergerak tidak beraturan. Apa maksud dari pesan yang baru saja ia baca. Apakah ini buktinya, bukti kalau Valdi dan Fara berselingkuh. Gadis itu menyentuh dadanya, jantungnya berdebar sangat kencang. Ia melihat ke arah Valdi yang memesan makanan. Tidak mungkin, ini tidak mungkin kenapa hatinya terasa sakit membaca pesan-pesan itu.
"Gue mau ke toilet sebentar." Mala berdiri lalu jalan dengan cepat menuju toilet yang ada di luar kafe.
Malto melihat mimik wajah Mala seperti menahan sesuatu. Ia sangat penasaran apa yang sebenarnya baru saja di lihat oleh Mala. Laki-laki itu lalu mengambil ponsel Valdi dan melihat isi pesan Whatsapp milik Valdi. Malto memberengut membaca pesan-pesan itu. Sebagai seorang laki-laki ia tahu ada sesuatu yang salah dengan isi pesan itu. Malto dengan cepat mematikan ponsel Valdi dan menyimpannya kembali di atas meja.
Valdi datang sambil membawa beberapa kue. "Mala mana?"
"Ke toilet. Lagi beser kali dia," ucap Malto enteng. Ia menatap Valdi dengan tajam.
"Hai sorry ya telat," kata Fara yang baru datang. Ia lalu duduk di samping Malto.
"Nih udah gue pesenin minuman." Valdi menyodorkan segelas Cappuccino.
"Makasih ya," Fara menyeruput kopi itu.
Mala berdiri di depan wastafel. Ia menatap dirinya sendiri di cermin. Ingin sekali rasanya menangis, tapi tidak! Ia harus menahannya. Semuanya masih belum jelas. Ia tidak boleh jadi gadis kekanak-kanakan yang hanya membaca pesan seperti itu , lalu langsung menunduh hal yang tidak-tidak.
Tapi... bodoh sekali rasanya jika ia tidak memikirkan hal yang negatif ketika telah membaca isi pesan itu. Mala menggelengkan kepalanya ia berusaha untuk tetap berpikir positif kepada pacarnya itu. Mala merapihkan rambutnya. Ia lalu kembali masuk kedalam kafe.
Dari pintu masuk Mala bisa melihat Fara sudah datang. Ia berjalan perlahan, dirinya harus tetap tenang anggap saja tidak terjadi apa-apa.
"Hai La," sapa Fara ketika Mala hendak duduk di kursinya.
Mala hanya tersenyum. Sulit sekali rasanya untuk membalas sapaan dari Fara. Malto menyesap kopi Americano miliknya. Mata Malto menatap ke arah Mala. Ia tahu ada sesuatu yang sedang di rasakan oleh gadis itu. Sebenarnya kedatangan mereka kesini untuk mengerjakan tugas kelompok yang di berikan oleh Ibu Tujay. Tapi sepertinya kelompok ini akan mengalami sedikit kendala.
"Menurut gue ini tempat yang pas buat melihat aktifitas remaja yang hidup di perkotaan," ucap Valdi ia lalu melanjutkan perkataannya. "tuh coba kalian liat. Disini banyak remaja kan. Jadi bisa di bilang kafe adalah salah satu tempat nongkrong yang di gemari oleh para remaja. Jadi kita harus tulis soal itu di artikelnya."
Fara meangguk pelan. "Setuju. Oh iya To, lo bawa kameranya kan buat foto."
"Bawa." Malto mengeluarkan kamera DSLR warna hitam dari dalam tasnya. Ia lalu memfoto semua aktifitas yang terjadi di dalam kafe itu.
Valdi menoleh ke arah kiri. Ia lihat Mala menatap nanar ke arah luar memperhatikan orang-oran yang ada di pedestrian. "Kamu kenapa sih? Sakit?" Valdi menyentuh kening Mala untuk memeriksa suhu tubuhnya.
Mala tersadar dari lamunannya. "Oh, enggak, enggak apa-apa." Gadis itu menyendok kue cokelat yang tadi di belikan oleh Valdi.
Mereka lalu keluar kafe menuju mal dan mengambil gambar remaja seusia mereka di sana. Tidak lupa juga pergi ke bioskop hanya untuk mengambil gambar. Mereka lalu keluar mal dan jalan di pedestrian atau sebagian orang biasa menyebutnya trotoar.
Mala dan Malto jalan di depan Valdi dan Fara. Sesekali Mala menengok kebelakang untuk melihat apa yang sedang di lakukan oleh pacarnya. Valdi sedikit tertawa ia sedang mengobrol biasa dengan Fara. Tidak ada yang aneh kedua orang itu hanya bicara layaknya seorang teman. Tapi Mala tetap saja mengetahui apa yang sudah terjadi di antara mereka.
Malto berlari kecil ia jalan sambil mundur. Tubuhnya menghadap Mala yang terlihat sedang gusar. "La," panggil Malto lalu dengan cepat memfoto temannya itu. Aneh gadis itu tidak marah. Karena biasanya jika Mala di foto dalam keadaan tidak siap pasti akan langsung marah. "Kenapa sih dari tadi diem aja."
Mala menggeleng pelan. "Enggak apa-apa cuma lagi pengen diem aja."
"Istirahat dulu dong capek nih," kata Fara ia merasakan pegal di kakinya karena sejak tadi terus berjalan. Fara akhirnya duduk di kursi kayu memanjang yang ada di atas pedestrian. Sementara Mala menemani Malto sedang mengambil gambar kendaraan yang ada di jalanan.
"La gue tuh udah kenal lo dari SMP dengan ekspresi wajah lo sekarang ini, gue tau lo lagi nyembunyiin sesuatu. Gue tadi juga udah baca isi Whatsappnya Valdi. Pasti karena itu kan."
Mala menoleh ke arah Malto yang berdiri tidak jauh darinya. "Lo baca isi pesan orang lain. Lo tau gak itu namanya gak sopan."
"He! ngaca sis. Lo juga kan baca tanpa bilang-bilang ke orangnya,"
"Lah gue kan ceweknya. Jadi gue boleh dong liat isi HPnya cowok gue sendiri."
Malto dengan sengaja memfoto Mala yang wajahnya terlihat kesal. "Ngaku ceweknya tapi gak tau pasword HP cowoknya. Aneh!"
Mala terdiam ia mendengus. Gadis itu berkacak pinggang sambil menghadap ke arah jalan raya. Valdi dan Fara yang sedang duduk tidak bisa mendengar pembicaraan mereka karena posisi mereka yang agak jauh.
"Mm... menurut lo sendiri, sebagai seorang laki-laki ya, apa yang lo tangkep dari isi WAnya Valdi."
"Kami sebagai kaum laki-laki cuma bakalan ngirim pesan-pesan so sweet kaya gitu ke cewek-cewek yang kami anggap menarik. Pertanyaan gue sekarang selama lo pacaran sama dia, sesering apa sih dia kirimin lo pesan-pesan so manis kaya anak alay."
"Jarang. Bahkan bisa dibilang gak pernah. Dari awal pacaran dia kalau kirim pesan gak pernah ada basa basinya, pasti langsung ke intinya," ujar Mala.
"Itu artinya lo gak menarik bagi dia,"
Mala mendecakan lidahnya. "Kalau gak menarik terus kenapa dia nembak gue?"
Malto berjalan beberapa langkah. Ada objek yang menarik untuk di foto. "Mungkin penasaran. Selain pacaran sama cewek yang menarik bagi dia. Cowok juga terkadang suka banget pacaran sama cewek yang membuat cowok itu penasaran. Dan yang perlu lo tau terkadang cowok yang macarin ceweknya karena rasa penasaran dan gak pake cinta, begitu rasa penasarannya ilang si cowok pasti bakalan pergi dan cari cewek lain.
Mala terdiam ia memikirkan banyak hal di dalam kepalanya. Gadis itu lalu menatap ke arah Valdi dan Fara yang sedang duduk bersebelahan. Sekarang apa yang harus ia lakukan. Apakah ia harus berkelahi dengan Fara sama seperti Tita dan Yani yang saling memperebutkan laki-laki. Tidak, itu sangat kekanak-kanakan. Pasti ada hal yang lebih dewasa yang bisa ia lakukan.
Valdi berjalan ke arah Mala yang sejak tadi memperhatikannya. Laki-laki itu tersenyum manis. Senyum itulah yang membuat Mala jatuh cinta pada Valdi. Valdi merangkul pinggang Mala dengan lembut. Gadis itu mencoba untuk tersenyum senatural mungkin.
"To, fotoin kita dong," ucap Valdi.
Malto tersenyum agak sedikit sinis. Ia lalu memfoto Mala dan Valdi beberapa kali. Mala hanya diam ia mengikuti saja arahan yang di beri oleh Valdi. Di kursi kayu Fara memperhatikan Valdi sedang merangkul Mala dan Malto sedang memfoto kedua orang itu. Tidak ada yang aneh dengan mimik wajah Fara namun tangan kanannya mengepal cukup kencang hingga urat-uratnya terlihat jelas.
jadi inget dulu pernah di jambak sama cewek gue di kelas
Comment on chapter JAMBAKAN MALA