Ok, gue janji
Tidak semua remaja ketika bel pulang sekolah akan langsung pulang kerumah mereka masing-masing. Begitu juga dengan Malto, Datra dan Zalmi. Mereka bertiga saat ini ada sebuah mal di dalam toko perlengkapan olahraga. Malto dan Datra menemani Zalmi membeli sepatu bola. Dan sebagai imbalannya Zalmi harus mentraktir kedua temannya itu.
Zalmi sedang mencoba beberapa sepatu bola. Sementara Malto melihat lihat baju bola yang di gantung dekat dinding kaca bening. Ketika sedang melihat-lihat mata laki-laki itu menangkap dua sosok yang ia kenal. Malto melihat Valdi dan Fara sedang jalan bergandengan. Ia lalu melihat ke arah Zalmi dan Datra jangan sampai mereka lihat juga.
"Bro gue ke toilet dulu ya," ucap Malto lalu keluar dari toko itu. Ia mengikuti Valdi dan Fara yang sudah masuk kesebuah restoran makanan korea. Malto mengamati dari luar. Ia lalu mengambil ponselnya dan menghubungi seseorang.
Di kamar Mala sedang bersantai sambil membaca majalah. Ia tertelungkup di atas kasur. Gadis itu membolak balikan halaman majalah untuk mencari rubik berita yang menarik bagi gadis seusianya. Smartphone miliknya berbunyi, dilihatnya ada nama Malto muncul di layarnya.
"Mau ngapain nelepon. Mau ngajakin berantem lagi," gumamnya sambil menatap ke layar ponsel. Dengan malas akhirnya ia menjawab panggilan itu.
"Gue liat Valdi," ucap Malto tanpa basa-basi.
"Ha! Dimana?" Mala langsung terduduk.
"Gue share lokasinya. Lo cepetan dateng kesini." Malto mengakhiri panggilannya. Laki-laki itu berpikir ini pasti akan lama. Ia lalu mengirim pesan pada kedua teman laki-lakinya yang ia tinggalkan di toko perlengkapan olahraga.
"Bro gue duluan ya. Ada hal penting yang harus gue lakuin." Zalmi dan Datra membaca pesan masuk di ponsel, lalu mereka melanjutkan memilih sepatu.
Malto masih mengamati Valdi dan Fara yang sedang duduk di dekat kaca bening. Laki-laki itu menyilangkan kedua tangannya di depan dada. Ia masih menunggu kedatangan Mala.
"Malto," panggil Mala yang baru datang.
"Janji sama gue lo gak bakalan marah-marah alay gak jelas. Atau saling jambak kaya Tita sama Yani," ucap Malto tatapannya tajam.
Dari cara bicaranya Mala tahu kalau ini sesuatu hal yang serius. Namun ia sendiri tidak tahu apakah bisa melakukan apa yang tadi Malto pinta. Gadis itu menarik napasnya seolah ia sedang mempersiapkan dirinya untuk sebuah kejadian yang besar.
"Ok, gue janji."
Malto lalu menyentuh kedua pundak Mala. Ia membalikan tubuh gadis itu hingga menghadap restoran makanan Korea. Dengan cepat Mala bisa melihat dua sosok yang sangat ia kenal. Valdi dan Fara, Mala melihat kedua orang itu sedang duduk saling berhadapan. Tidak hanya itu ia juga lihat tangan Valdi megenggam tangan Fara.
Mala tersenyum pedih, ia menarik napasnya sangat dalam. Kedua telapak tangannya menggulung erat hingga urat di sekitar lengannya terlihat. Mala berjalan cepat ia masuk ke restoran itu dan menghampiri Valdi dan Fara.
"Val,"
Valdi terbelalak ia melihat Mala sudah berdiri di dekatnya. "Mal... Mala!"
"Gak perlu kaget gitu biasa aja. Tapi kenapa Val? Kenapa?"
Valdi gelagapan jantungnya berdebar kencang. Ia masih terkejut dengan kehadiran Mala yang tiba-tiba.
"Kita berdua memang pacaran La, udah tiga bulan," ucap Fara.
"Fara!" Valdi membentak.
"Loh kenapa memang itukan kenyataanya. Udahlah Val jujur aja. Aku tuh capek harus ngupet-ngupet kaya pencuri."
"He! Memang lo pencuri kan. Harusnya lo malu. Kenapa jadi lo yang marah." muka Mala memerah.
Fara menunjuk dirinya sendiri. "Gue pencuri? Harusnya lo ngaca. Valdi selingkuh itu semua gara-gara lo."
"Loh kok jadi gara-gara gue. Ini sebenarnya yang salah siapa sih? Jelas-jelas lo pelakornya. Kenapa jadi gue yang salah."
Valdi menyentuh pundak Mala laki-laki itu berusaha menenangkan kekasihnya. Mala menepis lengan Valdi ia tidak sudi di sentuh olehnya.
"Kamu jahat! Kalian berdua sama-sama jahat. Kita putus. Aku bakalan nemuin laki-laki yang lebih baik dari kamu." Mala berjalan dengan cepat keluar restoran.
Valdi mengejarnya, ia lalu mencengkram lengan Mala. "La tunggu dulu aku minta maaf. Aku tau aku salah tapi jangan kaya gini."
"Lepasin." Mala berusaha melepaskan tangannya namum cengkraman Valdi malah semakin kuat.
Dubbkkk... Valdi jatuh tersungkur Malto yang datang langsung menghajarnya. Mala sedikit terkejut melihat Valdi sudah berada di atas lantai.
"He! Gembel, dia bilang lepasin itu artinya dia gak sudi lagi di sentuh sama cowok kaya lo. Ayo La kita pergi." Malto lalu menarik tangan Mala dengan lembut kedua orang itu pergi meninggalkan Valdi yang masih terduduk di atas lantai.
jadi inget dulu pernah di jambak sama cewek gue di kelas
Comment on chapter JAMBAKAN MALA