Loading...
Logo TinLit
Read Story - A Girl With Wedding Dress
MENU
About Us  

****

            Aku membuka kembali undangan pernikahan berwarna platinum dengan pita merah jambu sebagai hiasannya itu. Memastikan nama kedua mempelai dan alamat gereja yang kutuju benar. Di undangan itu tertulis Danish Mayza & Aileen Nathania. Dua orang yang sejujurnya aku sendiri tidak terlalu kenal akrab, hanya pernah bertemu beberapa kali dengan Aileen di acara kantor ayah karena memang ayah kami adalah rekan kerja.

            Aku berniat ingin masuk ke dalam gereja tapi terhenti ketika para tamu yang semula duduk khidmat sedikit demi sedikit keluar. Apa mungkin upacara pemberkatannya sudah selesai? Tapi waktu yang tertera di arlojiku menunjukkan bahwa seharusnya upacara permberkatan baru akan dimulai. Dan lagi, aku tidak menemukan tanda-tanda kehadiran kedua mempelai disini, jadi kuputuskan untuk bergabung bersama para tamu yang lain di halaman gereja. Menebak-nebak apa yang sebenarnya sedang terjadi.

            Dari arah ruangan di samping gereja kemudian terdengar teriakan melengking. Aku dan para tamu yang lain kaget tentu saja. Dan selanjutnya seorang wanita terlihat tengah dibopong keluar ruangan menuju mobil sedan yang terpakir di dekat gereja dalam kondisi pingsan, mungkin tadi suara tante itu. Keadaan di sekitar gereja berubah hening dan sunyi. Lalu tiba-tiba seorang gadis dengan gaun pengantinnya datang dengan tergopoh-gopoh, sedikit kewalahan akibat gaunnya yang panjang. Di belakangnya ada seorang wanita paruh baya dan laki-laki seumuranku dengan wajah sedih dan khawatir. Aku tidak begitu ingat seperti apa rupa Aileen, tapi aku yakin gadis dengan gaun pengantin di hadapanku ini adalah Aileen.

            “Mengapa kalian ada disini? Mari masuk kembali ke dalam, sebentar lagi upacaranya akan dimulai.” Aileen berujar sambil tersenyum tipis. Senyum yang sulit untuk kuartikan. Ada sesuatu yang besar tengah terjadi disini.  Dan Aileen seperti ingin menyembunyikannya atau menampik kebenarannya? Entahlah.

 

****

            Aku sedang menunggu ayah pulang bekerja sambil bermain di halaman rumah ketika sayup-sayup terdengar beberapa orang berbincang dari arah gereja samping rumahku. Jarak antara gereja dan rumahku memang terlalu dekat sehingga sangat mudah bagiku untuk mengetahui apa yang sedang terjadi disana. Aku penasaran karena perbincangan itu berlangsung cukup lama, cukup untukku membangun sebuah rumah dari lego.

            Aku diam-diam mengintip dari celah pagar rumahku, mengabaikan nasihat ibu bahwa menguping itu tidak sopan. Disana ada seorang kakak perempuan bergaun pengantin putih tengah duduk di tangga menuju pintu utama gereja. Apa dia akan menikah? Mengapa sore-sore begini? Kuperhatikan lagi, rambutnya sedikit acak-acakan, juga terdapat noda di bagian gaunnya yang menjuntai ke bawah. Aku ingin berteriak, memberitahu kakak perempuan itu bahwa penampilannya sedikit berantakan. Ketika bibiku menikah, dia terlihat sangat cantik, gaunnya juga putih bersih tidak seperti itu.

            Kakak perempuan itu tidak sendirian. Di depannya ada seorang bibi sedang menggenggam sebelah tangannya juga seorang lagi kakak laki-laki. Samar kudengar wanita itu berkata, “Ayo pulang, sayang..” sambil mengusap tangan kakak itu dengan lembut, “Hari sudah semakin sore, ayah pasti khawatir jika kau tak segera pulang, hm?”

            Namun tiba-tiba kakak perempuan itu menangis tanpa suara. Hanya diam sedangkan airmata terus mengalir membasahi wajahnya.

            “Aku tak ingin pulang ibu, aku ingin menikah. Mengapa para tamu undangan sudah pergi, padahal Danish belum datang,”

            “Kita tunggu sebentar lagi ya ibu, Danish pasti sedang di perjalanan kemari. Mungkin dia terjebak macet.” Dia mengakhiri kalimatnya dengan senyuman sangat lebar. Aku jadi takut. Apa kakak itu sehat? Beberapa menit yang lalu kakak itu menangis, di menit selanjutnya dia tersenyum sangat lebar. Aku bergegas menjauh dari situ dan masuk ke dalam rumah.

 

****

            Aku belum pernah bertemu secara langsung dengan Danish. Hanya sedikit tahu tentang kehidupannya lewat cerita-cerita Aileen atau dari snapshot yang dia kirimkan setelah sesi curhat panjangnya setiap malam sebelum tidur. Aileen terhitung memiliki banyak teman, walaupun begitu dia lebih senang bercerita tentang kekasihnya padaku. Bila ditanya mengapa, maka ia akan menjawab, “Kak Aldin ‘kan satu-satunya yang belum pernah bertemu dengan Danish, jadi nanti kalau Aileen cerita-cerita tentang bagaimana mempesonanya Danish, kak Aldin tidak akan meledek,” dengan senyum lebar yang memperlihatkan sepasang gigi kelinci miliknya. Aku hanya mengangguk tanda setuju. Tak ingin berdebat dengan adikku yang keras kepala itu.

            Danish dan Aileen telah menjalin hubungan sejak Aileen berada di tingkat satu SMA. Saat itu aku sedang berada di London, melanjutkan kuliahku disana. Ketika pertama kali Aileen menghubungiku, dia bercerita tentang serunya berganti seragam dari putih biru menjadi putih abu-abu dan hal-hal menarik lainnya yang tidak ia temui di bangku SMP. Sampai di ujung percakapan akhirnya Aileen mengungkapkan ketertarikannya pada salah satu senior tingkat dua di sekolahnya.

            “Namanya Danish, kak. Dia tampan, baik hati, dan bijaksana. Dia juga cerdas, jenius malah. Harusnya dia masih kelas satu, sama denganku. Tapi karena semasa SMP dia ikut program akselerasi, jadi sekarang dia satu tingkat diatasku. Dia itu tidak banyak bicara, tapi sekali bicara, straight to the point.” Aku yakin dia sedang tersenyum-senyum sambil membayangkan kakak seniornya itu tiap kali berbincang denganku.

            Aileen itu mudah sekali ditebak, sekalipun hanya lewat percakapan telepon. Seingatku, selama Aileen menjalin hubungan dengan Danish, tak pernah ia bercerita hal-hal yang membuatnya sedih. Ia selalu bercerita tentang manisnya perlakuan Danish padanya, Danish yang sudah akrab dengan keluarga kami, Danish yang inilah itulah, bahkan mengutarakan impiannya untuk memiliki keluarga kecilnya sendiri bersama Danish. Aileen benar-benar bahagia bersama Danish. Kenyataan itulah yang membuatku yakin untuk berkata ‘ya’ ketika Danish meneleponku untuk meminta izin menikahi adikku Aileen.

            Aku selalu bisa merasakan kebahagiaan yang Aileen tengah rasakan. Selalu, tidak pernah tidak. Namun untuk kali ini aku meragukan kebenarannya. Binar bahagia yang biasa mampir di kedua mata indahnya hari ini seperti hilang entah kemana. Tergantikan dengan tatapan kosong tanpa arti. Senyum manis dengan dua gigi kelincinya seakan lenyap tak berbekas. Menyisakan sebuah garis lurus akibat kedua belah bibir yang dikatup rapat.

            Aku menatap sendu adikku yang tengah berbaring di sofa. Masih lengkap dengan gaun pengantinnya. Aileen menolak untuk bicara pada siapapun sejak kembali dari gereja. Hanya anggukan dan gelengan sebagai responnya pertanda ia masih mendengarkan. Jika bisa, aku ingin sekali membaca pikirannya, mengerti apa yang saat ini dia rasakan. Sebab ia tak bergeming sedari tadi, membuatku khawatir setengah mati.

            “Aileen, sayang, ayo ganti baju dulu, setelah itu makan dan tidur, bagaimana? Hm?” Aku mengusap kepalanya, menyibak poni yang menutupi sebelah matanya. Dia menoleh ke arahku. Menggeleng tanda tak setuju.

            “Kenapa?” Aku berusaha untuk tetap mengajaknya bicara.

            “Aku tak mau ganti baju.. pakai baju ini saja ya, kak.. ” Aku menatapnya sekali lagi, dan terkejut ketika mendapati mata itu sudah basah oleh air mata. Aku segera memeluknya. Membiarkan Aileen menumpahkan segala kesedihannya. Aku akhirnya paham. Aileen juga tengah berusaha memahami keadaannya, memahami apa yang sebenarnya terjadi pada dirinya dan juga Danish.

 

****

            Hari ini tepat 5 tahun kematian istriku. Wanita yang telah kujanjikan kebahagiaannya di hadapan Tuhan dan seluruh anggota keluarga. Tak pernah sekalipun terlintas di otakku dia akan pergi secepat ini. Meninggalkanku dan seorang putri cantik yang telah ia perjuangkan hidupnya hingga ia mengorbankan dirinya sendiri.

            Aku mengedarkan pandanganku ke sekitar area pemakaman. Tak terlihat siapapun karena memang hari masih pagi. Aku sengaja datang lebih awal dari biasanya, tak ingin membiarkan putriku menunggu lebih lama di rumah. Aku kemudian meletakkan lili putih kesukaan istriku diatas gundukan tanah yang sebelumnya sudah kubersihkan dari rumput liar dan dedaunan kering. Mengusap nama yang tertulis di batu itu sambil merapalkan beberapa doa untuknya. Hingga suara langkah kaki menghentikan kegiatanku sesaat.

            Aku kaget ketika mendapati seorang gadis bergaun pengantin putih berjongkok di samping nisan yang terlihat masih baru. Bulu kudukku sedikit meremang membayangkan apakah gadis itu manusia sungguhan atau sesosok makhluk halus mengingat hari masih sangat pagi. Yang membuatku heran adalah mengapa ia mengenakan gaun pengantin untuk datang ke pemakaman.

            Berusaha mengabaikan gadis bergaun pengantin itu, aku melanjutkan kegiatanku yang sempat tertunda. Tapi tiba-tiba terdengar suara tangis dari arah si gadis. Hanya samar memang, tapi isak tangis itu terasa sangat pilu. Mungkin anggota keluarganya atau seseorang terkasih. Selanjutnya kulihat si gadis mencium nisan baru itu cukup lama dan beranjak pergi setelahnya.

            Sesaat setelah kepergian gadis bergaun pengantin itu, aku menghampiri nisan yang ia kunjungi. Benar-benar masih baru. Aku membaca nama yang tertera. Disana tertulis Danish Mayza, meninggal pada tanggal 15 Januari 2017.

 

****

Tags: angst

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Without Guileless
1198      677     1     
Mystery
Malam itu ada sebuah kasus yang menghebohkan warga setempat, polisi cepat-cepat mengevakuasi namun, pelaku tidak ditemukan. Note : Kita tidak akan tahu, jati diri seseorang hingga kita menjalin hubungan dengan orang itu. Baik sebuah hubungan yang tidak penting hingga hubungan yang serius
RINAI : Cinta Pertama Terkubur Renjana
483      345     0     
Romance
Dia, hidup lagi? Mana mungkin manusia yang telah dijatuhi hukuman mati oleh dunia fana ini, kembali hidup? Bukan, dia bukan Renjana. Memang raga mereka sama, tapi jelas jiwa mereka berbeda. Dia Rembulan, sosok lelaki yang menghayutkan dunia dengan musik dan indah suaranya. Jadi, dia bukan Renjana Kenanga Matahari Senja yang Rinai kenal, seorang lelaki senja pecinta kanvas dengan sejuta war...
Renjana
543      395     2     
Romance
Paramitha Nareswari yakin hubungan yang telah ia bangun selama bertahun-tahun dengan penuh kepercayaan akan berakhir indah. Selayaknya yang telah ia korbankan, ia berharap agar semesta membalasnya serupa pula. Namun bagaimana jika takdir tidak berkata demikian? "Jika bukan masaku bersamamu, aku harap masanya adalah milikmu."
Mentari Diujung Senja
1907      945     2     
Fan Fiction
Dunia ini abu untuk seorang Verdasha Serana Kana. Hidupnya ini seperti dipenuhi duri-duri tajam yang tak ada hentinya menusuknya dari seluruh penjuru arah. Ibunya yang tak pernah menghargai dirinya, hanya bisa memanfaatkan Sasha. Lelaki yang di kaguminya pada pandangan pertama malah jadi trauma baginya. Dia tak tahu harus lari kemana lagi untuk mencari perlindungan Philopophy series : Ba...
Our Different Way
5618      2126     0     
Romance
Novel ini mengisahkan tokoh utama bernama Haira, seorang siswa SMA berusia tujuh belas tahun yang baru saja rujuk kembali dengan pacarnya, Gian. Mereka berdua tentu senang karena bisa kembali merajut kasih setelah tidak pernah bertemu lebih dari setahun akibat putus. Namun, di tengah hubungan yang sedang hangat-hangatnya, mereka diterpa oleh permasalahan pelik yang tidak pernah mereka bayangk...
Say You Love Me
200      169     0     
Romance
Mendapati suaminya sendiri berselingkuh dengan adik tirinya, Adelia merasa hatinya hancur berkeping-keping. Ia akhirnya percaya, bahwa peringatan Raffi - sahabatnya - benar. Namun semuanya telah terlanjur terjadi, ia telah memilih melepaskan Raffi dan menerima Morgan sebagai pemilik hati.  Setelah pernikahannya rusak, hidupnya perlahan hancur, kemalangan terus menerus menimpanya. Hingga berak...
Premium
RESTART [21+]
10034      3382     22     
Romance
Pahit dan getir yang kurasa selama proses merelakan telah membentuk diriku yang sekarang. Jangan pernah lagi mengusik apa yang ada di dalam sini. Jika memang harus memperhatikan, berdirilah dari kejauhan. Terima kasih atas semua kenangan. Kini biarkan aku maju ke depan.
My Rival Was Crazy
147      130     0     
Romance
Setelah terlahir kedunia ini, Syakia sudah memiliki musuh yang sangat sulit untuk dikalahkan. Musuh itu entah kenapa selalu mendapatkan nilai yang sangat bagus baik di bidang akademi, seni maupun olahraga, sehingga membuat Syakia bertanya-tanya apakah musuhnya itu seorang monster atau protagonist yang selalu beregresi seperti di novel-novel yang pernah dia baca?. Namun, seiring dengan berjalannya...
In the Name of Love
734      449     1     
Short Story
Kita saling mencintai dan kita terjebak akan lingkaran cinta menyakitkan. Semua yang kita lakukan tentu saja atas nama cinta
Liontin Semanggi
2174      1219     3     
Inspirational
Binar dan Ersa sama-sama cowok most wanted di sekolah. Mereka terkenal selain karena good looking, juga karena persaingan prestasi merebutkan ranking 1 paralel. Binar itu ramah meski hidupnya tidak mudah. Ersa itu dingin, hatinya dipenuhi dengki pada Binar. Sampai Ersa tidak sengaja melihat kalung dengan liontin Semanggi yang dipakai oleh Binar, sama persis dengan miliknya. Sejak saat...