Loading...
Logo TinLit
Read Story - Error of Love
MENU
About Us  

Hari ini ulang tahunku yang ke delapan belas. Hadiah yang sangat aku dambakan adalah kehadiran Papa. Sudah setahun Papa mengurus proyek di Kalimantan. Semalam Papa menelpon akan pulang pagi hari ini. Namun, hingga hari menjelang sore, sosok yang nantikan kehadirannya belum juga tampak. 

Aku berjalan mondar mandir dari ruang TV ke teras. Berbagai kemungkinan terlintas dalam pikiranku. Mungkin Papa batal datang. Atau, pesawat yang ditumpangi Papa mengalami masalah. Tidak! Semoga itu tidak terjadi. 

Sudah hampir jam lima sore, tapi Mama tidak ikut cemas sepertiku. Mama duduk di depan TV menyaksikan drama India di salah satu TV swasta. Sepertinya artis-artis berwajah tampan itu lebih berarti dari kehadiran papa.

"Daripada mondar mandir, mending ke kamar dan tidur. Mungkin Papa batal datang," ujar Mama santai. 

"Mama nggak cemas? Kalau Papa batal datang gara-gara ditahan istri mudanya, gimana coba?" 

Mama memukul kepalaku dengan remote yang dipegangnya. Padahal aku hanya bercanda. Mama memang tidak bisa diajak bercanda jika menyangkut istri muda. 

"Sassy ke kamar. Kalau papa batal datang, Sassy tak akan memaafkannya." Aku melangkah naik ke lantai dua. Kubuka pintu kamar dan segera menghempaskan tubuh di atas tempat tidur. Semoga papa tidak seperti lagu dangdut yang sering dinyanyikan Bi Ina----Bang Toyib. 

Aku mengambil ponsel, lalu menyumbat telinga dengan earphone. Lagu-lagu ceria menjadi pilihanku untuk mengusir kegalauan memikirkan Papa. Mataku terpejam, kepala bergoyang-goyang mengikuti irama. 

Beberapa menit kemudian, pipiku ditepuk pelan oleh telapak tangan yang kasar. Aku membuka mata dan menemukan papa sedang tersenyum hangat. Kulepaskan earphone dan membuangnya sembarangan. Aku bangun dan memeluk laki-laki paruh baya kesayanganku.

"Papa membuatmu cemas?" tanya papa setelah aku melepas pelukan. Keningku dikecup. 

"Sassy pikir Papa batal datang." 

"Papa sengaja." Aku menyipitkan mata. Papa memencet hidungku. "Turun, yuk! Ada hadiah untuk putri Papa yang pesek." 

Hidungku tidak pesek. Papaku suka mengatakan sesuatu hal yang berkebalikan. Badanku kurus dibilang gemuk. Rambutku lurus dipanggil kribo. Pipiku tirus dikata tembem. Papa memang aneh. 

Papa merangkul bahuku dan melangkah ke ruang tamu. Di sana sudah ada seorang laki-laki yang berdiri membelakangi kami. Kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana. Dia sedang memandangi lukisan keluargaku yang terpajang di dinding. 

"Tio!" Papa memanggilnya pelan. Dia menoleh. "Ini Sassylia, putri saya." 

"Hai!" 

Dia mengulurkan tangan sambil tersenyum, tapi aku tak menyambut uluran tangannya. Bukan sok alim, tapi pesonanya membuatku lupa berkedip dan menyapa. Bagaimana aku bisa berkedip, jika makhluk Tuhan di depan ini teramat memesona. Mata coklat terangnya mengingatkan aku pada seseorang, tapi tidak tahu siapa. Aku juga tidak peduli. Hdungnya terlalu mancung untuk ukuran orang Indonesia, mungkin dia berdarah campuran. Cambang halus di rahangnya yang kokoh. Lalu, bibirnya... Astaga! Kenapa pikiranku jadi mesum saat melihat bibirnya? Terbayang kiss scene dalam drama Korea

Apa dia hadiah ulang tahunku? Oh, Tuhan! Kembalikan kesadaranku. Aku memang tergiur oleh pesonanya, tapi kalau dia merupakan hadiah ulang tahun, mungkin papa sudah gila. Papa tidak mungkin menjodohkan aku dengan laki-laki ini. Lalu, aku akan dinikahkan dengannya setelah tamat dari SMA. Oh, tidak! Aku tidak suka kisah cintaku muluk seperti itu. 

Lamunanku buyar saat papa menarik tanganku dan duduk di sampingnya. Laki-laki itu juga ikut duduk di sofa lain yang berhadapan dengan kami. Senyuman tak lagi menghiasi bibirnya. Aku menarik napas, lalu merunduk. Apa kelakuanku barusan membuatnya enek? Semoga saja tidak. 

"Silakan!" 

Aku mendongak melihat mama yang meletakkan dua cangkir di atas meja. Ini kebiasaan mama, tidak pernah mengizinkan Bi Ina membuat teh untuk papa. Setelah itu Mama ikut duduk di sampingku. 

Papa mengambil teh menyuruputnya. Begitu pun laki-laki itu. Lalu, papa mengusap punggung tanganku. Aku dapat mendengar tarikan napasnya yang berat. 

"Apa Mama dan Sassy setuju jika Tio tinggal di sini?" tanya papa. 

"Dia tinggal bareng kita, Pa?" tanyaku riang. Itu artinya aku bisa melihatnya tiap hari. Aku menggigit bagian bawah. Aku memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. 

"Dia akan tinggal jika kalian setuju. Papa tidak maksa." 

"Aku setuju," jawabku cepat. Tapi ... "Arrght!!!" Aku mengusap paha yang baru dicubit mama. 

"Kenapa harus tinggal di sini?" tanya mama tanpa peduli padaku yang memandang kesal padanya. 

"Wasiat neneknya. Dia tidak punya keluarga lagi. Selama di sana, neneknya selalu baik pada Papa. Kalau mama tidak setuju, izinkan dia menginap malam ini saja. Besok Papa akan bantu dia cari tempat tinggal."

"Bukan gitu, Pa. Dia laki-laki, sedangkan Papa tidak bersama kami di sini." Mama memberi alasan yang masuk akal. Apa kata tetangga nanti. 

"Papa tidak kembali lagi ke Kalimantan. Proyek di sana sudah selesai."

Mataku melebar. Aku memeluk papa dan berteriak gembira. Mama kembali mencubitku, kali ini pinggang yang jadi korban. 

"Apaan sih, Ma? Ini hadiah ulang tahun yang paling indah. Jangan melarang Sassy berbahagia. Oke?" ujarku tanpa melepas pelukan. 

"Papa masih punya hadiah yang lain." Papa melepas pelukanku dan mengambil sesuatu dalam dompetnya. "Nih! Kunci mobil." 

"Sassy belum bisa nyetir dan belum ada SIM" Aku menerima kunci dengan bibir cemberut. Bukankah selama ini papa selalu melarangku belajar menyetir. Katanya tidak akan mengizinkan aku menyetir, tapi kenapa memberi hadiah mobil. Mungkin setahun di Kalimatan membuatnya mengubah keputusan. 

"Papa tidak mengizinkanmu menyetir sendiri. Inilah fungsi Tio di sini. Dia akan selalu mengantar kemana pun kau pergi." 

Astaga!

"Maksud Papa dia jadi sopir di sini?" Papa malah menjewer telingaku. Apa yang salah dengan pertanyaanku? Kalau dia yang menyetir berarti dia sopir, kan? Kenapa papa menjewer telingaku. 

"Papa sudah anggap dia seperti anak sendiri. Itu artinya dia kakakmu." 

"Oke." Kakak ketemu besar bisa dipacarin, kan? Aku melihat ke arah laki-laki itu. Dia menyunggingkan senyuman tipis. 

"Jadi, gimana? Apa Mama masih keberatan?" tanya papa pada mama lagi. Semoga mama setuju. Kalau pun mama tidak setuju malam ini, aku akan merayunya nanti. Apapun caranya, mama harus setuju laki-laki itu tinggal di sini. Dan, anggukan kepala mama membuatku berbinar. 

Besok aku pasti jadi pusat perhatian di sekolah. Teman-teman yang centil akan iri padaku. Di depan papa aku pasti menganggapnya sebagai kakak, tapi bersama teman-teman akan kukenalkan sebagai tunangan. Dan, dia harus menurutiku. Bagaimana pun caranya nanti. 

"Sekarang kamu antar dia ke kamar di samping kamarmu. Lalu, kalian bersiap-siap kita akan makan malam di luar." 

Aku berdiri dan mengajak laki-laki itu. Dia berdiri dan menyeret kopernya mengikuti langkahku. Kami naik ke lantai dua dalam diam. Apa dia pendiam, ya? Okelah, aku yang akan agresif kalau dia hanya diam. Tiba di depan kamar, aku membuka pintunya dan menyilakan dia masuk. Aku tetap berdiri di samping pintu. Dia melangkah mendekat, lalu menarik tanganku masuk ke dalam kamar. 

Dadaku bergemuruh. Mataku terbelalak, tak percaya dengan sikapnya yang tak terduga. Padahal aku pikir dia pendiam dan pemalu. Nyatanya, dia berani menarikku. Sepertinya aku telah tertipu oleh pesonanya. Lihatlah sekarang, dia malah memojokkanku. Kedua tangannya menumpu di dinding, mengunci pergerakanku. Matanya memandangku tajam. 

"Kau terpesona denganku?" tanyanya bangga. Aku hanya mampu menelai air liur. Aku tak sanggup berkata-kata dengan jarak wajah sedekat ini. Napasnya terdengar jelas di telingaku. "Wajahku memang layak dipandang hingga liurmu merembes."

Aku mendorong dadanya, tapi ia bergeming. Ini di luar kemungkinan yang aku pikirkan. Dia ternyata lebih percaya diri dari yang aku bayangkan. 

"Aku mau mandi. Seharusnya kamu juga." Sekali lagi aku mencoba mendorongnya. 

"Baiklah!" Dia meniup wajahku. Aku meremang. "Kita lanjutkan setelah wangi." 

Dia membukakan pintu dan menyilakan aku keluar. Saat aku melangkah keluar, dia meremas pantatku. Aku berbalik ingin menamparnya, tapi dia sudah menutup pintu. Oke, aku cabut semua perkataan tadi. Dia memang tampan, tapi kelakuannya munafik. Bagaimana mungkin dia begitu pendiam di hadapan papa, lalu berubah menjadi laki-laki mesum saat sendiri. Tuhan, lindungi aku. Mungkin besok hari-hariku akan suram. Aku memang menginginkannya, tapi bukan seperti ini.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
3600 Detik
3059      1114     2     
Romance
Namanya Tari, yang menghabiskan waktu satu jam untuk mengenang masa lalu bersama seseorang itu. Membuat janji untuk tak melupakan semua kenangan manis diantara mereka. Meskipun kini, jalan yang mereka ambil tlah berbeda.
Junet in Book
3365      1294     7     
Humor
Makhluk yang biasa akrab dipanggil Junet ini punya banyak kisah absurd yang sering terjadi. Hanyalah sesosok manusia yang punya impian dan cita-cita dengan kisah hidup yang suka sedikit menyeleweng tetapi pas sasaran. -Notifikasi grup kelas- Gue kaget karena melihat banyak anak kelas yang ngelus pundak gue, sambil berkata, "Sabar ya Jun." Gue cek grup, mata gue langsung auto terbel...
For Cello
3175      1066     3     
Romance
Adiba jatuh cinta pada seseorang yang hanya mampu ia gapai sebatas punggungnya saja. Seseorang yang ia sanggup menikmati bayangan dan tidak pernah bisa ia miliki. Seseorang yang hadir bagai bintang jatuh, sekelebat kemudian menghilang, sebelum tangannya sanggup untuk menggapainya. "Cello, nggak usah bimbang. Cukup kamu terus bersama dia, dan biarkan aku tetap seperti ini. Di sampingmu!&qu...
Reminisensi Senja Milik Aziza
927      494     1     
Romance
Ketika cinta yang diharapkan Aziza datang menyapa, ternyata bukan hanya bahagia saja yang mengiringinya. Melainkan ada sedih di baliknya, air mata di sela tawanya. Lantas, berada di antara dua rasa itu, akankah Aziza bertahan menikmati cintanya di penghujung senja? Atau memutuskan untuk mencari cinta di senja yang lainnya?
Premium
Akai Ito (Complete)
6791      1359     2     
Romance
Apakah kalian percaya takdir? tanya Raka. Dua gadis kecil di sampingnya hanya terbengong mendengar pertanyaan yang terlontar dari mulut Raka. Seorang gadis kecil dengan rambut sebahu dan pita kecil yang menghiasi sisi kanan rambutnya itupun menjawab. Aku percaya Raka. Aku percaya bahwa takdir itu ada sama dengan bagaimana aku percaya bahwa Allah itu ada. Suatu saat nanti jika kita bertiga nant...
A - Z
3111      1056     2     
Fan Fiction
Asila seorang gadis bermata coklat berjalan menyusuri lorong sekolah dengan membawa tas ransel hijau tosca dan buku di tangan nya. Tiba tiba di belokkan lorong ada yang menabraknya. "Awws. Jalan tuh pake mata dong!" ucap Asila dengan nada kesalnya masih mengambil buku buku yang dibawa nya tergeletak di lantai "Dimana mana jalan tuh jalan pakai kaki" jawab si penabrak da...
THE HISTORY OF PIPERALES
2130      830     2     
Fantasy
Kinan, seorang gadis tujuh belas tahun, terkejut ketika ia melihat gambar aneh pada pergelangan tangan kirinya. Mirip sebuah tato namun lebih menakutkan daripada tato. Ia mencoba menyembunyikan tato itu dari penglihatan kakaknya selama ia mencari tahu asal usul tato itu lewat sahabatnya, Brandon. Penelusurannya itu membuat Kinan bertemu dengan manusia bermuka datar bernama Pradipta. Walaupun begi...
Love and your lies
5810      1409     0     
Romance
You are the best liar.. Xaveri adalah seorang kakak terbaik bagi merryna. Sedangkan merryna hanya seorang gadis polos. Dia tidak memahami dirinya sendiri dan mencoba mengencani ardion, pemain basket yang mempunyai sisi gelap. Sampai pada suatu hari sebuah rahasia terbesar terbongkar
Azzash
326      269     1     
Fantasy
Bagaimana jika sudah bertahun-tahun lamanya kau dipertemukan kembali dengan cinta sejatimu, pasangan jiwamu, belahan hati murnimu dengan hal yang tidak terduga? Kau sangat bahagia. Namun, dia... cintamu, pasangan jiwamu, belahan hatimu yang sudah kau tunggu bertahun-tahun lamanya lupa dengan segala ingatan, kenangan, dan apa yang telah kalian lewati bersama. Dan... Sialnya, dia juga s...
Irresistible
746      530     1     
Romance
Yhena Rider, gadis berumur 18 tahun yang kini harus mendapati kenyataan pahit bahwa kedua orangtuanya resmi bercerai. Dan karena hal ini pula yang membawanya ke rumah Bibi Megan dan Paman Charli. Alih-alih mendapatkan lingkungan baru dan mengobati luka dihatinya, Yhena malah mendapatkan sebuah masalah besar. Masalah yang mengubah seluruh pandangan dan arah hidupnya. Dan semua itu diawali ketika i...