Loading...
Logo TinLit
Read Story - ALUSI
MENU
About Us  

            “INTINYA AKU BATALKAN KONTRAK ITU!!” bentak Nhay sembari mendobrak meja di depannya dengan cukup keras. Dia bahkan tak sungkan untuk menajamkan tatapannya dengan mimik marah yang terlalu ketara. Juga kedua telapak tangan yang sudah mengepal tanpa bisa dilemaskan.

            “Kau benar-benar gila?! Sebenarnya apa yang terjadi?!!! Kau tak biasanya membatalkan kontrak semudah ini, Nhay!!!” Manajer di depannya itu pun tak kalah emosi. “Apa kau tahu konsekuensinya kalau kau membatalkan kontrak H-1?!”

            “Aku tahu.” jawabnya ketus sembari mengambil sebuah cek kosong dari tas mahalnya. “Tulis saja berapapun kerugiannya. Aku akan mencairkannya saat ini juga berapapun itu asal aku tak jadi pergi ke Bali!”

            “NHAY!!”

            “WHY?!!! Kau tak bisa? Bukankah uang bisa menyelesaikan segalanya?! Kau hanya perlu mengisinya dan beres, kan?! Sudahlah, Bang! Modelmu tidak hanya aku saja!!”

            Manajer di depannya itu pun menelan ludah dengan susah. Semakin menajamkan tatapannya dengan mimik yang lebih tepatnya mengarah ke kecewa. “Ini bukan perkara uang tapi profesionalitas seorang model! Sebelumnya kau tak pernah mengecewakanku seperti ini. Tapi saat ini,” Diambilnya lembar cek itu lalu dibuangnya kasar tepat ke muka Nhaya. “kau tak perlu menggunakan uangmu untuk membatalkan kontrak. Hanya saja mulai saat ini aku tidak akan bekerja sama lagi denganmu! Kau bukan lagi modelku! Mengerti?”

            Nhay menyunggingkan senyuman sinisnya sebelum akhirnya pergi dari tempat itu. Mengambil kasar tas jinjingnya dengan tatapannya yang terus terlihat menakutkan. Dia bahkan menutup pintu dengan amat keras hingga membuat seisi kantor itu memperhatikannya.

            “Nhay! Nhay!!” Tiba-tiba Zhia berlari dari belakang dan menariknya paksa untuk berhenti. Namun Nhay tak memedulikannya dan hanya meneruskan langkahnya dengan mimik yang masih marah.

            “Nhay!!!” Zhia terus berusaha. Yang kali ini berhenti tepat di depan Nhaya guna menghadang langkahnya. Dan ternyata berhasil. Nhaya langsung berhenti dan hanya meliriknya sinis.

            “Apa yang terjadi padamu? Huh?! Kau tak pernah menunjukkan dirimu yang seperti ini Nhay! Dan lagi, di depan manajer! Kau sama sekali bukan Nhaya yang seangkuh itu dan merajakan uang seperti itu! Jadi tolong jelaskan ke aku apa yang terjadi! Kau sangat emosi hari ini dan lihat! Wajahmu sangat pucat! Apa sesuatu yang benar-benar buruk terjadi?! Apa Ezha membuat ulah lagi?! Katakan!! Aku akan membantumu!”

            “Aku hanya tidak ingin menjadi orang kaya yang naif lagi!” ketus Nhay yang kembali berusaha untuk pergi. Namun lagi-lagi Zhia menghadangnya dan justru semakin membuatnya emosi.

            “Ini tidak ada kaitannya dengan Ezha!! Aku bahkan belum menghubunginya sama sekali hari ini!! Jadi stop ikut campur dan jangan membuatku membencimu, Zhi!!” bentak Nhay yang langsung membuat Zhia menutup mulutnya rapat-rapat. Membiarkan Nhaya pergi begitu saja dengan api yang menggila di kedua matanya.

-------------------

            Nhay melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi. Beberapa kali mendahului kendaraan lain dan bahkan menerobos lampu merah. Seolah tak memiliki ketakutan sama sekali, dia dengan pikirannya yang kacau terus menancap gas dengan kecepatan yang melebihi rata-rata. Sesekali berhasil mengganggu pengguna jalan yang lain dan terus melaju tanpa memperhatikan aturan yang benar.

            Namun tiba-tiba dia menangis. Air matanya terjatuh begitu saja dan berhasil melunturkan amarah yang tadinya terlalu menggila di wajahnya. Dia bahkan terisak sesekali dengan bibir pucat yang semakin terlihat. Sepertinya dia terlalu terbebani dengan kondisi Nao saat ini. Karena tidak seperti biasanya, kali ini Nhay mengesampingkan Ezha. Dia bahkan tak mengangkat telponnya atau membalas sms dari Ezha. Seolah menunjukkan jika pikirannya terlalu kacau! Terlalu pusing memikirkan apa yang harus dilakukannya saat ini.

            “Apa papa di rumah?” teriaknya seketika sampai di rumahnya. Langsung keluar dari mobil dan segera berjalan cepat masuk ke dalam rumah besarnya itu setelah pelayan yang ditanyainya mengiyakan. Dia pun menuju ruang kerja papanya. Yang pasti dengan perasaan dan pikiran yang masih kacau!

            “Kau di sini?” Papanya terlihat terkejut. “Kukira selama ini kau lupa jalan pulang. Tapi ternyata kau tak seutuhnya lupa.” tambahnya mengingat Nhay yang sudah dua bulan tidak menginjakkan kaki di rumahnya. Dia bahkan tak pernah menghubungi papanya atau sekedar menanyakan kabar lewat asistennya.

            “Kau pasti butuh sesuatu. Kalau tidak, kau tak mungkin berdiri di hadapan papamu. Jadi apa yang kau butuhkan? Uang?”

            “Aku tahu jaringan Papa sangat luas. Aku sekarang sedang membutuhkan psikiater hebat. Apa Papa bisa membantuku?”

            “Apa psikismu terganggu?” Tiba-tiba papanya menatapnya dengan tatapan yang menunjukkan kekhawatiran. Namun meski begitu, Nhaya hanya tersenyum tipis dengan tatapan yang sedikit menggelikan. Karena bagaimana mungkin seorang papa yang tak pernah menghubungi anaknya dan hanya mementingkan perusahaan tiba-tiba menampakkan mimik khawatirnya?! Itu sangat memuakkan untuk Nhay! Terlebih lagi, itu tidak lain dan tidak bukan hanyalah tipuan yang cukup lucu untuk ditertawakan.

            “Carikan saja. Seperti yang Papa tahu, aku sama sekali tak menyukai basa-basi seperti itu. Jadi carikan saja! Aku akan kembali menemui Papa jika sudah ada hasil. Papa masih menyimpan nomorku, kan? Aku pikir kapasitas kontak di ponsel Papa cukup untuk menyimpan nomorku di samping menyimpan nomor pelacur-pelacur yang biasanya mengantri di kamar mama.”

            Sontak, papanya tersenyum sinis. Tak lagi memakai topeng sebelumnya, melainkan melepasnya dengan wajah telanjang yang sangat mengejutkan. “Tutup mulutmu itu!”

            “Aku akan menunggu kabar dari Papa.” kata Nhay kemudian sembari bersiap untuk pergi. Namun sebelum benar-benar meninggalkan ruangan, papanya kembali memanggilnya lalu berkata, “Apa kau masih berhubungan dengan pengemis itu? Apa kau tak ingin pulang? Jika kau pulang, aku akan mencarikan calon suami yang mapan untukmu. Bukan laki-laki pengemis yang menyedihkan macam pacarmu itu!”

            “Jangan repot-repot mengurusku! Pengemis atau bukan, yang pasti aku tidak akan menikah dengan laki-laki macam Papa!” tegasnya yang kemudian benar-benar pergi dari ruangan itu. Kembali berjalan cepat keluar dari rumahnya tanpa harus berlama-lama berdiam di situ. Karena yang dia tahu, itu bukan tempat dimana hatinya akan tenang atau nyaman. Rumah yang biasanya dibangga-banggakan oleh orang lain, adalah tempat yang paling memuakkan untuk ditinggali. Itu menurut Nhay.

-------------------

             Sudah dari sejam yang lalu Nhay berdiam diri di apartemennya. Duduk di atas sofa empuknya dengan pandangan kosong yang sanggup menyakiti malam. Karena ini terlalu sepi. Terlalu hening untuk malam yang masih tersisa panjang.

            Nhay tak sebegitu paham kenapa perasaan dan tubuhnya menjadi sesakit ini. Kenapa pikirannya menjadi sangat kacau atau kenapa amarahnya tak bisa dikendalikan, dia sama sekali tak tahu dengan pasti. Yang dia tahu dengan pasti hanya bagaimana terlukanya dia saat ini.

            “Apa yang harus aku lakukan?” gumamnya pelan dengan bibir yang semakin pucat. Jari-jari tangannya bahkan terlalu lemas untuk digerakkan. Juga seluruh tubuh yang mematung dengan saraf yang sudah terlalu kaku untuk disembuhkan.

Sebenarnya sedari tadi Nhay ingin minum-minuman berakhohol. Dia ingin mabuk lalu tertidur dengan pulas tanpa harus melamun seperti saat ini. Namun anehnya dia tak melakukan itu. Sekeras apapun keinginannya untuk minum, kali ini dia tak membiarkan dirinya untuk melakukan itu. Namun sebaliknya! Dia hanya melamun dengan pikiran kacaunya yang semakin membuatnya terlihat menyedihkan.

            “Kenapa kau tak jadi ke Bali?” Tiba-tiba saja Ezha sudah berdiri di sampingnya. Entah sejak kapan, namun yang jelas Nhaya tak mendengar sedikit pun bunyi pintu yang terbuka.

            “Apa kau sudah makan?” Nhaya hanya bertanya dengan tatapannya yang masih tak bersemangat. Tak seperti biasanya, kali ini dia membiarkan Ezha melihat selemah apa tubuh dan pikirannya saat ini.

            “Aku dengar kau sampai dikeluarkan dari agensi. Apa itu benar?” Seperti halnya Nhaya yang tak menjawab pertanyaannya, kali ini Ezha juga tak memedulikan pertanyaan Nhaya dan mempertanyakan yang lainnya. “Apa ada masalah yang aku tidak tahu?”

            “Di kulkas ada pepes kesukaanmu. Aku akan memanaskannya untukmu.” kata Nhay yang segera berdiri dan berniat ke dapur. Namun Ezha lebih dulu menahan tangannya sembari bertanya, “Apa semua ini karena Nao?” Nhaya pun sontak membalikkan tubuhnya dan menatapnya sedikit kaget. “Aku mendengar semua perkataanmu ketika tidur. Jadi katakan! Apa semua ini karena Nao?” Kali ini Ezha menatapnya dengan tatapan yang sedikit lembut. Seolah menunjukkan tanda tanya yang cukup besar di sepasang mata indahnya itu. Namun karena Nhaya hanya diam menatapnya, ia pun kembali berkata, “Aku akan mengurus semuanya. Aku akan mencarikan psikiater terbaik untuk kesembuhannya. Jadi kau tak perlu lagi sekhawatir ini! Aku sangat tidak suka melihatmu khawatir berlebihan karena laki-laki lain.”

            Namun seketika itu juga, tiba-tiba Nhaya menyunggingkan senyuman paraunya. Entah apa yang tiba-tiba membuatnya bersemangat, tapi yang jelas kali ini dia tersenyum dengan sangat jelas. Bukan senyuman karena senang! Melainkan sebuah senyum yang membuatnya semakin terlihat menyedihkan!

            “Bukankah kau juga melakukannya? Khawatir berlebihan karena wanita lain.” tanyanya ketus dengan sepasang mata yang terasa asing. Namun tak bertahan lama. Karena beberapa detik setelah itu, dia kembali berubah hangat dan segera menuju ke dapur untuk menyiapkan makanan.

            Ezha yang mendengarnya hanya diam mematung di tempat semula. Hanya memandangnya dari jauh dengan pikiran yang mulai menerawang jauh. Yah! Bahwa sejujurnya perkataan Nhaya barusan sedikit membuatnya merasa bersalah. Entah sedikit atau banyak. Namun yang pasti, rasa bersalah itu ada. Tersembunyi dengan sangat baik di hati yang belum pernah terlihat orang.

            “Aku sudah meminta bantuan ke papa jadi kau tak perlu ikutan khawatir. Dan lagi,” Nhaya menunda perkataan dan gerakannya. Tiba-tiba saja dia ingin berdiam beberapa detik sebelum akhirnya melirik ke arah Ezha dengan tatapannya yang benar-benar dalam. “Aku tidak sedang balas dendam. Aku hanya kasihan ke Nao dan ingin membantunya. Jadi jangan berpikir macam-macam! Aku akan berhenti bersikap seperti ini jika sudah menemukan psikiater yang jauh lebih baik. Jadi mengertilah!”

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Po(Fyuh)Ler
951      511     2     
Romance
Janita dan Omar selalu berangan-angan untuk jadi populer. Segala hal telah mereka lakukan untuk bisa mencapainya. Lalu mereka bertemu dengan Anthony, si populer yang biasa saja. Bertiga mereka membuat grup detektif yang justru berujung kemalangan. Populer sudah lagi tidak penting. Yang harus dipertanyakan adalah, apakah persahabatan mereka akan tetap bertahan?
A Slice of Love
304      255     2     
Romance
Kanaya.Pelayan cafe yang lihai dalam membuat cake,dengan kesederhanaannya berhasil merebut hati seorang pelanggan kue.Banyu Pradipta,seorang yang entah bagaimana bisa memiliki rasa pada gadis itu.
Alice : The Circle Blood
2797      971     3     
Fantasy
Penelitian baru dan kejam membuat murid di Munnart University dipenuhi dengan ketakutan. Pihak Kerajaan Mtyh telah mengubah segala sistem kerajaan dengan sekejap mata, membuat makhluk-makhluk di luar teritori Negeri Alfambell bertanya-tanya akan sikap Sang Ratu. Alice adalah makhluk setengah penyihir. Perempuan itu salah satu yang berbeda di Munnart, hingga membuat dirinya menjadi sorotan murid-...
Secret Elegi
4406      1304     1     
Fan Fiction
Mereka tidak pernah menginginkan ikatan itu, namun kesepakatan diantar dua keluarga membuat keduanya mau tidak mau harus menjalaninya. Aiden berpikir mungkin perjodohan ini merupakan kesempatan kedua baginya untuk memperbaiki kesalahan di masa lalu. Menggunakan identitasnya sebagai tunangan untuk memperbaiki kembali hubungan mereka yang sempat hancur. Tapi Eun Ji bukanlah gadis 5 tahun yang l...
Flower With(out) Butterfly
450      310     2     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
My sweetheart senior
17455      3234     3     
Romance
Berawal dari kata Benci. Senior? Kata itu sungguh membuat seorang gadis sangat sebal apalagi posisinya kini berada di antara senior dan junior. Gadis itu bernama Titania dia sangat membenci seniornya di tambah lagi juniornya yang tingkahnya membuat ia gereget bukan main itu selalu mendapat pembelaan dari sang senior hal itu membuat tania benci. Dan pada suatu kejadian rencana untuk me...
NWA
2393      952     1     
Humor
Kisah empat cewek penggemar boybend korea NCT yang menghabiskan tiap harinya untuk menggilai boybend ini
Our Tears
3113      1386     3     
Romance
Tidak semua yang kita harapkan akan berjalan seperti yang kita inginkan
complicated revenge
22202      3429     1     
Fan Fiction
"jangan percayai siapapun! kebencianku tumbuh karena rasa kepercayaanku sendiri.."
Dear Vienna
387      296     0     
Romance
Hidup Chris, pelajar kelas 1 SMA yang tadinya biasa-biasa saja sekarang jadi super repot karena masuk SMA Vienna dan bertemu dengan Rena, cewek aneh dari jurusan Bahasa. Ditambah, Rena punya satu permintaan aneh yang rasanya sulit untuk dikabulkan.