Loading...
Logo TinLit
Read Story - ALUSI
MENU
About Us  

Nhay menaruh kopernya ke bagasi mobil. Lalu masih dengan air mata yang menggila, ia masuk ke dalam mobilnya dan segera pergi dari lingkungan apartemen Ezha. Dia lajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi tanpa ingin menguranginya. Mendahului tiap kendaraan yang ada di depannya tanpa ingin mengalah sedikit pun. Sangat gila memang! Untung saja malam ini jalanan tak sebegitu ramai. Seolah memberi kesempatan untuk seorang Nhay mengeluarkan amarahnya. Menunjukkan perasaan kacaunya yang terlalu berbahaya.

Dia terus menangis. Kedua matanya bahkan sudah memerah dengan bibir yang gemetar tanpa bisa ditenangkan. Lengkap dengan rasa sakit di batinnya yang entah harus bagaimana rupanya.

Cinta memang tak selamanya adalah kebahagiaan. Karena terkadang cinta butuh pilihan. Harus merelakan atau harus melawan. Seperti sebuah takdir, ketika cinta dipertanyakan maka bukan berarti cinta harus terhapuskan. Sama halnya sebuah hati. Siapapun yang ingin mengendalikannya, meski harus terluka, ia harus melewatinya. Karena apa?

Karena itu hidupnya... pilihannya.

Nhay yang sangat mencintai Ezha, entah harus mengarungi derasnya aliran sungai atau harus memisahkan sebuah gunung, baginya dia hidup untuk cinta yang demikian itu. Meskipun harus mengumpulkan banyak air mata hingga tak cukup tertampung di tengah derasnya hujan, baginya cinta adalah dia yang selalu berdiam di tempatnya. Yang tak pernah mematikan senyumannya demi cinta yang lebih cinta lagi.

Yah... ini sudah berakhir. Seperti sebuah mimpi di malam yang panjang, kisah delapan tahun itu sudah berakhir. Dan seperti sebuah hukuman, untuk akhir yang menyakitkan ini... dia harus tetap hidup untuk esok yang entah bagaimana rupanya. Masih menangis atau tidak... Tuhan adalah Dia yang menjaga. Masih kecewa atau tidak... Tuhan adalah Dia yang mencinta.

Maka inilah alur. Seperti Ezha yang mencintai Nhaya dalam diam, kali ini ijinkan Nhaya yang memutuskan pilihannya. Harus mengetahuinya atau pergi dengan cerita cinta yang lain... itu pilihannya. Karena bukankah cinta si pemilik alur? Selayak cinta Ezha yang ada untuk Nhaya, bukankah Nao sama mencintanya?

-------------------

 Nhay menghentikan mobilnya tepat ke halaman depan rumah sakit jiwa dimana Nao berada. Langsung saja keluar dari mobilnya dan segera masuk menemui perawat yang mengurus Nao. Dia pun ijin untuk menginap semalam di ruangan Nao. Meskipun sempat tidak diijinkan, namun akhirnya pihak rumah sakit membolehkan. Nhay pun dengan mata yang masih sembab masuk ke dalam ruangan Nao yang tak sebegitu terang karena Nao tak menyukai itu.

Segera dia dekati Nao dan mengambil posisi duduk di sampingnya. Mengamatinya pelan, sosok Nao yang tak pernah berubah. Masih duduk di pojok ruangan dengan lamunan mengarah ke jendela di samping atasnya.

“Sebenarnya apa yang kau lihat? Apa kau tak bosan? Apa kau tak pusing?” Nhay mulai bertanya dengan nada pelan. Namun seperti biasa, Nao tak meresponnya. Nhay pun tak sebegitu berharap. Segera dia sandarkan punggungnya ke dinding di belakangnya dan mulai ikut melamun bersama Nao. “Delapan tahun ini aku belajar banyak hal. Aku mulai mengerti makna uang, kerja keras dan pengorbanan. Aku juga mulai mengerti bagaimana mencintai seseorang dengan sebenarnya. Aku yang dulunya merasa memiliki segalanya, tiba-tiba berubah takut kehilangan yang kupunya. Aku yang dulunya cengeng dan selalu bergantung padamu ketika mendapat masalah, mulai menyelesaikan semuanya sendiri. Aku menangis sendirian... aku juga menghapus air mataku sendirian. Aku melewati itu semua demi kebahagiaan yang aku impikan.”

“Namun sekarang aku sadar. Kenapa aku masih belum menemukan kebahagiaan itu padahal aku sudah melakukan segala cara dan pengorbanan... aku sudah tahu jawabannya. Itu tidak lain dan tidak bukan karena keegoisanku. Karena keinginan untuk mendapatkan sesuatu, aku memilih sebuah cara yang dari awal sudah salah. Hanya demi keegoisanku, aku mengorbankan masa depan dan keluargaku. Hanya untuk alasan kebahagiaan... aku membuang kebahagiaan yang sebenarnya sudah aku miliki dari dulu. Lalu sekarang, apa yang harus aku lakukan? Aku sudah tidak memiliki masa depan yang cerah lagi, Nao. Untuk pulang ke rumah saja aku terlalu malu. Jadi apa yang harus aku lakukan?”

Nhay mulai menjatuhkan air matanya satu per satu. Mulai memperdengarkan isakan paraunya dengan kepala yang menunduk sedih. Dan perlahan... dia pun menyandarkan kepalanya ke pundak kiri Nao. Mulai menderaskan air mata dan isakannya beberapa saat sebelum akhirnya berkata dengan berat, “Seharusnya di saat seperti ini kau memelukku dan menenangkanku! Tapi apa yang kau lakukan sekarang, huh? Apa ini yang dinamakan pacar? Apa kau tak ingin mengkhayal bodoh lagi dan membuatku kesal?”

“Menikahlah denganku.” gumam Nao tiba-tiba yang sontak mengejutkan Nhaya. Namun ia masih tetap melamun dan tak menggerakkan tubuhnya sedikit pun. Seolah hanya sebuah gumaman kosong, ia bahkan tak menambahkan perkataannya dan semakin membuat Nhay sedih.

“Jika kau ingin menikahiku maka bangunlah! Peluk aku dan lamar aku seribu kali seperti dulu yang kau lakukan padaku! Jangan hanya melamun dan membuatku semakin tak karuhan!! Apa kau tahu sebesar apa keinginanku untuk melihatmu kembali seperti biasa?! Huh?! Apa kau benar-benar ingin aku menikah dengan lelaki lain?!” bentak Nhay yang merasa kecewa. Namun setelahnya kembali dia tidurkan kepalanya di pundak Nao dan mengalungkan tangannya ke lengan kiri Nao. “Sebenarnya aku baru saja putus dengan Ezha beberapa menit yang lalu. Jujur aku sangat mencintainya hingga tak ada alasan sedikit pun untuk membencinya. Bahkan setelah tahu dia tinggal dengan wanita lain, aku masih sempat berdiam dan tidak menanyainya. Karena aku sangat mencintainya! Tapi,” Nhaya menunda perkataannya ketika air matanya terlalu deras mengalir dari kedua matanya. “ini terlalu sulit. Untuk melihatnya bersama dengan wanita lain atau bersikap dingin padaku, aku masih bisa menahannya. Namun untuk menerima kenyataan jika dia tidak mencintaiku dan tidak bahagia bersamaku, itu terlalu sakit. itu membuatku berasa seperti orang jahat yang mengurungnya untuk tidak merasakan kebahagiaan.”

Nhay pun terus memperbanyak air matanya dan terisak semakin keras hingga merasa puas. Tak peduli meskipun Nao hanya melamun dan tak meresponnya, bagi Nhay dia hanya ingin menenangkan dirinya sendiri. Karena dengan begitu dia bisa menyapa hari esok yang lebih baik lagi. Dengan menangis malam ini, mungkin saja dia bisa tersenyum esok pagi.

-------------------

Esok paginya.

Nhay yang semalaman menginap di rumah sakit, langsung saja mengurus berkas-berkas yang kemarin diberikan papanya padanya. Tanpa pulang terlebih dahulu, dia berkonsultasi dengan psikiater yang merawat Nao untuk menemukan psikiater baru yang lebih berpengalaman. Dan setelah menghabiskan waktu kurang lebih satu jam, dia pun memutuskan untuk membawa Nao ke rumah sakit jiwa yang memiliki peralatan lengkap untuk mengetahui kondisi kejiwaannya.

“Saya akan mengurus administrasinya. Kemungkinan besok saya bisa pastikan jika peralatan pemeriksaannya siap.” tutur psikiater yang menangani Nao. Nhaya pun terlihat lega dan segera permisi untuk mengurus biaya transportasi dan akomodasi psikiater baru yang diundangnya untuk melihat kondisi Nao. Namun sebelum itu, dia berniat untuk pulang terlebih dahulu. Apalagi kalau bukan untuk membersihkan tubuhnya dan mengambil beberapa berkas yang dibutuhkan.

Seperti yang diharapkan, dia memang cukup baik saat ini. Seolah tengah memakai topeng, tak ada sedikit pun raut sedih di wajahnya. Dia bahkan sarapan dengan lahap tadi pagi. Sempat ikut membantu menyuapi ibu Ezha dan mengganti pakaiannya. Karena meskipun dia sudah tak ada hubungan dengan Ezha, bagi Nhay dia tetap harus melihat kondisi wanita yang sudah dianggapnya ibunya sendiri itu.

-------------------

Beberapa menit setelah itu, Nhay pun sampai di apartemennya. Dia pun segera masuk ke dalam sembari membawa koper yang tadi malam diambilnya dari apartemen milik Ezha. Namun belum sampai dia benar-benar masuk ke dalam, tiba-tiba langkahnya terhenti. Tepat ketika dua matanya mendapati sosok Ezha yang sudah berdiri tak jauh darinya.

Keheningan pun sempat terjadi beberapa saat. Mimik yang tadi baik-baik saja, kini berubah kaku lengkap dengan aura sedih yang terpancar begitu ketara. Seperti dua sosok asing, mereka hanya saling memandangi dengan makna di tiap tatapannya.

“Aku rasa tidak ada barangmu sama sekali di sini.” Nhay mulai berbicara sembari berjalan melewati Ezha guna mengambil air minum di meja dapur. Berusaha untuk tenang dan tak memperlihatkan mimik gerogi yang akan membuatnya terlihat sebagai korban. Namun itu tidak mudah. Bahkan setelah dia menghabiskan dua gelas air putih, mimik wajahnya masih tak bisa berbohong. Dan akhirnya, dia pun menyerah. Segera dia tatap sosok Ezha yang masih berdiri memandangnya dengan tatapan tajam yang siap mengiris lelaki itu. “Ada apa kau ke sini? Apa masih ada yang harus dibicarakan?”

“Hanya saja aku masih belum bisa menerimanya. Kenyataan bahwa kita sudah tak berhubungan, aku belum menerimanya.” tegas Ezha yang sontak membuat Nhaya mendengus kesal. Bahkan langsung memalingkan wajah.

“Kau benar-benar ingin mempermainkanku hingga akhir.” gerutunya kesal dengan pikiran yang kembali kacau. Karena bagaimanapun, dia selalu kesusahan mengerti apa yang diinginkan Ezha atau apa yang dimaksudkannya.

“Sebenarnya aku tak ingin mengusirmu tapi,” Nhay kembali menatap tajam ke arah Ezha. “aku mohon keluarlah! Jangan buat aku membencimu. Atau kau tak perlu keluar lebih dulu.” Nhaya menaruh gelasnya. Lalu dengan buru-buru, segera dia melangkah keluar dari dapur sembari berkata, “Karena aku yang akan lebih dulu keluar. Tapi setelah itu, aku mohon keluarlah!”

“Apa kau tak ingin mendengar apa yang akan kukatakan?”

Nhay menunda langkahnya tepat ketika berada di samping Ezha. Lalu mulai melirik ke arahnya pelan dan menegaskan, “Kita sudah berakhir. Dan itu sudah menjadi keputusanku.” Dia pun kembali berjalan mendahului Ezha dan berniat untuk benar-benar keluar dari apartemen itu. Namun kurang dari lima langkah dari pintu, tiba-tiba Ezha menekuk kedua kakinya hingga kedua lututnya menyentuh lantai. Seperti kejadian delapan tahun lalu, ia juga langsung menundukkan kepalanya dan berkata keras hingga membuat Nhaya menghentikan langkahnya seketika.

“Sembilan tahun yang lalu aku menghamili Vivi. Tapi karena pada saat itu aku masih sangat muda dan takut bertanggung jawab, aku memaksanya aborsi! Pada awalnya dia tidak ingin melakukan itu, tapi karena aku tetap memaksanya dan bahkan langsung membawanya ke tempat praktek aborsi, dia melakukannya. Itu juga karena aku berjanji padanya akan menemaninya hingga kapanpun itu dan akan menjadi lelaki yang bertanggung jawab untuknya nanti. Tapi setahun kemudian karena aku membutuhkan uang untuk kuliah dan biaya kesehatan ibuku, aku melanggar janji itu! Hanya karena dia tak semampu kamu aku meninggalkannya dan memilih untuk mengemis padamu! Aku biarkan dia menjalani hidupnya sendirian padahal saat itu dia sudah terpisah dengan keluarganya dan hanya tinggal dengan neneknya. Dan beberapa bulan yang lalu, dia mencariku sampai ke rumah sakit. Dia memohon agar aku menangani penyakitnya hingga sembuh. Dia juga memohon agar aku membantunya menemukan keluarganya karena dia berpikir aku memiliki koneksi lebih daripada dia. Pada awalnya aku memang berniat menolong dia dan segera memberitahumu. Tapi malam itu, tiba-tiba dia mengancamku! Aku tak tahu apa yang mendasarinya hingga memiliki niat seperti itu tapi mengingat apa yang sudah kulakukan padanya, aku berusaha memahami. Karena itu semua memang kesalahanku. Dan untuk tidak memberitahumu dan memilih untuk mengikuti ancamannya, itu juga kesalahanku.”

Nhay perlahan mulai mengerti tentang apa yang terjadi. Namun meskipun begitu, mimik kecewa itu masih terlalu jelas terlihat di wajahnya. Bahkan setelah membalikkan tubuhnya dan mendapati Ezha yang sudah berlutut di hadapannya, dia justru semakin merasa kecewa. Sangking banyaknya hingga membuat air matanya terjatuh tanpa harus dipertanyakan.

“Kau takut dengan ancamannya, atau karena kau ingin mengikuti ancaman itu, aku tak sebegitu paham.” Tiba-tiba Nhay membuka mulutnya dengan nada yang lebih lembut. Namun tak selembut maknanya yang kembali menghitam di setiap telinga yang mendengarnya.

Ezha pun semakin menundukkan kepalanya. Entah apa yang tengah dipikirkannya. Namun yang jelas beban itu terlihat berat di punggungnya. Sangking beratnya hingga membuatnya terlihat begitu menyedihkan.

“Aku tak pungkiri jika rasa kasihan itu sangat besar. Karena rasa bersalahku juga, aku membiarkan dia mengancamku dan mengatakan yang tidak-tidak padamu. Seolah berpura-pura tak mengetahuinya, aku mengikuti skenario yang dibuatnya tanpa memikirkan perasaanmu. Aku memang salah! Tapi di balik semua itu, aku juga takut! Jika Vivi menceritakan semua yang pernah kulakukan padanya, aku takut kau meragukanku dan berujung dengan mengakhiri hubungan kita. Karena aku akan terlihat sebagai lelaki yang tak bertanggung jawab! Kau akan meninggalkanku dan tak berpikir untuk tetap bersamaku. Itu yang aku takutkan. Jadi aku membiarkan dia mengancamku! Dia bilang hanya sampai aku menemukan keluarganya. Jadi karena itu juga aku berusaha keras mencari keluarganya. Aku pikir ini akan segera berakhir. Namun ternyata karena kebodohanku itu, aku justru lebih cepat kehilanganmu.”

Ezha mulai mengangkat kepalanya dan mengarahkannya ke arah Nhaya yang juga menatapnya. Lalu masih dengan alur yang mengaliir lembut, Ezha berkata, “Aku tak pernah memiliki perasaan lain selain rasa kasihan dan rasa bersalah pada Vivi! Jujur aku tak pernah berpikir untuk kembali padanya atau mencintainya lagi!”

Nhay pun menatapnya semakin dalam lagi. “Apa kau ingin aku mempercayaimu?” tanyanya kemudian.

“Maaf karena aku membohongimu! Maaf karena aku tak memberitahumu! Maaf juga karena aku menyakitimu!! Tapi Nhay,” Ezha membiarkan air mata pertamanya terjatuh tanpa beban. Lalu kembali ditatapnya kedua mata cantik itu dengan sama dalamnya dan berkata, “aku tak mau kita berakhir seperti ini! Aku tak mau kehilanganmu!”

“Apa lagi-lagi kau ingin aku mempercayaimu?”

“Nhay!”

“APA KAU INGIN AKU MEMPERCAYAIMU?!” teriak Nhaya seketika. “Saat ini aku benar-benar mengerti tentang sesuatu. Sama halnya denganku yang ternyata tidak mengenalmu, ternyata kau juga tidak mengenalku, Zha. KARENA JIKA KAU MENGENALKU,” Nhay menelan ludahnya dengan bibir yang mulai gemetar tak terkendali. “kau tak akan merasa takut.”

“Nhay,”

“Jujur aku sangat asing dengan sikapmu yang ini! Semua perkataan manismu! Semua air mata dan tatapanmu yang seperti itu, aku sangat merasa asing!! Jadi bagaimana kita bisa menjalin hubungan jika delapan tahun yang kemarin saja kita tak saling mengenal satu sama lain, huh?! Bahkan ketika kau dengan sadarnya tahu jika kau sudah membuatku sakit hati tapi malah semakin menambah rasa sakit itu padaku, apa aku akan baik-baik saja menerimanya? Apa kau pikir karena aku sangat mencintaimu kau bisa memperlakukanku seperti itu?!”

“Aku benar-benar minta maaf, Nhay!”

“BUKAN ITU YANG AKU MAU!!” teriak Nhay yang semakin menekan perasaan Ezha. “Apa kau dari dulu masih belum paham betul dengan yang kumau?! Huh?! Coba ingat! Selama delapan tahun ini berapa kali aku bertanya padamu tentang perasaanmu, huh?! Berapa kali aku menyuruhmu untuk tidak bilang ini itu dan cukup bilang ‘aku mencintaimu’ padaku?! Kau bahkan bukan anak kecil lagi! Jika kau ingin bersamaku dan memilikiku, bukankah kau akan mengatakan itu padaku? Apa kau masih belum sadar betul arti dari kalimat itu untukku? Dan tanpa kesadaran itu kau sekarang tengah memohon agar aku kembali bersamamu? Begitu?!”

Setelah itu, tanpa menunggu respon dari Ezha, Nhay pun langsung berjalan cepat keluar dari apartemennya. Menghapus sisa air matanya dan berusaha setenang mungkin. Karena jika tidak dia akan jatuh sakit. Mengingat apa yang sudah dilaluinya, dia tak ingin tiba-tiba kesehatannya terganggu karena besok dia harus menemui psikiater baru yang akan merawat Nao.

Dia pun memilih untuk masuk ke dalam mobilnya dan menuju tempat dimana Zhia berada.

-------------------

“Kenapa kau baru menceritakan semua padaku?!” protes Zhia setelah mendengar semua cerita dari Nhaya tentang Ezha maupun Nao. Namun Zhia pun tak bisa menyalahkan Nhaya sepenuhnya karena dia tahu jika Nhaya sudah mengalami kesulitan selama ini. “Tapi tunggu, karena kau sudah menjelaskan bagaimana dekatnya kau dan Nao dulu juga apa yang kau lakukan sekarang ke Nao, apa jangan-jangan kau juga memiliki perasaan padanya?”

Nhay seketika mendengus pelan sembari meminum cappucino hangat yang sudah dibuatkan Zhia. “Aku tak sebegitu yakin.” katanya kemudian dengan nada tak bersemangat. “Ini sebatas rasa kasihan atau memang aku memiliki perasaan spesial padanya, aku tak terlalu yakin. Aku hanya menjalani itu semua karena rasa nyaman yang ia berikan padaku.”

“Tapi Nhay,” Zhia tiba-tiba menunjukkan mimik seriusnya. Lalu digesernya kursi yang didudukinya itu agar lebih dekat dengan Nhay dan melanjutkan, “kau tak boleh membiarkan itu! Kau harus memastikan perasaanmu yang sebenarnya. Ke Ezha maupun ke Nao, kau harus memastikannya!”

“Kenapa aku harus memastikannya untuk Ezha juga?”

“Apa kau benar-benar menyerah padanya?!” Zhia menekannya kali ini dan berhasil membuat Nhay kembali mendengus tanpa sebab. “Sebelumnya aku memang sangat membenci lelaki itu dan tak berharap kau bersamanya! Tapi saat mendengar ceritamu, aku sedikit mulai mengerti dia.”

“Apa maksudmu?”

“Jika ia tak memiliki perasaan cinta padamu, ia tak mungkin bersikap dingin padamu! Kalau ia hanya memanfaatkanmu, hingga akhir pun ia akan bersikap manis dan berusaha terus merayumu!! Pikir deh! Lelaki mana yang bisa bersikap baik-baik saja ke wanita yang dicintainya setelah tahu jika ia hidup atas jerih payah wanitanya itu? Kalau ia memang mencintaimu, ia pasti malu menghadapimu! Karena lelaki yang mencintai pasti memiliki ego yang tinggi! Ia ingin yang menghidupimu dan melindungimu tapi kenyataannya justru kau yang melakukan itu untuknya. Jadi tak mungkin ia bisa bersikap manis padamu dan menerima kenyataan dengan baik-baik saja.”

Nhay pun diam dan mulai mengerti yang dijelaskan oleh Zhia. Hanya saja dia memang sangat kesusahan untu memahami perasaannya sendiri. Tentang siapa yang sebenarnya dia cintai.

“Aku hanya mengungkapkan pemikiranku. Kau tak perlu terlalu terbebani karena semua keputusan ada di tanganmu. Tapi nasehat terakhir dariku, pahami perasaanmu dulu! Kau sudah bukan anak ABG lagi dan pastinya kau harus segera menikah Nhay! Pikirkan masa depanmu juga terlepas dari siapa yang akan menjadi ending-mu nanti. Kau juga harus lebih realistis.”

Nhay mengangguk pelan. Segera dia habiskan minumannya dengan perasaan yang sedikit lebih tenang.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Katakan saja!!
117      110     0     
Short Story
Gadis yg menyukai seorang lelaki namun tidak berani mengungkapkan perasaan ny karna dia laki-laki yg sangat lah disukai oleh banyak wanita.namun tak disangka laki-laki ini juga menyukai gadis in karna dia sangat lah berbeda dengan gadis yg selama ini di kenal Hari hari mereka jalani dengan canggung. Dan akhirnya laki laki ini mengungkap kan isi hatinya pada gadis ituu. Bagaimana kisah ny ayo ba...
10 Reasons Why
2596      1131     0     
Romance
Bagi Keira, Andre adalah sahabat sekaligus pahlawannya. Di titik terendahnya, hanya Andrelah yang setia menemani di sampingnya. Wajar jika benih-benih cinta itu mulai muncul. Sayang, ada orang lain yang sudah mengisi hati Andre. Cowok itu pun tak pernah menganggap Keira lebih dari sekadar sahabat. Hingga suatu hari datanglah Gavin, cowok usil bin aneh yang penuh dengan kejutan. Gavin selalu pu...
Love Finds
16419      3346     19     
Romance
Devlin Roland adalah polisi intel di Jakarta yang telah lama jatuh cinta pada Jean Garner--kekasih Mike Mayer, rekannya--bahkan jauh sebelum Jean berpacaran dengan Mike dan akhirnya menikah. Pada peristiwa ledakan di salah satu area bisnis di Jakarta--yang dilakukan oleh sekelompok teroris--Mike gugur dalam tugas. Sifat kaku Devlin dan kesedihan Jean merubah persahabatan mereka menjadi dingin...
BLACK HEARTED PRINCE AND HIS CYBORGS
14220      3082     7     
Romance
Ingin bersama siapa kau hidup hingga di hari tuamu? Sepasang suami istri yang saling mencintai namun dalam artian yang lain, saat akan reuni SMA pertama kali memutuskan saling mendukung untuk mendapatkan orang yang masing-masing mereka cintai. Cerita cinta menyakitkan di SMA yang belum selesai ingin dilanjutkan walaupun tak ada satupun yang tau akan berakhir seperti apa. Akankah kembali menya...
14 Days
1002      694     1     
Romance
disaat Han Ni sudah menemukan tempat yang tepat untuk mengakhiri hidupnya setelah sekian kali gagal dalam percobaan bunuh dirinya, seorang pemuda bernama Kim Ji Woon datang merusak mood-nya untuk mati. sejak saat pertemuannya dengan Ji Woon hidup Han Ni berubah secara perlahan. cara pandangannya tentang arti kehidupan juga berubah. Tak ada lagi Han Han Ni yang selalu tertindas oleh kejamnya d...
CAFE POJOK
4052      1401     2     
Mystery
Novel ini mengisahkan tentang seorang pembunuh yang tidak pernah ada yang mengira bahwa dialah sang pembunuh. Ketika di tanya oleh pihak berwajib, yang melatarbelakangi adalah ambisi mengejar dunia, sampai menghalalkan segala cara. Semua hanya untuk memenuhi nafsu belaka. Bagaimana kisahnya? Baca ya novelnya.
High Quality Jomblo
45781      6363     53     
Romance
"Karena jomblo adalah cara gue untuk mencintai Lo." --- Masih tentang Ayunda yang mengagumi Laut. Gadis SMK yang diam-diam jatuh cinta pada guru killernya sendiri. Diam, namun dituliskan dalam ceritanya? Apakah itu masih bisa disebut cinta dalam diam? Nyatanya Ayunda terang-terangan menyatakan pada dunia. Bahwa dia menyukai Laut. "Hallo, Pak Laut. Aku tahu, mungki...
He Used to be a Crown Prince
3261      1124     3     
Romance
Pacar Sera bernama Han Soo, bintang instagram terkenal berdarah campuran Indonesia-Korea. Han Soo hidupnya sederhana. Setidaknya itulah yang Sera kira hingga Xuan muncul di kehidupan mereka. Xuan membenci Han Soo karena posisinya sebagai penerus tunggal kerajaan konglomerat tergeser berkat ditemukannya Han Soo.
Daniel : A Ruineed Soul
582      342     11     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...
Werewolf, Human, Vampire
4232      1283     1     
Fan Fiction
WATTPAD PUBLISHED STORY!(username: msjung0414) 700 tahun lalu, terdapat seorang laki-laki tampan bernama Cho Kyuhyun. Ia awalnya merupakan seorang manusia yang jatuh cinta dengan seorang gadis vampire cantik bernama Shaneen Lee. Tapi sayangnya mereka tidak bisa bersatu dikarenakan perbedaan klan mereka yang tidak bisa diterima oleh kerajaan vampire. Lalu dikehidupan berikutnya, Kyuhyun berub...