Loading...
Logo TinLit
Read Story - That Snow Angel
MENU
About Us  

KAY P.O.V

"Kalau kalian tahu dan kalian melihat berita," kata perempuan di depanku yang sepertinya bernama Wendy, "Kalian pasti tahu bencana apa yang terjadi di pabrik terkenal itu."

Hmm... sudah terbongkar ya? Jujur saja memakan waktu lebih lama dari pikiranku. Aku sudah siap meskipun mataku berkaca- kaca. Siapa sih yang tidak akan sedih saat tahu keluarga yang  sangat ia sayangi meninggal dengan alasan yang tidak jelas dan saat ada rumor yang bertebaran mengatakan kalau kau adalah dalang dibalik semuanya.

"Jadi," lanjutnya, "Keluarga Reshton mengalami tragedi yang sangat luar biasa miris. Rumah mereka kebakaran sampai tidak ada yang tersisa. Kecuali satu."

Dia mengatakan itu sambil melihat ke arahku. Sedangkan aku dari tadi masih melihatnya. Ekspresiku tetap datar.

"Bukankah itu sangat membingungkan?" Katanya, "Bagaimana bisa kau menjadi satu- satunya yang selamat dan tidak ada kabar apa- apa tentang dirimu?"

Aku sudah tahu bagaimana merespon hal seperti ini. Aku menghela nafas dan duduk kembali. Aku mengistirahatkan kepalaku di tanganku dan melihat ke arah Wendy. Aku memberinya ekspresi menantang, "Beritahu aku. Menurutmu bagaimana itu bisa terjadi?"

Dia sepertinya terkejut dengan pertanyaanku. Dia mencemooh lagi, "Menurutku kau tidak menjadi korban karena kau lah dalangnya."

Aku semakin geram. Jadi aku menantangnya lebih jauh, "Kenapa?"

"Kenapa?" Dia makin terkejut, "Mungkin karena kau tidak suka dengan keluargamu. Itu kenapa."

"Dari mana kau tahu itu?"

"Ayolah kasusmu bukan yang pertama," jawabnya, "Keluarga sukses. Anak tidak pernah melihat orangtua karena terlalu sibuk. Jadi kau membunuh satu keluargamu untuk balas dendam. Sudah biasa terjadi."

Okeh. Aku sudah tidak kuat. Aku berdiri dengan emosi, berjalan ke arahnya. Lalu aku merasa ada yang menahan lenganku.

"Ash," kata Pan masih menahan lenganku, "Kau tidak akan mau melakukannya."

Aku menatapnya tajam, "Lepas. Jangan pernah sekalipun menahanku."

Dia tetap tidak melepaskanku. Aku menarik paksa tanganku, tapi dia menahannya terlalu keras. Aku tidak akan mengalah, tapi dia sudah menarikku keluar. Aku berusaha melepaskan diri dari genggamannya tapi tetap saja tidak bisa. Dia menarikku ke pohon belakang sekolah. Saat sudah sampai dia baru melepaskanku. 

"Beraninya kau," kataku marah.

Aku benar- benar marah sekarang. Beraninya dia menarikku saat aku ingin menjelaskan semuanya ke semua orang. Beraninya dia mempermalukanku seperti itu. Berani sekali dia mencampuri urusanku. Paling parah, berani sekali dia menghalangiku.

"Aku tahu kau sangat marah sekarang," katanya, "Tapi kau harus tahu. Aku melakukan ini untukmu."

Apa? Apa dia serius? Dia berusaha mencari alasan?

"Kau serius?" Darahku mulai mendidih. Aku benar- benar ingin meluap sekarang. "Kau masih bisa bilang itu untukku! Apa kau tahu apa yang kau lakukan?!"

Telapak tangannya naik turun. Mengisyaratkanku untuk tenang. Bagaimana aku bisa tenang?

"Aku tahu. Aku tahu," katanya, "Aku hanya tidak ingin kau melakukan hal yang akan kau sesali nantinya."

"Apa yang kau kira akan aku lakukan?"

"Kau ingin menamparnyakan?"

Astagah, manusia ini benar- benar kehilangan akal pikirnya. Untuk apa aku menamparnya? Aku masih dalam batas waras. Aku bukan binatang yang akan menjadi liar saat marah.

"Kau serius?" Tanyaku masih tidak percaya, "Aku tidak akan menamparnya bodoh! Kau kira aku sudah gila ya! Semarah apapun aku. Aku tidak akan pernah melayangkan tanganku!"

"Jadi apa yang akan kau lakukan?"

"Aku akan menjelaskan kebenarannya ke semua orang!" Jeritku. Aku mengambil nafas panjang, "Tapi sekarang terima kasih padamu, aku tidak akan bisa melakukannya."

Sekarang dia diam, tidak bisa berkata apa- apa. Dia menunduk sekarang.

"A...a...aku," katanya terbata- bata, "Maaf, aku salah kira."

"Ini terakhir kalinya kau ikut campur urusanku mengerti!?" Kataku, "Ini juga akan jadi yang pertama dan terakhir kau menghalangiku!"

Setelah bilang itu aku langsung duduk, merasa semua tenagaku sudah dikuras tiba- tiba. Menutup mataku dengan tangan, aku berusaha menenangkan pikiranku. Aku merasakan kalau Pan juga duduk di sebelahku.

"Ash," katanya pelan dan kesedihan sangat terdengar jelas, "Aku benar- benar minta maaf."

Aku hanya diam, tidak ingin menjawabnya sama sekali.

"Aku bisa membantumu menyelesaikan ini semua. Ayo kita kembali ke kelas. Kita beritahu semua orang. Ayo kita buat semuanya benar," aku tetap tidak menjawabnya dan dia menaruh tangan di bahuku, "Ash..."

"Pergi," kataku lemas, "Pergi saja. Tolong. Aku ingin sendiri."

Dia mengangkat tangannya dari pundakku tapi aku tidak merasa dia bergerak dari tempatnya. Aku tahu sekarang sudah jam istirahat jadi aku tidak terlalu khawatir kalau ada guru yang akan mencari kita.

Lagipula aku tidak peduli dengan itu sekarang. Yang aku pikirkan adalah ’Bagaimana aku bisa mencari waktu sebagus tadi untuk memberi tahu cerita dari sudut pandangku.’ Tadi itu benar- benar waktu yang sangat bagus, sungguh di sayangkan harus ada yang merusaknya.

"Bagaimana jika kau menceritakannya padaku saja?" Tanya Pan. Masih berusaha untuk memperbaiki kesalahannya. "Kau beritahu aku dan aku akan sampaikan ke semua orang."

"Apa kau tidak mendengarku tadi?" Jawabku dingin, "Aku sudah bilang jangan campuri urusanku lagi. Apa kau tuli?"

"Aku kan sudah minta maaf."

Aku mencemooh, "Ya. Hanya dengan maaf cukup untuk memperbaiki semuanya."

Aku langsung berdiri dan meninggalkan dia. Aku benar- benar kesal sekarang. Saat aku berjalan pergi aku menabrak seseorang. Aku baru mau pergi tapi orang itu menghambatku. Saat melihat ke atas, aku melihat Gary. 

"Kau tak apa?" Tanya dia dan aku hanya diam. Dia menghela nafas, "Ayo kita bicara sebentar."

~~~

Dia mengajakku ke atap sekolah, aku tahu ini pasti tidak diperbolehkan. Tapi sudah bisa ditebak kalau dia dan teman- temannya sering melakukan ini. Aku mengamati pemandangan dari atas sini. Pemandangannya benar- benar bagus. Setelah sudah puas melihatnya, meskipun aku pasti tidak akan bosan untuk melihatnya. Aku membalikkan badanku dan bersender ke tembok dan mengambil nafas panjang. Aku menunggu dia bicara, tapi dia hanya diam melihatku.

Aku melihatnya, "Apa yang ingin kau tanyakan?"

"Aku kan bilang ingin bicara," katanya, "Bukan bertanya."

"Langsung saja," kataku, "Apa yang ingin kau tanya? Tidak usah basa basi. Perasaanku sekarang benar- benar sedang tidak bagus."

Dia mengangguk, "Aku mengerti. Tadi apa yang akan kau lakukan jika Pan tidak menarikmu keluar?"

"Apa yang kau kira akan kulakukan? Memukulnya? Mencekiknya?"

Jawabannya sungguh membuatku terkejut karena ia menggeleng, "Tidak," jawabnya, "Aku tidak berpikir kau akan memukulnya. Aku bahkan tidak akan percaya jika ada yang bilang kau memukul seeokor nyamuk."

Aku mendengus, "Apa itu jawaban sarkastik?"

"Tidak," balasnya, "Itu benar- benar jujur. Kau hanya tidak ingin kalah dari wendy kan? Kau masih ingin membalasnya atau malahan kau ingin memberi tahu kebenarannya pada semua orang?"

Aku terkejut. Dia tahu apa yang akan kulakukan. Dia mengerti.

"Kau sudah tahu apa yang akan kulakukan," kataku, "Kenapa kau tidak menghentikan Pan saat dia menghentikanku?"

Dia mengangkat bahu, "Karena aku tahu tatapan mata itu."

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Red Rose
380      243     2     
Short Story
Cerita ini di dedikasikan teruntuk : Bayi-bayi yang dirampas haknya untuk dilahirkan dan wanita-wanita di luar sana yang masih terlalu muda untuk memilih mempertahankan kandungannya, atau menggugurkannya. . Get inspired by : Doa Novena Kerahiman Ilahi (hari ke-6)
kekasihku bukan milikku
1316      673     3     
Romance
The Friends of Romeo and Juliet
20888      3125     3     
Romance
Freya dan Dilar bukan Romeo dan Juliet. Tapi hidup mereka serasa seperti kedua sejoli tragis dari masa lalu itu. Mereka tetanggaan, satu SMP, dan sekarang setelah masuk SMA, mereka akhirnya pacaran. Keluarga mereka akur, akur banget malah. Yang musuhan itu justru....sahabat mereka! Yuki tidak suka sikap semena-mena Hamka si Ketua OSIS. dan Hamka tidak suka Yuki yang dianggapnya sombong dan tid...
Mata Senja
703      473     0     
Romance
"Hanya Dengan Melihat Senja Bersamamu, Membuat Pemandangan Yang Terlihat Biasa Menjadi Berbeda" Fajar dialah namaku, setelah lulus smp Fajar diperintahkan orangtua kebandung untuk pendidikan nya, hingga suatu hari Fajar menemukan pemandangan yang luarbiasa hingga dia takjub dan terpaku melihatnya yaitu senja. Setiap hari Fajar naik ke bukit yang biasa ia melihat senja hingga dia merasa...
Love Finds
16415      3346     19     
Romance
Devlin Roland adalah polisi intel di Jakarta yang telah lama jatuh cinta pada Jean Garner--kekasih Mike Mayer, rekannya--bahkan jauh sebelum Jean berpacaran dengan Mike dan akhirnya menikah. Pada peristiwa ledakan di salah satu area bisnis di Jakarta--yang dilakukan oleh sekelompok teroris--Mike gugur dalam tugas. Sifat kaku Devlin dan kesedihan Jean merubah persahabatan mereka menjadi dingin...
Cinta Untuk Raina
5340      1729     2     
Romance
Bertahan atau melepaskan? Pilihan yang sulit untuk Raina sebenarnya karna bertahan dengan dengan Adit tapi hati Adit sudah bukan milik Raina lagi hanya akan menyakitinya, sedangkan melepaskan Raina harus rela kehilangan sosok Adit di hidupnya yang selama ini menemaninya mengarungi cinta selama hampir 2 tahun dan perjalanan cinta itu bukan hal mudah yang di lalui Raina dan Adit karena cinta merek...
Alfabet(a) Cinta
13445      2243     2     
Romance
Alfa,Beta,Cinta? Tapi sayangnya kita hanya sebatas sahabat. Kau yang selalu dikelilingi wanita Dan kau yang selalu mengganti pacarmu setiap bulannya
Love Arrow
470      316     3     
Short Story
Kanya pikir dia menemukan sahabat, tapi ternyata Zuan adalah dia yang berusaha mendekat karena terpanah hatinya oleh Kanya.
I am Home
562      393     5     
Short Story
Akankah cinta sejati menemukan jalan pulangnya?
Story of Rein
334      225     1     
Short Story
#31 in abg (07 Mei 2019) #60 in lifestory (07 Mei 2019) Mengisahkan sosok anak perempuan yang kehilangan arah hidupnya. Setelah ia kehilangan ayah dan hartanya, gadis bernama Reinar Lani ini mengalkulasikan arti namanya dengan hidup yang sedang ia jalani sekarang. Bunda adalah sosok paling berharga baginya. Rein menjadi anak yang pendiam bahkan ia selalu di sebut 'si anak Bisu' karena ia me...