Loading...
Logo TinLit
Read Story - Love Finds
MENU
About Us  

Ruang pantry itu kecil, hanya seukuran 4x4m diisi sebuah meja bundar untuk empat orang dan dapur berbentuk L serta jendela yang menghadap ke belakang gedung. Ruangan ini ada di setiap sudut lantai rumah sakit. Biasanya ruangan ini digunakan bergantian oleh para suster untuk istirahat pagi, siang dan malam.

Tanpa repot menyalakan lampu, Jean terduduk di ruang pantry yang letaknya diujung koridor lantai dua. Ia perlu waktu sendiri untuk memikirkan apa yang terjadi hari ini maka Ia minta ijin istirahat lebih cepat sebelum shift-nya berakhir jam tujuh malam--dua jam lagi.

Pada saat perapihan dokumen Jean penasaran, ia membaca teliti dokumen atas nama Devlin Roland dan menemukan alamat dan status lelaki itu ternyata masih single. Ada sedikit kelegaan yang aneh di dadanya mengetahui hal ini. Setelah itu buru-buru ia merapihkan dokumen pemeriksaan bagiannya, disusun dan diserahkan ke bagian administrasi untuk dibuatkan laporan resmi ke kepolisian.

Hari ini emosinya benar-benar menyita tenaganya. Dari pagi ia sudah panik dan ketakutan dengan banyaknya polisi yang datang. Seakan terhempas kembali ke masa dimana ia pertama kali mengenal Devlin. Mungkin pria itu tidak ingat, tetapi Jean juga yang dulu melakukan pemeriksaan fisik terhadapnya. Kala itu Jean baru lulus SMK perawat dan Devlin adalah lelaki yang ramah.

Wajah Devlin muncul di pikirannya. Lelaki itu telah berubah, muram Jean. Entah apakah kematian Mike atau kata-kata terakhirnya yang menyakitkan telah merubah Devlin menjadi seseorang yang keras dan kasar, baik perkataan maupun perlakuannya. Walau begitu, Devlin tidak membuatnya takut, alih-alih itu hanya membuatnya marah namun ia tidak bisa menunjukkannya karena alasan profesionalitas. Selama pengambilan darah, ia merasa tatapan Devlin mengamatinya dengan rasa tidak percaya yang sama seperti dirinya.

Saat pemeriksaan fisik berlangsung, Jean mau tak mau memperhatikan tubuh atas Devlin yang telanjang. Dia lebih ramping dan berotot sekarang, kulitnya lebih gelap dibanding dulu, namun tidak ada tambahan luka di tubuhnya cukup melegakan Jean. Jean ingat tempat-tempat luka ditubuh Devlin yang telah dirawatnya. Jean menghembuskan nafas panjang. Ketika mengangkat wajahnya dari tangan, Jean terkejut mendapati James sudah duduk di depannya. "James, sejak kapan kau disini?"

"Wajahmu pucat, jadi aku menyusulmu. Kau baik-baik saja?" James pindah ke kursi sebelah Jean.

"Yeah, aku baik-baik saja. Maaf, meninggalkanmu dan lainnya di ruangan, tapi aku sudah menyelesaikan bagianku."

"Aku tau Jean. Kalaupun belum dan kau memerlukan istirahat, kurasa aku bisa membantumu." James menenangkan Jean. "Lelaki itu err ... Roland? Kau ada sesuatu dengannya?"

Jean mengalihkan pandangannya dari James, "dulu dia pasienku, temanku, sahabat alm. suamiku ... dan sekarang dia bukan siapa-siapa." Jean mengalihkan pandangannya ke jendela pantry menatap senja yang mulai meredup.

James merengkuh pundak Jean dan menyandarkan Jean ke bahunya. "Masih ada yang belum kau ceritakan. Mengapa dia begitu galak padaku? Apa dia tau kita bersama?"

Jean diam. Ia sedang malas membantah kalau mereka tidak bersama dan hanya ingin merasakan kenyamanan yang ditawarkan bahu James saat ini. James pun tidak keberatan akan hal itu.

Tiba-tiba pintu pantry terbuka dan empat orang suster termasuk Dora yang tadinya berbincang santai sekarang ternganga ketika mendapati Jean dan dr. James sedang berpelukan di ruang pantry. Sama seperti mereka, Jean juga terkejut setengah mati. Sialan! Ini akan menjadi gosip paling hot besok pagi, pikir Jean.

"Ah~ penonton. Kalian mengganggu saja. Ayo Jean, kita keluar makan malam. Enam orang terlalu penuh disini. Kita biarkan mereka menguasai ruangan ini." James pandai sekali mengalihkan perhatian dan membuat semua pihak mengerti dengan tidak terlihat canggung. James menarik tangan Jean dan menuntunnya keluar ruangan. "Sampai besok ya." James melempatkan senyumnya ke deretan suster-suster muda dan Dora terutama yang sudah dikenalnya lama.

 

 

Setelah pemeriksaan fisik siang itu selesai, Devlin menuju kantin umum rumah dan memesan kopi seduh. Tanpa pikir panjang, ia mengirimkan pesan singkat pada Spike, mengatakan kalau ia baru saja bertemu Jean dan tunangannya. Jean bekerja di RS Srikana Medika. Spike belum membalas dan Devlin merasa sedikit lega karena artinya paling tidak saat ini ia tidak perlu menjelaskan panjang lebar kronologis pertemuannya dengan Jean, karena ia sendiri perlu waktu untuk mencerna kejadian barusan yang seperti fatamorgana.

Jean terlihat jauh lebih kurus, apakah dia tidak makan? Pikir Devlin muram. Melihat lagi Jean dalam balutan seragam susternya sebenarnya membuatnya senang karena bisa berarti wanita itu sudah kembali menjadi dirinya yang dulu. Namun melihat tunangannya si err... dr. James membuat Devlin geram. Apalagi ketika dia menyentuh tangan Jean.

Devlin tau tindakannya barusan itu konyol. Jean adalah tunangan dr. James, bahkan mungkin mereka sudah berbuat macam-macam tetapi Devlin buru-buru menghentikan pikirannya saat itu. Ia tidak bisa dan tidak mau membayangkan Jean dengan siapapun, konyol bukan? Aku lelaki egois--dulu dan sekarang, pikirnya. Direguknya kopi seduh itu dan membiarkan kehangatan melancarkan tenggorokan dan aliran darah di otaknya yang seakan-akan kebas. Devlin memutuskan untuk sekali ini saja nasib berbaik hati mempertemukannya dengan Jean. Cukup untuk tau bahwa Jean sudah kembali dan akan menjalani hidup yang baik dengan dokter itu. Lagipula, Jean sudah mengatakan ia tidak mau bertemu dengannya lagi. Tegukan terakhir menandas habis kopinya.

Devlin melihat aroljinya, jam lima sore. Pulang dan berendam air hangat di bath tubnya akan membuatnya lebih baik. Sebuah suara memanggil-manggilnya dari dalam, Devlin tidak menghiraukan panggilan Cassandra. Ia berjalan melewati pintu otomatis dan ke udara sore bulan Maret yang sejuk. Panggilan itu kembali berulang-ulang dan mengganggunya terutama saat ini, Devlin berhenti.

"Devlin, tidakkah kau dengar panggilanku?" Tanya Cas sambil mengejar nafasnya yang memburu.

"Ah~ Cas. Ada apa? Kupikir kau masih lanjut sampai malam."

"Tidak hari ini. Hari ini hari gaji buta Dev, tidak ada pasien walk-in. Jadi kuputuskan selesai lebih cepat. Kau berhutang padaku, hayu traktir aku makan malam. Aku tau tempat yang enak di ujung jalan." Cas jalan duluan. Makan malam berdua terkesan terlalu intim, Devlin mencoba mencari alasan untuk menolak namun wanita di depannya bersikeras hanya makan malam yang cepat. Hampir sampai di ujung jalan, Devlin melihat Setyo--junior yang suka pada Cas, dan memanggilnya.

"Setyo! Kemari." Panggil Devlin dan dia mematikan rokoknya kemudian berjalan mendekat, "perkenalkan, ini dr. Cassandra."

"Halo, dr. Cas. Setyo Wibowo, kacungnya inspektur Devlin." Devlin dan Setyo bertukar tawa. Dari sikapnya yang santai, rupanya Setyo cukup percaya diri. Cas mendelik pada Devlin dan mengucapkan salam singkat ke Setyo.

"Hayu ikut, ku traktir makan malam hari ini. Belum tentu besok-besok aku bisa bermurah hati lagi seperti hari ini." Devlin mencengkram lengan atas Setyo sedikit memaksa.

"Siap! Laksanakan!" Setyo mengerti keinginan Devlin.

Bertiga mereka didudukkan pada sebuah booth yang terpisah dari meja lainnya dengan partisi kayu dan kain seperti interior rumah khas Jepang. Restoran shabu-shabu itu baru saja buka kemarin, terang Cassandra yang memilih duduk sebelah Devlin sementara Setyo duduk di depan mereka. Walaupun seorang dokter, Cassandra cukup baik memilihkan mereka yakiniku set ketimbang shabu-shabu.

Devlin memperhatikan suasana restoran Jepang yang teduh. Lampunya temaram hanya bersumber dari lampion diatas kepala mereka. Sisa furniturenya menggunakan kayu maple dan pinus yang kekuningan menghangatkan suasana.

"Bagaimana tanggapan atasanmu mengenai pelayanan rumah sakit ini Dev?" Tanya Cas sementara seorang pelayan sedang menyiapkan peralatan masak yakiniku. Ia menyalakan api dan memeriksa panas pemanggang diatasnya.

"Hmm ... okay kurasa. Dia kan tidak mengalami yang kita alami Cas, menunggu berjam-jam lamanya hanya untuk merasakan sakitnya jarum suntik." Devlin menjawab sekenanya. Ia merasa lelah hari ini dan ingin cepat pulang. Seandainya ia dapat memutar waktu ke sehari setelahnya atau sehari sebelumnya hanya untuk melompati hari ini.

"Kau itu mengeluh terus Dev, seperti anak kecil." Gemas Cas. Dicubitnya dengan keras dada Devlin dan Devlin menahan tangan Cas di dadanya untuk menghentikan aksi Cas tepat ketika pintu masuk terbuka dan Jean masuk.

Tags: twm18

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (10)
  • dede_pratiwi

    Ceritanya keren. ku udah like and komen. tolong mampir ke ceritaku juga ya judulnya 'KATAMU' jangan lupa like. makasih :)

    Comment on chapter Bab 1
  • YUYU

    @aisalsa09 lanjut sis wkwkwk...

    Comment on chapter Bab 15
  • aisalsa09

    Aku baru baca smpe part 15, kok jadi takut James otak kematian Mike ya? Wkwk. Ya ampun otakku

    Comment on chapter Bab 15
  • YUYU

    Kang isa.. dah ak revisi elipsisnya hahaha... nuhun kang. Ada lg?

    Comment on chapter Bab 1
  • YUYU

    ???? Tq bgt diarah keun

    Comment on chapter Bab 1
  • YUYU

    Oooo... Bsk ak japri y

    Comment on chapter Bab 1
  • Kang_Isa

    Paragraf 13.

    Apa yang akan terjadi pak? ....

    ( Apa yang terjadi, Pak? .... )

    Begitu pun pargraf di bawahnya.
    ---- "Jangan khawatir pak. Istri bapak ----
    ( ---- "Jangan khawatir, Pak. Istri Bapak ---- )

    Kayaknya masih ada lagi, deh. Aku baru baca sampai bab 4 dulu. Suka dari alurnya, menarik. Kalau tanda baca bisa sambil jalan, hehehe.

    Comment on chapter Bab 1
  • Kang_Isa

    Di bab 1, paragraf 9.
    Di situ ada kalimat:
    ---- Devlin.....? -----
    Elipsis, atau titik tiga di apit oleh spasi. ( ... )
    Kalau ditambahi dengan tanda tanya. ( ...? )
    Begitu pun untuk tanda seru atau lainnya. ( ...! / ...?! )

    Comment on chapter Bab 1
  • YUYU

    Terima kasih @Kang_Isa bgn mana atuh kang mohon petunjuknya... ak coba cek n edit.

    Comment on chapter Bab 1
  • Kang_Isa

    Halo, Yuyu. Salam kenal, ya. Ceritanya cukup menarik, alurnya lumayan menyentuh. Segi tanda baca, sama beberapa kosakata masih ada yang kurang pas kalau menurutku. Salam semangat, ya.

    Comment on chapter Bab 1
Similar Tags
Salju di Kampung Bulan
2151      985     2     
Inspirational
Itu namanya salju, Oja, ia putih dan suci. Sebagaimana kau ini Itu cerita lama, aku bahkan sudah lupa usiaku kala itu. Seperti Salju. Putih dan suci. Cih, aku mual. Mengingatnya membuatku tertawa. Usia beliaku yang berangan menjadi seperti salju. Tidak, walau seperti apapun aku berusaha. aku tidak akan bisa. ***
JEANI YOONA?
418      298     0     
Romance
Seorang pria bernama Nicholas Samada. Dia selalu menjadi korban bully teman-temannya di kampus. Ia memang memiliki tampang polos dan bloon. Jeani seorang perempuan yang terjebak di dalam nostalgia. Ia sangat merindukan seorang mantan kekasihnya yang tewas di bunuh. Ia susah move on dari mantan kekasihnya hingga ia selalu meminum sebuah obat penenang, karena sangat depresi. Nicholas tergabung d...
Forestee
494      347     4     
Fantasy
Ini adalah pertemuan tentang kupu-kupu tersesat dan serigala yang mencari ketenangan. Keduanya menemukan kekuatan terpendam yang sama berbahaya bagi kaum mereka.
Neighbours.
3492      1224     3     
Romance
Leslie dan Noah merupakan dua orang yang sangat berbeda. Dua orang yang saling membenci satu sama lain, tetapi mereka harus tinggal berdekatan. Namun nyatanya, takdir memutuskan hal yang lain dan lebih indah.
Sahara
23266      3523     6     
Romance
Bagi Yura, mimpi adalah angan yang cuman buang-buang waktu. Untuk apa punya mimpi kalau yang menang cuman orang-orang yang berbakat? Bagi Hara, mimpi adalah sesuatu yang membuatnya semangat tiap hari. Nggak peduli sebanyak apapun dia kalah, yang penting dia harus terus berlatih dan semangat. Dia percaya, bahwa usaha gak pernah menghianati hasil. Buktinya, meski tubuh dia pendek, dia dapat menja...
Raha & Sia
3543      1316     0     
Romance
"Nama saya Sia Tadirana. Umur 17 tahun, siswi kelas 3 SMA. Hobi makan, minum, dan ngemil. Sia nggak punya pacar. Karena bagi Sia, pacaran itu buang-buang waktu." *** "Perkenalkan, nama saya Rahardi. Usia saya 23 tahun, seorang chef di sebuah restoran ternama. Hobi saya memasak, dan kebetulan saya punya pacar yang doyan makan. Namanya Sia Tadirana." Ketik mereka berd...
Cinta Untuk Raina
5342      1729     2     
Romance
Bertahan atau melepaskan? Pilihan yang sulit untuk Raina sebenarnya karna bertahan dengan dengan Adit tapi hati Adit sudah bukan milik Raina lagi hanya akan menyakitinya, sedangkan melepaskan Raina harus rela kehilangan sosok Adit di hidupnya yang selama ini menemaninya mengarungi cinta selama hampir 2 tahun dan perjalanan cinta itu bukan hal mudah yang di lalui Raina dan Adit karena cinta merek...
Mars
1225      655     2     
Romance
Semenjak mendapatkan donor jantung, hidup Agatha merasa diteror oleh cowok bermata tajam hitam legam, tubuhnya tinggi, suaranya teramat halus; entah hanya cewek ini yang merasakan, atau memang semua merasakannya. Dia membawa sensasi yang berbeda di setiap perjumpaannya, membuat Agatha kerap kali bergidik ngeri, dan jantungnya nyaris meledak. Agatha tidak tahu, hubungan apa yang dimiliki ole...
Between Earth and Sky
2003      588     0     
Romance
Nazla, siswi SMA yang benci musik. Saking bencinya, sampe anti banget sama yang namanya musik. Hal ini bermula semenjak penyebab kematian kakaknya terungkap. Kakak yang paling dicintainya itu asik dengan headsetnya sampai sampai tidak menyadari kalau lampu penyebrangan sudah menunjukkan warna merah. Gadis itu tidak tau, dan tidak pernah mau tahu apapun yang berhubungan dengan dunia musik, kecuali...
TRIANGLE
350      230     1     
Romance
Semua berawal dari rasa dendam yang menyebabkan cella ingin menjadi pacarnya. Rasa muak dengan semua kata-katanya. Rasa penasaran dengan seseorang yang bernama Jordan Alexandria. "Apakah sesuatu yang berawal karena paksaan akan berakhir dengan sebuah kekecewaan? Bisakah sella membuatnya menjadi sebuah kebahagiaan?" - Marcella Lintang Aureliantika T R I A N G L E a s t o r ...