Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kala Saka Menyapa
MENU
About Us  

Hari terakhir lebih normal. Saka tidak mengajakku ke tempat berbau misteri. Karena bada dzuhur mesti pulang ke Jakarta, paginya dia sebatas mengajak CFD.

Ramai dan ramah-ramah manusia yang ku temui di sana. Simpang lima katanya lebih indah dikunjungi bila malam hari. Ada becak hias yang bisa ditunggangi keliling lapangan pancasila.

Sebab penasaran, aku naik saja. Tidak menyala indah seperti di malam hari tapi aku penasaran mencobanya.

"Ra, besok aku berangkat ke Thailand." sedihnya. "Kamu jangan selingkuh ya!"

"Di sini yang harusnya dikhawatirin bukan gue. Gue cuma cewek yang susah jatuh cinta, giliran jatuh malah susah move on!" terangku. "Lo tuh yang emang player! Cewek aja dimainin."

"Kamu udah jatuh cinta gak sama aku Ra?" tanyanya.

Aku tidak menjawab. Cinta sepenuhnya tidak ku akui. Namun nyaman hidup bersamanya sudah ku rasakan. Takut, ini seperti alur asmaraku dengan Gibran. Berawal dari nyaman lalu tumbuh perasaan cinta.

"Semoga dengan taktik aku membawa kamu ke tempat kemarin bisa berbuah hasil." ujarnya. "Hahaa, aku sengaja ngajak kamu ke penangkaran hiu, ke lawang sewu biar kamu ketakutan terus deket-deket aku deh."

Aku menatapnya tak percaya. "Salah satu cara buat gue jatuh cinta?"

Dia menggeleng. "Upaya buat PDKT aja. Ngecut kecanggungan, ngecut kerenggangan kita."

"PDKT tuh yang kebanyakan cewek milineal suka harusnya!" kerlingku pada arahnya.

"Yang penting kamu nyaman dulu sama aku." jujurnya. "Tapi ada hal lain sih yang bikin aku mau ajak kamu ke sini."

Masih mengelilingi simpang lima dengan sepoi angin, aku enggan bertanya. Biar kerut di dahi mewakili. Saka cukup mengerti bahasa tubuhku, dia balas tidak bersuara.

Hanya mengacung bungkusan plastik isi lumpia. Mulutnya penuh, lahap seperti tidak makan berbulan-bulan.

"Karena ini." katanya menunjuk sisa lumpia di plastik. "Enak ih. Aku tuh heran, kenapa ya Ra akhir-akhir ini aku banyak maunya? Kalo udah pengen sesuatu tuh suka ngiler gitu."

"Jadi lo ngajak gue ke Semarang cuma mau berburu lumpia?" nadaku meninggi.

"Sekalian Ra. Tujuan utamanya tetap honeymoon." santainya.

Bahwa aku telah melupakan sesuatu. Tidak. Meluapkan, lebih tepatnya. Maha dahsyat efek liburan ini. Walau agak kesal, tapi setidaknya aku lupa pada masalah tersebut.

Iya, masalah Chelsea dan perceraian. Andai bisa enyah selamanya tentu hati ini akan lapang.

"Ih, gue gak mau!!" jijikku berspekulasi bahwa Saka ke mari hanya ngidam semata.

Harusnya aku berpikir jernih. Tidak mungkin Saka tiba-tiba tanpa perencanaan mengajak liburan di waktu singkat dengan alibi honeymoon! Lagi aku bergidik lemas.

Tentang acara hijrah tengah malam? Jelas orang normal tidak sekonyol itu. Bisa jadi kehendaknya membawaku ke tempat-tempat seram-penangkaran hiu dan lawang sewu dilandasi bawaan bayi Chelsea.

Merepotkan parah! Aku bukan siapa-siapa, tidak usah dilibatkan dalam ngidamnya!

"Gak mau apa?" bingung Saka.

"Lo tuh lagi ngidam! Lo nyadar gak sih? Gue gak mau ikut repot!" blak-blakanku. "Besok-besok kalo mau sesuatu kerjain sendiri, cari sendiri. Jangan ajak gue!"

Ekspresinya berbinar menandingi secercah sinar matahari di balik awan sana. "Kamu hamil Ra? Pantesan aku aneh. Kadang mual-mual gitu."

Gembiranya melebihi batas. Dia semangat mengelus perutku pelan, kepalanya sengaja ditepikan di sana. Mendengarkan isi perutku yang kosong. Sok-sokan mengajak bicara lalu mengecupnya lembut.

Nyeri mendadak terasa di ulu hati. Pahit, nyatanya tidak begitu. Otakku liar membayangkan tingkah Saka barusan pada Chelsea. Sedikit iri atau memang tidak ikhlas. Entahlah, aku bingung.

"Chelsea hamil." lirihku. Ku rasa memang Saka belum mengetahui faktanya.

"Hamil?" kaget Saka.

"Iyalah." jawabku. "Di kantor juga udah nyebar luas beritanya."

Saka terkulai lemas dalam duduk. "Tuhan, kok bisa sih?"

"Apa sih yang gak bisa kalo udah ngelakuin!" sinisku.

.

.

.

***

Sekepergian Saka ke Thailand aku kembali beraktifitas. Jangan tanyakan Chelsea. Dia sudah koar-koar lagi minta aku memahami bagaimana tersiksanya hamil muda, tak bersuami pula.

Sisca lebih kacau dariku. Seberapa dia tampil prima, memamer senyum di depan bu Rose, mba Almira dan mba Intan, aku bisa mencium nestapanya.

Badannya makin krempeng, kantung mata yang biasanya menyambul kecil berwarna bersih putih hari ini membengkak, hitam juga. Sekejam itu cinta memperangkapnya. Susah move-on bisa dibilang penyakit menyakitkan. Nista.

Katanya Vanessa benaran hamil. Foto USG-nya sempat Sisca intip ketika tak sengaja bertabrakan di rumah sakit tempo kemarin.

"Galau sih galau. Tapi jangan ngebangkrutin gue dong!" oceh Gibran. Dia menyorotku sebentar lantas beralih ke Sisca. "Lo, ratu Sumo. Harus gitu pesen sushi sampe 4 porsi gitu?"

"Diem deh! Orang galau tuh butuh energi!" sewot Sisca. "Gue mau nambah, satu lagi dibungkus. Buat nyokap gue kasihan."

"Curang. Gue juga mau lah. Pesen dua porsi lagi buat Same." tambahku.

Gibran melongo. "Temen terkurang ngajar! Dikasih hati minta jantung. Tahu gini gue tadi gak usah janji traktir."

Sushi Ichi bukan sembarang restoran. Ada di kawasan M.H Thamrin dekat dari kantor tapi tidak pernah sengaja mampir. Budget-nya bikin menganga. Makanannya sedikit, harganya selangit.

Itulah mengapa Gibran mendengus kesal begitu. Cukup sekali aku mengerjainya. Biar tahu rasa, dia sudah berbohong mengenai status kekayaannya. Ngakunya orang kaya biasa, nyatanya amatlah konglomerat.

"Alah sok miskin lo, Gi!" hardik Sisca. "Nyokap lo aja koleksi Louise Vuitton untuk kebutuhan fashionnya."

"Kok lo tahu?" heran Gibran.

"Tahu lah. Babi ngepet lo semalam ketangkep basah di komplek rumah gue." jawab Sisca melahap menu gratisannya.

"Babinya ogah kali ngepet ke perum sekelas lo. Minimal ke daerah Puri Indah lah kalo enggak ke tempat suami Kara daerah Menteng." balas Gibran.

"Tapi lo sukses merendah sih,Gi. Sampe zaman SMA aja bayar bakso minta dibayarin Kara." cibir Sisca.

Aku diam tidak ikut berdebat. Mengingat Tante Maya jadi kepikiran Samella. Beliau nampak ingin sekali bertemu Same. Banyak harap ketika menanyakan perceraian padaku.

"Jadi nyokap lo kenapa sih Gi?" celetukku.

Gibran termenung bingung. Mungkin tante Maya belum cerita.

"Tentang ibu lo yang tiba-tiba nanya Samella. Mau banget ketemu Same sampai minta Saka VC Same." jujurku. "Nyokap lo juga ngarep banget gue cerai kayaknya."

Sekilas raut mukanya menegang tapi hilang seketika terganti tawa. "Gue juga ngarepnya gitu sih. Gak ada niat dipercepat? Gue kan udah bilang siap nikahin lo, Ra."

Pltakk!!

Sisca jago sekali dalam memanah sasaran. Jidat Gibran memerah akibat lemparan garpu makannya. Bersyukur bukan pisau yang Sisca lempar, bisa benaran merah berdarah kalau kejadian.

Ringis perih Gibran sungguh menggugah untuk ditertawakan. Aku baru sadar akhir-akhir ini keduanya amat berbeda. Bukan lagi Gibran dan Sisca masa lampau.

Sisca dulu biasa saja, jarang marah, jarang kesal pada Gibran. Gibrannya juga cuek. Menggoda hanya akan dilakukannya padaku. Tapi sekarang? Beralih pada Sisca. Apa-apa nyeleneh, nyerepet arah Sisca.

"Apa sih Sis. Enggak deh, enggak. Ampun, gue nikahnya sama lo aja!" kata Gibran. "Gak sama Kara."

"Ih, amit-amit gue!" tolak Sisca mentah.

"Alah lo gengsian banget sih." sahut Gibran. "Gak bakal lempar-lempar garpu kalo lo gak cemburu!"

"Pede lo emang selangit sih, Gi! Berlapis lagi, gak pernah habis dari dulu!" sarkas Sisca.

Sambil mengusap-usap arah tembakan Sisca. Dia menyahut lagi. "Kenapa sih? Lo juga sayang sama Same, boleh lah gue nikahi. Kriteria cewek gue yang penting sayang dulu Same."

Terkejut. Aku dan Sisca sama-sama menyorot horor, agak kurang dimengerti maksud ucapannya. Butuh penjelasan lebih mendetail. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Flower With(out) Butterfly
458      316     2     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati
REGAN
11287      3449     4     
Romance
"Ketika Cinta Mengubah Segalanya." Tampan, kaya, adalah hal yang menarik dari seorang Regan dan menjadikannya seorang playboy. Selama bersekolah di Ganesha High School semuanya terkendali dengan baik, hingga akhirnya datang seorang gadis berwajah pucat, bak seorang mayat hidup, mengalihkan dunianya. Berniat ingin mempermalukan gadis itu, lama kelamaan Regan malah semakin penasaran. Hingga s...
Into The Sky
576      380     0     
Romance
Thalia Adiswara Soeharisman (Thalia) tidak mempercayai cinta. Namun, demi mempertahankan rumah di Pantai Indah, Thalia harus menerima syarat menikahi Cakrawala Langit Candra (Langit). Meski selamanya dia tidak akan pernah siap mengulang luka yang sama. Langit, yang merasa hidup sebatang kara di dunia. Bertemu Thalia, membawanya pada harapan baru. Langit menginginkan keluarga yang sesungguhnya....
Memories About Him
4594      1950     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
Senja Belum Berlalu
4256      1530     5     
Romance
Kehidupan seorang yang bernama Nita, yang dikatakan penyandang difabel tidak juga, namun untuk dikatakan sempurna, dia memang tidak sempurna. Nita yang akhirnya mampu mengendalikan dirinya, sayangnya ia tak mampu mengendalikan nasibnya, sejatinya nasib bisa diubah. Dan takdir yang ia terima sejatinya juga bisa diubah, namun sayangnya Nita tidak berupaya keras meminta untuk diubah. Ia menyesal...
Here We Go Again
666      377     2     
Short Story
Even though it hurt, she would always be my favorite pain.
DEVANO
772      476     1     
Romance
Deva tidak pernah menyangka jika pertemuannya dengan Mega bisa begitu berpengaruh untuk hidupnya. Dan untuk pertama kalinya setelah hari itu, Dio-mantan sahabatnya, ikut campur dalam urusannya. Padahal, biasanya cowok itu akan bersikap masa bodo. Tidak peduli pada semua yang Deva lakukan. Ternyata, pertemuan itu bukan hanya milik Deva. Tapi juga Dio di hari yang sama. Bedanya Deva lebih berun...
Tentang Hati Yang Patah
532      394     0     
Short Story
Aku takut untuk terbangun, karena yang aku lihat bukan lagi kamu. Aku takut untuk memejam, karena saat terpejam aku tak ingin terbangun. Aku takut kepada kamu, karena segala ketakutanku.bersumber dari kamu. Aku takut akan kesepian, karena saat sepi aku merasa kehilangan. Aku takut akan kegelapan, karena saat gelap aku kehilangan harapan. Aku takut akan kehangatan, karena wajahmu yang a...
Ada Apa Esok Hari
301      234     0     
Romance
Tarissa tak pernah benar-benar tahu ke mana hidup akan membawanya. Di tengah hiruk-pikuk dunia yang sering kali tak ramah, ia hanya punya satu pegangan: harapan yang tak pernah ia lepaskan, meski pelan-pelan mulai retak. Di balik wajah yang tampak kuat, bersembunyi luka yang belum sembuh, rindu yang tak sempat disampaikan, dan cinta yang tumbuh diam-diamtenang, tapi menggema dalam diam. Ada Apa E...
Bulan Dan Bintang
5577      1489     3     
Romance
Cinta itu butuh sebuah ungkapan, dan cinta terkadang tidak bisa menjadi arti. Cinta tidak bisa di deskripsikan namun cinta adalah sebuah rasa yang terletak di dalam dua hati seseorang. Terkadang di balik cinta ada kebencian, benci yang tidak bisa di pahami. yang mungkin perlahan-lahan akan menjadi sebuah kata dan rasa, dan itulah yang dirasakan oleh dua hati seseorang. Bulan Dan Bintang. M...