Loading...
Logo TinLit
Read Story - May be Later
MENU
About Us  

“Masih main HP? Bukannya istirahat,” Rion mengalihkan tatapannya dan melihat Gify yang berjalan dari arah dapur menuju ruang tengah dengan segelas jeruk peras hangat.

“Cuman ngecek aja kok, bentar lagi juga istirahat.”

“Cuman ada jeruk hangat nih, kulkas kamu kosong,” Gify sekarang sudah duduk di samping Rion menyodorkan gelas yang dibawanya. Walau Gify sudah sanagat sering ke rumah Rion tapi masuk ke kamar pribadi adalah hal tabu bagi pasangan ini mereka masih memegang batasan, jadi Rion memilih untuk istirahat di ruang tengah.

“Gini nih kalo bunda ikut ayah dinas gak ada yang belanja,Mbak Dii ga bisa diharepin” Gify hanya terkekeh melihat Rion yangmulai mengeluh khas gaya kekanakan dengan bibir mengerucut, ya wajar saja sih kalau dua kakak beradik ini ditinggal di rumah berdua saja, memang tidak bisa diharapkan bisa mengurus rumah. Dua-duanya sama-sama sibuk dengan pekerjaannya masing-masing, kalau Rion jarang pulang, Mbak Dii pulang kerjanya malam terus dan kadang juga tidak pulang kalau lembur.

“Nanti aku belanja deh isi kulkas kamu, bunda kan pulang masih minggu depan,” Rion menggeleng dengan cepat membuat Gify mengernyit heran kenapa tidak boleh?

“Ga usah nanti biar aku minta tolong Bi Ayu aja, lagi pula ga perlu penuh kok kulkasnya, cuman aku sama Mbak Dii aja ga ada yang makan lagi,” Gify hanya mengangguk paham lalu mengeluarkan laptopnya.

“Aku minta maaf ya lagi-lagi aku susah dihubungin, maaf ya karna kesibukan aku, sampai lupa sama hari jadian kita padahal itu hari penting.”

“Masih dibahas aja sih, cuman hari jadian kan? Yang paling penting kan hubungan kita baik-baika aja, itu yang patut kita syukuri, lagi pula kesibukan kamu, itu kan memang tuntutan pekerjaan kamu bahkan kamu bisa kerja dari pagi sampai ketemu pagi lagi, sekarang yang penting kamu istirahat kamu pasti capek banget,” Rion hanya mengangguk dan tersenyum tipis, Rion pun akhinya memutuskan untuk istirahat.

“Nanti sidang skripsi keluarga, kerabat atau temen boleh datang lho,”

“Cuman ga boleh masuk ruangan nunggu di luar,” Gify bercerita tentang sidang skripsinya,  sambil memerhatikan Rion yang matanya sudah setengah terpejam.

“Oke deh aku jadwalin buat datang ya kalau ga ada kerjaan, aku ga janji,” Gify tersenyum dengan sangat manis, sontak dia bahagia saat tahu di saat paling menegangkan selama masa kuliahnya akan ditemani kekasihnya nanti.

***

Pagi ini Gify sangat bersemangat sekaligus jantungan, bagaimana tidak? Hari ini adalah penentuan nasibnya di perkuliahan, mama dan papanya juga sudah sibuk mencekokinya dengan berbagai makanan yang kata papanya dapat menambah kosentrasi, tiba-tiba ia seperti pasien rumah sakit yang sedang mengalami terapi diet.

Sejak tadi pula ia berusaha menelpon atau mengirimi Rion pesan agar lokasi dan waktu sidang skripsinya, tapi sepertinya Rion masih tidur jadi tidak mengangkat panggilannya. Ah tapi tak apalah, untuk apa juga Rion datang tepat waktu kan yang sidang bukan Rion jadi datang telat pun tak masalah yang penting datang, ia berharap Rion bisa datang.

“Fy udahan dandannya, habisin susunya masih sisa nih.”

“Iya Mah sabar,” balas Gify berteriak

“Cepetan nanti telat, gelasnya udah mau Mama cuci nih,” Gify hanya meringis mendengar suara dahsyat nan cempreng mamanya yang terdengar sampai kamarnya, apa nanti saat ia jadi emak-emak ia akan kehilangan suara lemah nan lembut miliknya dan akan berubah menjadi suara toa seperti mamanya?

***

“Gelisah banget Fy?” Gify hanya memasang wajah melas terhadap Raden yang hari ini juga sidang skripsi sepertinya, sedang Revia? Gadis itu mendapat giliran besok.

“Santai aja Fy kalo tegang bange malah buyar yang udah lo pelajarin, banyak zikir.”

“Tumben lo bener,” gurau Gify sekadar melepaskan ketegangan yang kini seperti melilit perutnya.

“Ah lo sama aja kaya sohib lo ngeremehin gue mulu, gini-gini gue lagi mempersiapkan diri untuk jadi imam keluarga yang baik,” Raden berbicara dengan gaya khas tebar pesonanya, yang pastinya ga bakal mempan sama Gify yang sudah punya Rion, Rion? Aduh kalau ingat Rion jadi tambah tegang pemuda itu masih belum juga mengangkat telpon terakhirnya lima menit yang lalu, apa pemuda itu masih ketiduran?

“Lah tadi gelisah sekarang bengong,” Raden menggelengkan kepala melihat teman seangkatannya yang sanagt jarang ia goda, karena seingatnya dulu saat masih menjadi mahasiswa baru Gify sudah punya pacar dari lain fakultas dan setahunya belum ada terdengar kabar putus dari Gify.

“Ngomong-ngomong kenapa lo lagi belajar jadi imam yang baik, habis lulus nanti lo mau nikah?”

“Wo iya dong, cowok itu kalau serius dan cinta sama ceweknya harusnya ngajak nikah bukan pacaran, apalagi kalu udah mapan, pendidikan udah kelar, punya penghasilan apa lagi coba yang dicari? Mendingan nikah kan? Pacarannya halal,” Gify sampai terperangah dengan penjelasan Raden, yang benar saja hal seperti itu sempat terpikir di otak playboy kampus itu.

“Wah beruntung dong ya cewek yang lo taksir.”

“Tapi sahabat lo kayanya ga merasa begitu,” Gify mengernyit bingung apa maksud cowok dihadapannya ini.

“Eh udah ya Fy, udah giliran gue masuk nih, doain ya,” Gify kembali menormalkan ekspresinya lalu tersenyum memberi kepalan jari untuk menyemangati teman seeperjuangannya itu. Setelah Raden masuk ke ruangan dan tak terlihat lagi, kini Gify mulai berpikir Rion sudah mapan dan berpenghasilan , bila Rio benar-benar serius mencintainya apa Rion akan segera melamarnya?

***

Selangkah keluar dari ruanga sidang Gify masih merasakan kakinya gemetar, diluar ia melihat wajah cemas teman-temannya. Raut wajah mereka seolah bertanya, gimana hasilnya?

Gify hanya mengangguk beberapa kali dengan mata berkaca-kaca sebagai jawaban pertanyaan mereka, sontak mereka pun berteriak memberi semangat, akhirnya ia lulus dan mendapat gelar S1 nya. Selesai sudah perjalanan perkuliahannya, terbayar sudah pengorbanannya merevisi skripsi berkali-kali, bahkan sempat gonta-gabti judul awalnya.

Para mantan mahasiswa itu melakukan perayaan kecil memberi selamat pada satu sama lain, menangis bahagia, hebatnya lagi mereka yang sidang hari ini dinyatakan lulus semuanya, bertambahlah kebahagiaan itu, rasanya seperti baru saja pulang menag perang. Bahkan sangking gilanya, para anak laki-lagi melompat ke kolam di halaman gedung sidang, untung pak satpam hanya menggeleng maklum, sudah dari tahun ke tahun ia menghadapi perilaku para mahasiswa yang aneh-aneh mengekspresikan rasa bahagianya. Sedang para wanita sudah ancang-ancang melempari sepatu mereka bila saja anak laki-laki itu nekat mendorong mereka ikut masuk ke kolam sehingga sebagai ganti para lelaki mencipratkan air dari kolam yang mengundang jeritan histeris para wanita yang takut penampilannya rusak.

“Gue habis ini mau nemuin cowok gue Raden, gila banget ya lo nyipratin air bocah banget tahu gak,” rengek Sinta yang menjadi korban Raden.

Setelah puas dengan euforia, satu persatu dari mereka pun mulai memisahkan diri, ada yang ingin bertemu orang tuanya, ada yang sudah ditunggui sahabatnya, ada yang sudah dijemput pacarnya, kalau yang cowok-cowok tadi tentu saja langsung pulang sebelum masuk angin, masa nanti ga datang wisuda gegara masuk angin.

Gify sendiri hanya berdiri terpaku menatap teman-temannya yang sudah pamit, ia mencoba mengedarkan andangannya berharap melihat mobil Rion atau bahkan Rion yang mungkin saja sedang bersembunyi karena takut keberadaanya diketahui public, tapi nihil, Gify tak melihat keberadaan Rion. Ponselnya pun sekarang tak bisa dihubungi, hanya mbak-mbak operator yang menjawab kalau sang pemilik ponsel sedang menonaktifkan ponselnya. Rion kamu dimana sih?

Sesaat kemudian Gify merasakan ponselnya bergetar.

Dafrion A.:

Congratulation my princess, selamat ya sekarang kamu sudah jadi sarjana ilmu komunikasi, semoga kamu bisa menjadi lulusan yang bermanfaat bagi masyarakat seperti yang kamu cita-citakan. Maaf aku ga bisa datang ke sidang skripsi kamu, tiba-tiba tadi pagi dipanggil untuk briefing promo film, tapi aku akan usahain untuk datang saat kamu wisuda nanti, sekali lagi selamat dan maaf

Gify hanya menghembuskan napas lelah, Rion ternyata tidak datang, ah salahnya juga terlalu banyak berharap, Rion kan sudah bilang kemarin kalu ia tak janji datang.

Me:

Makasih… Okey ga papa, btw tahu dari mana aku lulus?

Dafrion A.:

Aku yakin dong kamu pasti lulus

Sekali lagi maaf ya, pokoknya waktu kamu wisuda nanti aku bakal datang, karena saat itu bener-bener hari penting banget kan buat kamu

 Me :

Can’t wait that time, can’t wait to see you, yaudah lanjut gih kerjanya, jangan lupa makan

Dafrion A.:

<3

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • camarseptakum

    @aryalfaro terima kasih sudah mampir

    Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu
  • aryalfaro

    Chapter 1 saya sudah menyenangkan ceritanya ^^ Saya akan membaca chapter selanjutnya ^^

    Comment on chapter Bingkai 1 : Anak itu
Similar Tags
Arini
1110      642     2     
Romance
Arini, gadis biasa yang hanya merindukan sesosok yang bisa membuatnya melupakan kesalahannya dan mampu mengobati lukanya dimasa lalu yang menyakitkan cover pict by pinterest
SATU FRASA
16630      3828     8     
Romance
Ayesha Anugrah bosan dengan kehidupannya yang selalu bergelimang kemewahan. Segala kemudahan baik akademis hingga ia lulus kuliah sampai kerja tak membuatnya bangga diri. Terlebih selentingan kanan kiri yang mengecapnya nepotisme akibat perlakuan khusus di tempat kerja karena ia adalah anak dari Bos Besar Pemilik Yayasan Universitas Rajendra. Ayesha muak, memilih mangkir, keluar zona nyaman dan m...
Rver
7642      2246     1     
Fan Fiction
You're invited to: Maison de rve Maison de rve Rumah mimpi. Semua orang punya impian, tetapi tidak semua orang berusaha untuk menggapainya. Di sini, adalah tempat yang berisi orang-orang yang punya banyak mimpi. Yang tidak hanya berangan tanpa bergerak. Di sini, kamu boleh menangis, kamu boleh terjatuh, tapi kamu tidak boleh diam. Karena diam berarti kalah. Kalah karena sudah melepas mi...
Our Tears
3269      1503     3     
Romance
Tidak semua yang kita harapkan akan berjalan seperti yang kita inginkan
Comfort
1363      617     3     
Romance
Pada dasarnya, kenyamananlah yang memulai kisah kita.
Bukan Salah Kisah
473      330     1     
Short Story
“Kita tak pernah tahu di mana kita akan dilahirkan, bagaimana kita akan mati, dan bagaimana kisah kita dituliskan, namun terkadang dunia yang luas ini cukup sempit untuk menyadari suatu kenyataan...”
Haruskah Ku Mati
54343      6388     65     
Romance
Ini adalah kisah nyata perjalanan cintaku. Sejak kecil aku mengenal lelaki itu. Nama lelaki itu Aim. Tubuhnya tinggi, kurus, kulitnya putih dan wajahnya tampan. Dia sudah menjadi temanku sejak kecil. Diam-diam ternyata dia menyukaiku. Berawal dari cinta masa kecil yang terbawa sampai kami dewasa. Lelaki yang awalnya terlihat pendiam, kaku, gak punya banyak teman, dan cuek. Ternyata seiring berjal...
Detik Kesunyian
463      343     3     
Short Story
Tuhan memiliki beribu cara untuk menyadarkan kita. Entah itu dengan cara halus, kasar, bahkan menampar. Tapi peringatan itu yang terbaik, daripada Tuhan mengingatkanmu dengan cara penyesalan.
Sekilas Masa Untuk Rasa
4162      1386     5     
Romance
Mysha mengawali masa SMAnya dengan memutuskan untuk berteman dengan Damar, senior kelas dua, dan menghabiskan sepanjang hari di tribun sekolah sambil bersenda gurau dengan siapapun yang sedang menongkrong di sekolah. Meskipun begitu, Ia dan Damar menjadi berguna bagi OSIS karena beberapa kali melaporkan kegiatan sekolah yang menyimpang dan membantu kegiatan teknis OSIS. Setelah Damar lulus, My...
Teater
24698      3784     3     
Romance
"Disembunyikan atau tidak cinta itu akan tetap ada." Aku mengenalnya sebagai seseorang yang PERNAH aku cintai dan ada juga yang perlahan aku kenal sebagai seseorang yang mencintaiku. Mencintai dan dicintai. ~ L U T H F I T A ? Plagiat adalah sebuah kejahatan.