Loading...
Logo TinLit
Read Story - Desa Lara
MENU
About Us  

Nama desa itu Desa Lara, pusat duka dan nestapa. Lembahnya tempat mengais kesia-siaan. Gunungnya puncak orang meratapi kesialan. Lautannya muara dari setiap tetes darah dan air mata. Udaranya busuk, didominasi embus napas keputusasaan yang dihirup dan diembuskan lagi. Terus begitu entah sampai kapan.

Tiada seorang pun dibiarkan bahagia. Begitu ada selengkung senyum, semenit kemudian ia akan menangis lagi. Bila kebahagiaan itu ada, mestinya semua warga memperolehnya tanpa kecuali. Prinsip kesamarataan dijunjung tinggi, sekalipun itu adalah kesetaraan dalam kehinaan.

Sebagai warga yang lahir dan tumbuh di desa itu, kamu dan dia resah. Kamu dan dia adalah dua dari sedikit manusia yang masih sehat karena belum hidup lama. Ide untuk memberikan perubahan sudah lama tercetus. Namun perwujudannya terlalu susah.

Pada suatu malam yang masih sama seperti malam-malam sebelumnya—penuh suara ratapan dan tangisan dari rumah tetangga—kamu dan dia berbaring di atas ranjang yang baru saja kering dari air mata. 

“Aku punya ide,” katanya. Tanpa perlu bertanya lebih lanjut ide apa yang dimaksud, kamu tahu bahwa yang dia bicarakan adalah gagasan untuk membawa Desa Lara menyongsong perbaikan.

“Ide seperti apa?”

“Aku akan meminta bantuan kepada Dewa Taruhan.”

Matamu nyalang menatapnya. “Jangan gila!”

Dia tersenyum. Telapak tanganmu dalam kuasanya ia genggam begitu erat. “Percayalah padaku.”

“Tidak!” sergahmu. “Kamu tahu konsekuensi apa yang akan kita terima bila memohon padanya!”

Dia menatapmu begitu lekat. Sebelah tangannya yang bebas mengelus kepalamu. “Aku belajar bahwa untuk maju selangkah, kita perlu mengambil risiko."

Kamu membisu, lalu dia menuntutmu menatap matanya. “Anggaplah ini kado ulang tahun untukmu.”

Kamu tahu yang dikatakannya benar. Maka, ketika fajar menjemput, kamu melepas kepergiannya, berbekal niat mulia dan rasa percayamu. Dia akan kembali membawa kado ulang tahunmu berwujud perubahan yang selama ini kalian idamkan. Itu janjinya.

Dua hari telah berlalu dan ulang tahunmu akan datang besok, namun dia belum juga kembali, membawa apapun yang sudah ia perjanjikan. Kamu semakin resah. Rintihan para tetangga terdengar lebih nyaring daripada sebelumnya. Udara terasa lebih busuk daripada semestinya.

Baru saja kamu merasa dirimu akan gila, sebuah kotak tiba di depan pintu. Hanya kotak semata, tanpa kehadirannya. Tangismu pecah. Kotak itu tak ubahnya kotak Pandora yang berisi bencana. Tak sudi kausentuh kotak itu seminggu lamanya. Berharap bisa menukar kembali benda tersebut dengan kemunculannya.

Diselubungi hiruk-pikuk rintihan, kamu merenungkan segala yang terjadi. Lalu kamu sadar dia takkan pulang. Eksistensinya telah ditukar dengan kotak berisikan entah apa. Tak tahan, kamu membuka kotak itu.

Rupanya kotak itu tidak mengeluarkan bencana yang turun ke bumi. Ia berisikan huruf-huruf—simbol-simbol yang baru bisa kamu mengerti maknanya beberapa waktu kemudian.

Di penghujung senja, huruf-huruf kausulam jadi sebentuk pesawat dan perahu kata, yang membawa semua kesedihan, kesengsaraan, dan kesia-siaan pergi meninggalkan desa.

 

Nama desa itu kini berganti jadi Desa Aksara. Tempat berpusatnya ilmu pengetahuan dan kebahagiaan. Udaranya segar. Lautannya menampakkan kejernihan dan memantulkan kecerdasan. Tiada lagi rintih dan jerit nelangsa, semua berganti jadi sukacita. Orang-orang bekerja, mengubah huruf menjadi sesuatu yang bermakna.

Kamu menatap langit yang tak lagi diselimuti halimun pekat. Dia benar, semua kemajuan memerlukan pengorbanan.

Tags: ffwc2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (2)
  • Celestilla

    @NinaKim Nina sampai komen di sini juga. Wqwqwq makasih banyak

  • NinaKim

    'Desa Lara' bermakna dalam, dan bagus cara penyampaiannya. Aku syuka, aku syuka.

Similar Tags
Secangkir Kopi dan Sajak Hujan
1896      1164     6     
Short Story
"Secangkir kopi dan gerimis merayakan kesepian. Berembunlah kaca jendela, kulihat kita bertahan di dingin air mata yang sama."
Di Sudut Jalan Yang Sama
415      273     0     
Short Story
Sekarang, aku masih melewati jalan yang sama.
The Last Station
403      267     0     
Short Story
Yah, pulang. Meski aku bukan pelabuhan ataupun rumah. Setidaknya aku adalah stasiun terakhir yang membawamu pulang.
He or Them?
653      387     4     
Short Story
Shouta terlihat pintar, tampan dan baik hati ... tapi, Amane merasa sangat sulit menaklukkannya. Sedangkan pria-pria yang tak diinginkan Amane berjejer di depan kelas membawa spanduk bertuliskan berbagai pernyataan cinta para pria itu untuknya. Mana yang akan dipilih Amane?
DRAMA
621      433     13     
Short Story
Harusnya kau tahu ....
Love Arrow
470      316     3     
Short Story
Kanya pikir dia menemukan sahabat, tapi ternyata Zuan adalah dia yang berusaha mendekat karena terpanah hatinya oleh Kanya.
Kesempatan
318      204     0     
Short Story
Pada dasarnya, manusia itu penakut. Seringkali menghindari situasi yang membuat dirinya merasa tidak nyaman. Pada dasarnya, manusia itu selalu menginginkan kebahagiaan atas dirinya sendiri. Dan seringkali melupakan kebahagiaan orang lain.
Bersyukurlah
439      306     1     
Short Story
"Bersyukurlah, karena Tuhan pasti akan mengirimkan orang-orang yang tulus mengasihimu."
Lara Merindu
234      194     2     
Short Story
Aku kembali hanya menatap punggungmu yang dengan mudah kutemukan diantara kerumunan para siswa pada pintu gerbang pulang. Aku kembali menghembuskan nafas lega, tatkala tubuhmu sudah memasuki angkot yang memang mangkal didepan sekolahmu. Seperti hari-hari kemarin, aku mengikuti angkot yang kau tumpangi dengan motorku. Aku hanya ingin memastikan kau baik-baik saja, meskipun aku telah meremukkan...
Aku Kamu dan Kenangan
384      270     2     
Short Story
Aku, kamu dan kenangan. Meskipun waktu telah berlalu nyatanya kita tak mampu menghapus kenangan