Loading...
Logo TinLit
Read Story - Muara
MENU
About Us  

"Aku ini jatuh cinta pada hayalanku. Bukan pada kamu! Yaa hanya saja aku lupa minta izin menghayali mu."

 

---------


"Sore ini aku akan menceritakan tentang mu Delta, bolehkah?"

Andai Aku berani bilang seperti itu langsung, tapi aku terlalu bergetar saat berhadapan dengannya.

Beraniku hanya sebatas memainkan kata, menciptakan makna tersirat, lalu memperlihatkan pada dunia dan berharap Delta ku akan paham artinya.

Jadi..

Namanya Delta, kami se angkatan. Aku tau dia dan jatuh cinta padanya saat kita tidak sengaja bertabrakan di parkiran sekolah. Astaga, kisah yang konyol.

Dia baik padaku. Maksudnya dia memang baik pada semua orang, tapi aku suka tak tau diri mengharapkan perasaan karena sikap baiknya itu.

Katanya wanita tidak baik mengutarakan perasaan duluan. Tidak ada harga diri kalau kata Bunda ku. Tapi, aku tidak tahan pada rasa yang sungguh ingin aku ledakan depan dia.

Seperti kemarin saat pulang sekolah,

Hujan deras datang bertepatan dengan bel pulang. Aku kini sedang berdiri di teras dekat gerbang keluar.
Namun aku melihat sosok Delta di dekatku.

Astaga, aku tidak ingin bertemu dengannya sekarang.

Dengan bodoh aku berlari ke parkiran, mencari motorku. Seragam ku mendadak basah karena hujan memang masih deras.

"Ya ampun Muara!" teriak teman ku.

Aku tidak berhasil menemukan motorku, sambil mendengus kesal akhirnya aku berjalan gontai ke pos satpam. Ya aku malu kalau harus kembali ke tempat awal.

Dan betapa kejamnya dunia saat ini, Dia ada di sana juga, iya, Delta ada di pos satpam juga.

Dia menatap ku, aku pun balas menatap nya dan tersenyum ragu.

Tapi dia mengabaikan senyum ku. Dia tidak balas tersenyum, dia menatap ku seperti kebingungan.

Aku memalingkan wajah dan terus berpikir, apakah wajahku berubah saat hujan makannya dia tidak mengenalku? Atau dia lupa aku? Atau kah dia tau perasaan ku dan sekarang dia membenci ku? Oh Tuhan.

"Pakai ini"

Aku menoleh, Delta menyodorkan jaketnya. Betapa aku ingin pingsan saat itu juga.

"Makasih Delta" jawabku menerima jaket itu. Dan aku segera memakainya.

"Gue baru tau kalau masih ada orang bodoh di dunia ini, sudah tau hujan tapi gaya banget pake hujan hujanan"

Ucapan Delta membuat aku tersentak.

"Bodo amat" kata ku,

"Dih gitu, masih baik gue pinjemin jaket" ujar Delta.

"Bodo bodo bodo" jawab ku kesal.

Delta terkekeh pelan

"Muara, lo tau ga?" tanya Delta

"Ga tau"

"Besok itu hari kasih sayang tau" kata Delta.

"terus?"

"Enaknya kasih apa ya ke pacar gue?"

Pertanyaan Delta membuat jantungku berdegup lebih kencang dari biasanya. Pacar kata dia?

"Ciee diemm, cemburu yaa?" ledek Delta sambil tertawa.

"Idihh engga ya"

Delta menganggukan kepalanya "Makannya cari pacar, jangan ngenes mulu. Tiap hari kerjaannya cuma sebar Quote"

Dia tidak tau saja, Quote yang aku buat itu untuknya.

"Hujan nya udah reda, lo mau pake jas hujan gue Ra?" kata Delta.

"Ga usah Ta, gue udah terlanjur kuyup" jawab ku dengan suara bergetar. Sudah ku bilang kan, kalau aku tidak bisa di hadapkan dengannya.

"Delta! Anterin gue pulang yuk? Gue ga bawa motor"

Aku tersentak kaget, Sinta teman sekelas Delta tiba-tiba menghampiri Delta dan minta di antar pulang.

Delta mengangguk, lalu memberikan Sinta jas hujannya.

Perasaan ku runtuh saat itu juga. Ya ampun, miris sekali aku.

Delta dan Sinta sudah berjalan ke parkiran, dia sepertinya lupa bahwa ada aku. Dia tidak pamit atau berbasa basi lagi.

Dia ini pandai melambungkan, namun juga mudah menghempaskan. Dan bodohnya aku mengharapkannya.

Tadi adalah salah satu cerita ku, sang Muara dan Deltanya

Dan sudah cukup, aku tidak ingin jumpa lagi. 'tapi mengembalikan jaketnya harus bagaimana?' ya ampun aku pusing karena mu Delta.

Dan Pesan ku untuk hari ini,

Tuhan, terimakasih sudah memberi waktu untuk bisa menatap dia lebih lama dari biasanya. Aku janji Tuhan, aku takkan berharap lebih karena aku cukup sadar diri akan itu. Biarlah ini tersimpan dan hanya engkau yang tahu, jangan biarkan dia tahu dan menjauh.

 


                                         Jakarta, 14 februari 2019

 

Tags: FFWC2

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Bersyukurlah
489      351     1     
Short Story
"Bersyukurlah, karena Tuhan pasti akan mengirimkan orang-orang yang tulus mengasihimu."
The Last Station
452      310     0     
Short Story
Yah, pulang. Meski aku bukan pelabuhan ataupun rumah. Setidaknya aku adalah stasiun terakhir yang membawamu pulang.
Di Sudut Jalan Yang Sama
461      315     0     
Short Story
Sekarang, aku masih melewati jalan yang sama.
He or Them?
692      424     4     
Short Story
Shouta terlihat pintar, tampan dan baik hati ... tapi, Amane merasa sangat sulit menaklukkannya. Sedangkan pria-pria yang tak diinginkan Amane berjejer di depan kelas membawa spanduk bertuliskan berbagai pernyataan cinta para pria itu untuknya. Mana yang akan dipilih Amane?
Rewind
498      352     0     
Short Story
Just because someone doesn't love you the way you want them to, doesn't mean they don't love you with all they have. ©2019 by EttaGurl
Aldi: Suara Hati untuk Aldi
482      358     1     
Short Story
Suara hati Raina untuk pembaca yang lebih ditujukan untuk Aldi, cowok yang telah lama pergi dari kehidupannya
Milikku
467      330     2     
Short Story
Menceritakannya mudah, Kamu mengkhianati, aku tersakiti, kamu menyesal dan ingin kembali. Mudah, tapi tidak dengan perasaan setiap kali kau ada. Hati ini bimbang, dan sulit bagiku untuk menahannya agar tidak tumbang. ~ *'Soy' dalam bahasa Spanyol memiliki arti yang sama dengan kata 'My'.
For Now
255      215     0     
Short Story
Honestly, it hurts a little Though I'm smiling in front of you
Mungkin
628      368     5     
Romance
Mungkin dia datang.. Atau mungkin dia hanya menghampiri, Hampir datang. -Karena terkadang kenyataan tak seindah mimpi-
365 Hari, Aku Bertanya pada Kalian?
731      492     3     
Short Story
Aku akan menceritakan kisahku pada kalian semua. Tidak, tidak. Aku tidak meminta belas kasihan kalian. Wanita seperti ku tidak perlu dikasihani oleh kalian. Karena setelah mendengar ceritaku ini, mungkin kalian akan memberiku kalimat penyemangat yang terdengar basi dan empat menit kemudian kalian sudah melupakanku. Jadi, aku tidak perlu itu semua. Aku hanya ingin bertanya kepada kalian, Apak...