Loading...
Logo TinLit
Read Story - Guguran Daun di atas Pusara
MENU
About Us  

Guguran Daun di atas Pusara

Karya : Agni Halimah 

Copyright : 2017

Wajah putihnya pucat pasi. Kadang lingkaran hitam pada kantung mata menghiasi bola matanya yang indah. Ia tidak pernah memanjangkan rambutnya. Panjangnya hanya berhenti sebatas bahu. Bibirnya kering seperti kemarau sehabis musim hujan yang panjang. Meski begitu, senyumnya tetap menawan dan tatapannya masih meneduhkan.

Dulu, saat aku dan dia duduk di sekolah menengah atas, dia tidak pernah mengikuti pelajaran olahraga. Aku tidak tahu alasannya. Dia hanya menonton di tribun sambil tertawa melihat aktivitas yang dilakukan anak lain.

Dia begitu tertutup dan enggan berbagi. Padahal dia membuatku penasaran. Kenapa dia tidak pernah mengikuti pelajaran olahraga? Apa dia mempunyai penyakit yang parah? Atau dia memang tidak suka pelajaran olahraga?

Dia juga sering absen. Menurut keterangan surat dari orang tuanya, ia tidak sekolah karena sakit. Tapi aku tidak tahu dia sakit apa hingga memakan waktu seminggu lamanya. Aku heran, apa salahnya berbagi? Bukankah kita menjadi teman satu kelas sudah hampir 3 tahun lamanya? Mungkin, dia menganggap sekolah hanya sebatas tempat berjumpa guru dan buku, bukan ajang untuk bersosialisasi apalagi mencari teman.

Suatu hari, aku menemukannya tengah duduk menyender pada pohon beringin yang terletak di belakang sekolah. Jemarinya nampak asyik memainkan daun yang berguguran. Sejenak aku berpikir dia kurang kerjaan. Tapi pada akhirnya mataku terus mengamati gerak-geriknya.

Dia membuka bukunya, lalu menulis sesuatu dengan bolpoin birunya. Tiba-tiba seekor kupu-kupu putih hinggap di ujung bolpoin milik gadis itu. Dia  menghentikan aktivitasnya dan berlari mengejar kupu-kupu yang terbang di udara. Hah, sesuatu yang ingin pergi dan berlalu itu seharusnya jangan ditahan.

Dia meninggalkan buku jurnalnya di pinggir pohon. Aku berjalan mengendap-ngendap untuk mengetahui apa yang barusan ditulisnya.

Guguran daun tidak bernyawa.
Mereka mengabdikan hidupnya pada hembusan angin.
Yang mengusapnya selembut tuhan menguji umat.
Rasanya guguran daun tak jauh beda denganku.
Hidup pada kehidupan semu.
Ku abdikan jiwa raga pada pemilik yang hakiki.
Akan ku tunggu guguran daun mengendap diatas pusara penuh tangisan.

Aku memang payah dalam memahami sastra sejenis sajak atau puisi. Tapi, membaca puisi tulisan gadis itu aku bisa merasakan apa yang ingin dia sampaikan. Apa maksudnya dengan kata pusara? Apa waktunya sudah tidak lama lagi? Oh Tuhan, aku semakin penasaran dengan gadis itu.

Belum sempat aku membalik halaman sebelumnya, derap langkah seseorang menyeruak di telingaku. Aku menoleh, dia menatapku dengan kesal.

"Hei, siapa kamu berani-beraninya membaca buku diariku?!" Katanya seraya merebut buku itu dari tanganku.

Aku tidak menanggapi ucapannya. Aku justru malah memerhatikan peluh yang menetes di dahinya dan deru nafasnya yang terengah-engah. Lalu, beberapa menit kemudian, gadis itu meremas perut bagian kirinya. Ia meringis kesakitan namun berusaha menahannya.

"Tunggu di sini, aku ambil minum dulu." Kataku yang langsung berlari menuju mesin penjual minuman.

Aku kembali dengan sebotol air mineral untuknya. Dia menegak minuman itu hingga setengah airnya tandas. 

"Ayo duduk." Ajakku padanya untuk duduk di hamparan rumput di bawah pohon beringin.

"Hmm, maaf aku lancang baca diary kamu." Kataku membuka obrolan.

"Selamat. Kamu orang pertama yang tahu tentang aku." Katanya.

"Aku tidak tahu apapun tentangmu." Sanggahku.

"Kamu sudah membaca berarti kamu sudah tahu." Katanya kukuh.

"Aku memang sudah membaca sedikit tapi bukan berarti aku paham sepenuhnya dengan puisi-puisimu itu." 

Dia terdiam. Aku terdiam. Kami terdiam. Hanya suara hembusan angin pada dedauan yang menyelimuti taman belakang sekolahku ini, di tambah suara jangkrik yang mengisyarakatkan betapa sunyinya atmosfer disekitar aku dan dia.

"Ekhem, ingin berbagi?" Kataku kembali membuka pembicaraan.

"Untuk apa?" 

"Hmm, kamu pernah nonton film Pirates of the caribbean? Katanya 'untuk melepaskan kamu butuh berbagi' mungkin dengan kamu berbagi kamu bisa melepaskan segala bebanmu?" 

"Daripada berbagi, bagaimana kalau aku memberi tahumu sebuah cerita?"

"Cerita? Cerita apa?" Tanyaku penasaran.

"Cerita tentang black market." 

Aku sepertinya pernah mendengar istilah itu. Oh aku ingat! 

"Black market itu bukannya tempat penjualan organ tubuh manusia yang ilegal?" 

"Yups! Tepat. Dan kamu tahu dulu ada anak kecil yang bernasib sial hingga organ tubuhnya berakhir di black market." 

"Aku sering mendengarnya di berita televisi." Kataku.

Ayahku yang notabenenya bekerja sebagai polri memang selalu mengikuti perkembangan kasus-kasus kejahatan di negeri tercinta ini. 

Black market itu benar-benar pasar yang gaib. Sampai kapapun kita tidak tahu dimana tempat transaksi jual beli berlangsung. Tahu-tahu ada berita anak kecil yang kehilangan ginjalnya atau bahkan yang meninggal kehilangan jantungnya.

"Oke kamu mungkin sudah sering mendengarnya. Tapi, bukan kah lebih menyenangkan jika kamu bertemu langsung dengan salah satu anak yang kehilangan organnya?" 

Aku semakin bingung. Kemana sebenarnya arah pembicaraan ini? Kenapa alur ceritanya berbelit-belit seperti ini?

"Dulu, ada anak perempuan yang ditawari sebuah premen lollipop oleh orang asing. Dia menerimanya dengan girang tanpa memprediksi kejadian mengenaskan yang akan terjadi padanya. Ternyata permen lollipop itu mengandung obat bius hingga sang anak tak sadarkan diri. Setelah sadar, ia ditinggal dipinggir jalanan yang sepi dengan luka bekas operasi yang masih basah. Ya, ginjal sebelah kanannya diambil. Anak kecil yang polos dan bodoh itu hanya bisa menangis karena rasa sakitnya masih terasa. Ditambah ia tidak tahu jalan pulang. Ia merogoh sakunya, dan ternyata ada segepok uang disana. Singkat cerita anak itu dibawa polisi pulang ke rumahnya. Ayah dan Ibunya menangis mendapati anaknya yang malang. Mereka meminta polisi menemukan pelaku kejahatan itu, namun hasilnya nihil. Sampai sekarang mereka mungkin masih berkeliaran untuk mengambil organ anak kecil yang tidak berdosa. Tahun berganti tahun, anak itu tumbuh dan bersekolah di SMA Bhakti Bangsa. Dengan satu ginjal, yang semakin hari semakin aus karena bekerja terlalu keras. Dan anak itu sekarang tengah duduk disampingmu sambil menceritakan kisah tragedi masa lalunya."

Demi apapun aku kehabisan kata-kata. Lidahku rasanya kelu bahkan untuk mengatakan kata-kata penghibur untuknya. Aku tidak menyangka gadis lugu sepertinya memiliki beban yang meskipun dibagi tidak akan mengurangi rasa sakitnya.

"Anak itu hidup bergantung pada hemodialisis. Sedikit telat, maka kondisinya akan memburuk."

Menurut pengetahuanku, hemodialisis itu pencucian darah, dan rasanya sangat sakit. Biayanya juga mahal bukan main.

"Aku hanya menunggu guguran daun mengendap di pusara penuh tangisan. Dan rasa sakitku akan menguap. Ya kan?" 

Aku memincingkan mataku padanya. Aku benar-benar tidak suka dengan orang yang mempunyai pikiran seperti ini. Pesimis dan mendahului Tuhan. Kita tidak pernah tahu apa yang direncanakan Tuhan atas hidup dan mati kita kan?

"Jangan pesimis. Kamu umat beragama dan berTuhan. Kamu bukan Atheis. Kamu harus percaya pada keajaiban yang kadang tidak dapat dipahami secara ilmiah."

"Aku bukannya pesimis. Aku hanya realistis." 

Aku mendengus, "Sama saja. Kamu tahu bagaimana cara mendapat kebahagian dengan instan?" 

Dia tampak berpikir sebelum menjawab pertanyaanku. "Hmm, mungkin dengan tersenyum?" jawabnya dengan nada yang kental akan keraguan.

"Bisa jadi. Tapi bukan itu yang aku maksud. Terkadang orang tidak benar-benar bahagia meskipun mereka tersenyum."

"Lalu, bagaimana caranya untuk mendapat kebahagiaan secara instan."

"Bersyukur. Semakin banyak kamu bersyukur, semakin banyak juga kebahagiaan yang menghampirimu."

"Kamu benar, selama ini aku hanya meratapi rasa sakitku tanpa pernah bersyukur dan mencari kebahagiaan. Aku hanya terus menerus menyalahkan Tuhan atas kesialanku." 

"Hmm, jika kamu mau, aku bisa menciptakan kebahagian lain untukmu. Yang ini memang tidak instan, tapi aku yakin kamu tidak akan melupakannya seumur hidupmu." 

"Kamu bisa menciptakan kebahagiaan?" 

Aku mengangguk mantap. "Tentu, asal kamu tahu, kebahagiaan itu diciptakan bukan dicari."

"Bagaimana kamu menciptakan kebahagiaan untukku?"

"Aku akan menjadi rumahmu. Tempat kamu pulang, berbagi, dan berkeluh kesah. Tapi Aku sarankan jangan terlalu banyak mengeluh. Kamu akan kufur dan tidak melihat orang yang jauh dibawahmu."

"Baiklah. Aku izinkan kamu menciptakan kebahagiaan untukku. Tapi ingat, tidak ada jeda luka di dalamnya. Janji?" Ujar gadis itu sambil menyodorkan jari kelingkingnya.

Aku menautkan kelingkingku. "Janji." 

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
NWA
2435      976     1     
Humor
Kisah empat cewek penggemar boybend korea NCT yang menghabiskan tiap harinya untuk menggilai boybend ini
Slap Me!
1642      752     2     
Fantasy
Kejadian dua belas tahun yang lalu benar-benar merenggut semuanya dari Clara. Ia kehilangan keluarga, kasih sayang, bahkan ia kehilangan ke-normalan hidupnya. Ya, semenjak kejadian itu ia jadi bisa melihat sesuatu yang tidak bisa dilihat oleh orang lain. Ia bisa melihat hantu. Orang-orang mengganggapnya cewek gila. Padahal Clara hanya berbeda! Satu-satunya cara agar hantu-hantu itu menghila...
Rindu Yang Tak Berujung
592      419     7     
Short Story
Ketika rindu ini tak bisa dibendung lagi, aku hanya mampu memandang wajah teduh milikmu melalui selembar foto yang diabadikan sesaat sebelum engkau pergi. Selamanya, rindu ini hanya untukmu, Suamiku.
Tetesan Air langit di Gunung Palung
465      325     0     
Short Story
Semoga kelak yang tertimpa reruntuhan hujan rindu adalah dia, biarlah segores saja dia rasakan, beginilah aku sejujurnya yang merasakan ketika hujan membasahi
DELUSION
6825      1998     0     
Fan Fiction
Tarian jari begitu merdu terdengar ketika suara ketikan menghatarkan sebuah mimpi dan hayalan menjadi satu. Garis mimpi dan kehidupan terhubung dengan baik sehingga seulas senyum terbit di pahatan indah tersebut. Mata yang terpejam kini terbuka dan melihat kearah jendela yang menggambarkan kota yang indah. Badan di tegakannya dan tersenyum pada pramugari yang menyapanya dan menga...
The pythonissam
397      313     5     
Fantasy
Annie yang harus menerima fakta bahwa dirinya adalah seorang penyihir dan juga harus dengan terpaksa meninggalkan kehidupanannya sebagai seorang manusia.
DEUCE
694      397     0     
Short Story
\"Cinta dan rasa sakit itu saling mengikuti,\" itu adalah kutipan kalimat yang selalu kuingat dari sebuah novel best seller yang pernah kubaca. Dan benar adanya jika kebahagiaan dan kesakitan itu berjalan selaras sesuai dengan porsinya..
Kenangan Masa Muda
7331      2068     3     
Romance
Semua berawal dari keluh kesal Romi si guru kesenian tentang perilaku anak jaman sekarang kepada kedua rekan sejawatnya. Curhatan itu berakhir candaan membuat mereka terbahak, mengundang perhatian Yuni, guru senior di SMA mereka mengajar yang juga guru mereka saat masih SMA dulu. Yuni mengeluarkan buku kenangan berisi foto muda mereka, memaksa mengenang masa muda mereka untuk membandingkan ti...
Photograph
1797      858     1     
Romance
Ada banyak hal yang bisa terjadi di dunia dan bertemu Gio adalah salah satu hal yang tak pernah kuduga. Gio itu manusia menyenangkan sekaligus mengesalkan, sialnya rasa nyaman membuatku seperti pulang ketika berada di dekatnya. Hanya saja, jika tak ada yang benar-benar abadi, sampai kapan rasa itu akan tetap ada di hati?
Your Moments
11018      2932     0     
Romance
Buku ini adalah kumpulan cerita mini random tentang cinta, yang akan mengajakmu menjelajahi cinta melalui tulisan sederhana, yang cocok dibaca sembari menikmati secangkir kopi di dekat jendelamu. Karena cinta adalah sesuatu yang membuat hidupmu berwarna.