Loading...
Logo TinLit
Read Story - Manusia Kaset
MENU
About Us  

      Kopi hitam dimeja belum juga tersentuh sedari tadi. Pandanganku jauh ke arah depan namun pikiranku jalan entah kemana. Kacau benar rasanya uangku sudah menipis tapi Darto belum juga mengembalikan. Dia sudah tiga kali meminjam uang, tapi sejak pertama kali pinjam belum sepeserpun ia kembalikan.


"Hei! Kau ini ngelamun saja! Lihat kopi itu sudah dingin!"
"Aduuh, Cok! Bikin kaget saja...eh jangan diminum dong."


      Ku cegah Ucok meminum kopiku padahal mulut dia sudah monyong mendekati bibir gelas. Ucok tertawa, rupanya dia nggak serius. Nama asli dia adalah Purba, tapi sering kupanggil Ucok saja panggilan khas orang Medan. Lagipula dia memang suka dipanggil Ucok daripada nama asli dia. Dia ini teman ngobrol yang blak-blakkan dan bagi para pengemudi ojol yang belum kenal dia pasti banyak tersinggungnya. Kalau dia bilang jelek ya jelek nggak bisa ditawar lagi. Tapi buatku itu lebih baik daripada si Warto yang apapun itu bakalan dia bilang "nggih" Bahasa Jawanya yang artinya "bisa" meski kadang dia nggak bisa. 


"Kemana si Darto itu Jek? Mampir dia kemari?"
"Justru itulah aku juga cari, Cok. Mau tagih hutang dia. Memangnya selama jadi 
 ojol nggak pernah dapet uang apa gimana?"  "Nah sama lah, Jek. Aku juga mau tagih hutang dia. Malas aku dengar alasan dia macam kaset. Maak kopi satu ya...!"


      Teriakan Ucok dibalas Mak Mar pemilik angkringan dengan kode tangan OK. Satu per satu pengemudi ojol lainnya mulai berdatangan juga mampir kemari. Ada si Warto, Dul, Yoyok sampai yang paling cantik sendiri di komunitas ojol kita Santi. Eits tapi jangan salah! Santi ini susah bedakannya sama laki-laki lainnya kecuali pas dia ngomong. Memang dia sengaja membuat tampilannya laki banget. Alasan dia sederhana supaya nggak ada yang berani ganggu pas lagi ngojek. 


"Kalian tahu kemana Darto?"
"Wih nggak,Cok. Lagian santi juga barusan datang."
"Kalau kau,Warto?"
"Nggih mas ucok...saya nggak tahu."


     Ucok tepok jidat. Aku setengahnya menahan ketawa dengar Warto bicara. Ucok kan artinya sama dengan bang, kakak dan mas eeh dia panggil lagi dengan sebutan mas didepan kata ucok. Baru saja diomongin orangnya datang juga.


"Nah panjang umur juga kau...!"
"Lah ada apa?"
"Apalagi kalau bukan hutang! Kali ini jangan banyak alasan kau ya."


      Darto kali ini tak berkutik. Biasanya dia sudah mengeluarkan jurus seribu satu alasan untuk menghindar dari tagihan hutang. Dompet kulit berwarna coklat muda ia keluarkan dari balik kantong celana jeansnya. Selembar uang lima puluh ribu ia serahkan ke Ucok. Aku pun juga menagih hutang ke Darto. Dia mau berkelit namun ucok sudah menatap matanya tajam. 


"Iya, Jek. Nih aku bayar seratus ribu dulu."
"Hutang jaman kapan bayarnya yang kecil duluan gimana sih?! Serius aku butuh  
 buat bayar kos-an nih!"
"Iya iyaa tiga hari lagi ya aku bayar tunggu aja. Kan belum dapat penumpang aku  
 hari ini lagipula buat modal bisnis nih."
"Aku heran sama kau. Ada bisnis tapi nggak berkembang? Atau cuma omongan kau 
   aja yang mutar macam kaset."


       Darto selalu tak bisa menjawab kalau ucok angkat bicara. Hanya bisa terbata-bata lantas katanya ada orderan masuk dan kabur begitu saja. Tapi kali ini aku tak main-main. Aku curiga kalau di kos-an, Darto itu masih punya uang. 


                                     ***


      Tiga hari dari peristiwa itu masih kutunggu niat baik Darto. Aku duduk di warung Mak Mar sembari menghisap rokokku. Kulihat dari kejauhan ucok datang sambil tersenyum. Sepertinya dia habis dapat orderan besar. 


"Jek, belum dapat orderan?"
"Belum, aku mau tunggu Darto disini buat tagih hutangnya."
"Ah! Percuma kau tunggu dia. Kenapa nggak ke kos-an dia?"
"Tau dimana kos dia, Cok?"


        Ucok memberi tahu nama jalan dan kemana arah yang harus kutuju. Namun dia berpesan sebaiknya malam kesana. Nihil siang ini Darto ada di kos-an. Sejauh ini teman satu kumpulan nggak ada yang pernah tahu dimana Darto tinggal. Ucok tahu karena ketidaksengajaan dia sehabis antar penumpang dia ikutin kemana motor Darto melaju. Pernah dia datangi siang hari dan selalu kosong. Tapi saat malam, lampu di kos-an Darto selalu menyala tanda ada penghuninya. 


                                      ***


        Benar saja kujalankan saran dan petunjuk dari Ucok. Memang cukup susah mencari jalannya apalagi daerah kos-an Darto tidak di area perumahan. Masih masuk area desa. Belum lagi ditambah penerangan jalan yang kurang baik. Sampai akhirnya kutemukan ciri rumah kos yang sama disebutkan oleh Ucok. Ku ketuk pintu kamar Darto. Yaah aku tahu dari sandal dan sepatu yang berjejer di dekat pintu. Memang tak salah lagi inilah kos-an Darto.


"Ya siapa? Eh kamu Jek? Darimana kamu tahu kos-an ini."
"Nggak usah basa-basi! Aku mau tagih hutangku!"
"Duh sabar, Jek. Belum balik duitnya....."
"Mau alasan apa lagi? Nah itu ada uang dibawah itu uangmu kan?!"
"Itu bukan uangku, Jek. Ituu...itu...."


     Langsung aku masuk ke kamar Darto. Aku sudah tak peduli lagi kali ini. Kulihat ada uang berceceran dibawah dan ada sebuah buku ukuran folio. Sepintas aku lihat catatannya. Aku benar-benar tak mengira ternyata Darto itu...


"Jadi selama ini kamu bandar judi togel?!"
"Sst...tolong jangan keras-keras ya toloong. Ini rahasia kita berdua saja, Jek. Tolong jangan laporkan ke polisi. Aku hidup dari sini, Jek. Jadi driver ojol nggak bisa sepenuhnya memenuhi hidupku. Tolong yaa tolong....Aku bayar ini nanti aku bayar. Malam ini mereka yang pasang akan bayar ke aku dan aku bayar hutangmu."


      Amarah dan kecewa sudah memuncak malam itu. Uang yang katanya untuk hidup dia sehari-hari. Malah justru diputarkan untuk bisnis haram seperti ini. Kutatap tajam si Darto layaknya harimau bertemu mangsanya. Darto hanya bisa gemetar saat itu. 


                                       ***


      Pagi ini di warung Mak Mar semuanya berkumpul. Banyak cerita seputar orderan termasuk penumpang rewel. Kami tertawa sembari mencomot gorengan diatas piring. Hingga akhirnya ucok nyeletuk.


"Kemana ya si Darto itu sudah 3 hari nggak nampak batang hidung dia?"
"Iya ya. Kadang Santi ketemu di jalan pas dia bawa penumpang."


     Seketika bulu kudukku berdiri mendengar nama itu. Segelas kopi hitam yang nyaris kuseruput itu tak jadi. Hilang seleraku hari ini. Kini mereka ramai membicarakan Darto yang omongannya seperti kaset. Aku hanya diam saja tak mau ikut menanggapi.


"Jek, kenapa tiba-tiba diam? Ada apa?"
"Nggak apa, Cok. Tiba-tiba badanku nggak enak." 
"Mas Jek apa pulang aja daripada nanti pingsan disini. Istirahat dulu nggih di kos-
 an."
"Nggak apa Warto. Aku masih baik-baik aja." 
"Tangkap dia!!"


     Sontak semuanya kaget termasuk aku. Kedua tanganku dipegang erat dan diborgol. Aku menengok ke belakang dan ternyata 3 orang polisi salah satunya yang berhasil memborgolku. Wajahku pucat kini tak tahu harus apa lagi. Kulihat wajah teman-temanku kaget dan hanya ucok yang berani menghampiri para polisi itu. 


"Ada apa ini, Pak? Tolong lepaskan teman saya. Dia tidak salah apa-apa."
"Sesuai dengan pemeriksaan dan bukti yang ada di lokasi pembunuhan, dia terbukti.  
 telah melakukan pembunuhan hingga mayat korban membusuk di sebuah kamar 
 kos."
"Pembunuhan? Jek...apa maksudnya ini?"
"Mas Jek nggak mungkin melakukan itu! Mas kan orang baik! Ini pasti salah 
 tangkap!"
"Cok, Warto, Santi aku bukan orang baik. Tolong jangan dekati aku lagi."


      Aku minta waktu sebentar pada para polisi itu. Aku berjanji tak akan melawan. Ya, kujelaskan pada mereka semua aku yang membunuh Darto. Aku yang memukulinya hingga tak bernyawa lagi. Rasanya mereka masih tak percaya dan berpikir bahwa Darto masih hidup dengan sejuta omongan bolak balik macam kaset. Mereka masih mengira bahwa teman mereka Jek tidak pernah membunuh Darto. Semua kejadian ini hanya karangan polisi menurut mereka. Tapi tidak! Aku memang membunuh Darto. Khususnya Ucok memang dari raut wajahnya masih tak menerima kenyataan ini. Namun aku hanya tersenyum dibalik penangkapan ini. 


      Inilah caraku untuk menyelamatkan mereka. Agar tak ada lagi korban Darto yang hanya ditipu untuk melancarkan bisnis judi togelnya. Ini pula caraku agar nama Darto tak buruk di hadapan mereka. Biarkan Darto dikenal sebagai manusia kaset asal jangan sebagai bandar judi.


"Jek...!Jek....!"


      Ucok masih terus memanggilku ketika mobil polisi sudah membawaku pergi. Hingga perlahan suaranya tak terdengar lagi. 


                                         ***

Tags: misteri

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Dunia Leonor
125      110     3     
Short Story
P.S: Edisi buku cetak bisa Pre-Order via Instagram penulis @keefe_rd. Tersedia juga di Google Play Books. Kunjungi blog penulis untuk informasi selengkapnya https://keeferd.wordpress.com/ Sinopsis: Kisah cinta yang tragis. Dua jiwa yang saling terhubung sepanjang masa. Memori aneh kerap menghantui Leonor. Seakan ia bukan dirinya. Seakan ia memiliki kekasih bayangan. Ataukah itu semua seke...
CHERRY & BAKERY (PART 1)
4343      1175     2     
Romance
Vella Amerta—pindah ke Jakarta sebagai siswi SMA 45. Tanpa ia duga kehidupannya menjadi rumit sejak awal semester di tahun keduanya. Setiap hari dia harus bertemu dengan Yoshinaga Febriyan alias Aga. Tidak disangka, cowok cuek yang juga saingan abadinya sejak jaman SMP itu justru menjadi tetangga barunya. Kehidupan Vella semakin kompleks saat Indra mengajaknya untuk mengikuti les membuat cu...
IMPIANKU
28113      4232     14     
Mystery
Deskripsi Setiap manusia pasti memiliki sebuah impian, dan berusaha untuk mewujudkan impiannya itu. Walau terkadang suka terjebak dengan apa yang diusahakan dalam menggapai impian tersebut. Begitu pun yang dialami oleh Satria, dalam usaha mewujudkan segala impiannya, sebagai anak Broken Home. Walau keadaan keluarganya hancur karena keegoisan sang ayah. Satria mencoba mencari jati dirinya,...
Dominion
262      205     4     
Action
Zayne Arkana—atau yang kerap dipanggil Babi oleh para penyiksanya—telah lama hidup dalam bayang-bayang ketakutan. Perundungan, hinaan, dan pukulan adalah makanan sehari-hari, mengikis perlahan sisa harapannya. Ia ingin melawan, tapi dunia seolah menertawakan kelemahannya. Hingga malam itu tiba. Seorang preman menghadangnya di jalan pulang, dan dalam kepanikan, Zay merenggut nyawa untuk p...
Orang Ladang
982      593     5     
Short Story
Aku khawatir bukan main, Mak Nah tak kunjung terlihat juga. Segera kudatangi pintu belakang rumahnya. Semua nampak normal, hingga akhirnya kutemukan Mak Nah dengan sesuatu yang mengerikan.
6 Pintu Untuk Pulang
666      390     2     
Short Story
Dikejar oleh zombie-zombie, rasanya tentu saja menegangkan. Apalagi harus memecahkan maksud dari dua huruf yang tertulis di telapak tangan dengan clue yang diberikan oleh pacarku. Jika berhasil, akan muncul pintu agar terlepas dari kejaran zombie-zombie itu. Dan, ada 6 pintu yang harus kulewati. Tunggu dulu, ini bukan cerita fantasi. Lalu, bagaimana bisa aku masuk ke dalam komik tentang zombie...
Only One
1376      875     13     
Romance
Hidup di dunia ini tidaklah mudah. Pasti banyak luka yang harus dirasakan. Karena, setiap jalan berliku saat dilewati. Rasa sakit, kecewa, dan duka dialami Auretta. Ia sadar, hidup itu memang tidaklah mudah. Terlebih, ia harus berusaha kuat. Karena, hanya itu yang bisa dilakukan untuk menutupi segala hal yang ada dalam dirinya. Terkadang, ia merasa seperti memakai topeng. Namun, mungkin itu s...
Mysterious Call
509      340     2     
Short Story
Ratusan pangilan asing terus masuk ke ponsel Alexa. Kecurigaannya berlabuh pada keisengan Vivian cewek populer yang jadi sahabatnya. Dia tidak sadar yang dihadapinya jauh lebih gelap. Penjahat yang telah membunuh teman dekat di masa lalunya kini kembali mengincar nyawanya.
Peringatan!!!
2473      1064     5     
Horror
Jangan pernah abaikan setiap peringatan yang ada di dekatmu...
Jeritan Suara
1759      699     0     
Horror
Menjadikan pendakian sebagai hobi walaupun dia seorang gadis dengan kukuatan fisik yang tidak sebanding dengan teman-temannya yang lain. Tetapi seperti dirinya, teman-temannya tau jika Pai lebih kuat dari apa yang orang lain bisa lihat. Setelah beberapa kali membuat kegaduhan saat pulang mendaki selalu membawa 'oleh-oleh', kali ini bukan hanya itu saja. Lebih besar pengaruhnya saat ia membawa ...