Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
MENU
About Us  

Haram hukumnya bagi budak organisasi kalau langsung pulang saat acara baru kelar. Setelah adik tingkat pulang, kami masih harus lanjut evaluasi kegiatan dari ketua pelaksana dan jajarannya. Padahal aku ingin segera pulang karena badan rasanya sudah mau rontok. 

“Eh ... gue mau pesen seblak di Warung Gale. Lo mau nggak?” tanya Mara yang duduk di sampingku. Kebetulan saja kami berdua satu divisi. Tumben saja, biasanya Mara lebih memilih daftar ke seksi humas atau acara.

''Kagak deh, makasih. Gue kepengen makan nasi aja biar ada tenaganya."

"Oh ya udah, gue pesen di Warung Ayang aja. Lo Mau?"

Aku mengernyitkan dahi kebingungan. "Lha ... katanya lo mau seblak?"

Mara tersenyum lebar hingga membuat matanya menyipit seperti anak kelinci. "Nggak apa-apa. Kan katanya lo mau makan nasi?"

Sempat berpikir sebentar, aku pun menyetujui tawarannya. Aku tidak bodoh. Tepatnya selama ini aku pura-pura bodoh  melihat perhatian yang Mara berikan untukku. Ethan, Aksa, dan temen-teman SMA-ku bilang kalau Mara sudah menyukaiku sejak dulu. Bahkan katanya, dia bela-belain ikut kepanitiaan ospek juga karena aku. Tetapi, aku memang belum mau pacaran dulu. Entahlah, aku merasa tidak ada keharusan untuk membalas perasaan Mara. Biar saja. Lagi pula Mara pun tidak pernah jujur sama perasaannya padaku. Yang terpenting, aku punya sahabat dan temen-teman yang selalu ada. Itu sudah cukup.

Lagi pula, keliatannya punya pacar itu nggak asik. Pasti mereka hobi melarang ini dan itu. Contohnya, Ethan. Sudah tiga kali pacaran dan semua ceweknya posesif.

Jam menunjukan pukul 8 malam. Setelah evaluasi dan mendengar wejangan dari alumni akhirnya kami bisa pulang juga. Oma sepertinya masih bersama Tante Asih, istri dari Om Hari, adik dari ibuku. Aku pun segera ke parkiran dan berniat segera pulang ke rumah agar Tante Asih tidak menunggu lama. Namun, gerak-gerik seorang wanita di depan gerbang kampus menarik perhatianku. Sepertinya aku kenal dia.

"Loh? Mentari?" Aku membuka helm, memastikan jika yang aku lihat memang dia. "Kok belum pulang?" Pandanganku melirik ke seragam ospek yang gadis itu kenakan. Ia terlihat sangat gelisah.

Mentari terlihat terkejut dan kikuk. Ia menggigit bibir bawahnya ragu. “Itu ... Kak ... Eum. Nungguin Mas Aksa.”

“Belum kelar himpunan dia?”

“Mas Aksa sudah kelar himpunan. Tapi aku disuruh nunggu. Tadinya udah mau pulang, tapi dia buru-buru nganterin temen yang pingsan karena kesurupan. Terus sampai sekarang belum ngehubungin lagi. Gue telepon juga ponsel-nya nggak aktif. Makanya agak khawatir.”

“Hah?” Kini giliranku yang kaget. “Kalau gitu … gue anter pulang aja. Takut lama urusannya. Terus lo makin lama nunggu di sini.”

“Nggak usah, Kak Niel. Gue mau pakai ojek online aja.”

“Ngapain pakai gojek online? Kan ini gue nawarin lo balik bareng?”

Sempat saling tawar dan tolak, akhirnya Mentari setuju setelah mendengar suara petir. Ia tidak punya pilihan lain. Kalau sudah hujan, pasti bakal makin susah nyari ojeknya. Appalagi hari sudah makin larut.

“Makasih ya, Kak.”

“Sama-sama. Pegangan. Nanti jatuh,” ujarku sebelum menyalakan motor dan mengendarainya di gelap malam.

**

“Gimana tawaran gue? Lo mau nggak?”

Aku mendengkus pelan, meletakan ponsel yang sedang aku mainkan ke meja. Harusnya aku memenangkan permainan ini, tetapi karena tawaran Mara yang menggiurkan, aku jadi tidak bisa berkonsentrasi bermain game.

“Gue bilang anak-anak dulu, ya!”

“Oke. Tapi jangan lama-lama lho. Sepupu gue juga butuh kepastian. Kalau band lo nggak bisa manggung di kafe-nya, dia bisa cari yang lain.”

“Sore deh. Gimana?”

"Sip!" Mara memberikan hormat. Aku balas dengan tersenyum tipis.

Semua orang tahu, Mara itu social butterfly. Dia baik, ramah, murah senyum, dan temannya di mana-mana. Gadis itu tidak menyebalkan sehingga meski tahu dia menyukaiku, aku tidak risih sama sekali.

Di sisi lain, aku juga merasa bersalah pada Mara. Harus sampai kapan dia begini? Meskipun selama ini aku nggak merasa kasih harapan apa-apa, tetapi karena sikap dia yang kelewat baik, aku jadi gak enak hati. Takut dibilang tukang pemberi harapan palsu.

"Lo risih nggak sih gue deketin gini?" tanya Mara lagi. Kali ini suaranya mengecil. Pandangan matanya pun melirik ke kanan ke kiri. Mungkin takut kalau ada yang mendengar percakapan kami. Apalagi ini kantin FISIP, bukan kantin FRSD yang merupakan fakultasnya. Tangan Mara bersidekap, mendekatkan wajahnya ke arahku. "Lo tahu kan kalau selama ini gue naksir lo?"

Aku berdeham, menjauhkan tubuhku. "Tau."

"Ih kenapa ngejauh gitu sih? Deketan aja sini biar nggak ada yang denger percakapan kita!"

"But it was closer!" Mataku membesar kaget. "Orang yang nggak kepo, malah kepo sama kita nanti. Dikira kita ngapa-ngapain!”

"Aturan mah demen di deketin cewek. Lo malah takut. Jangan bilang gosip itu bener?!"

"Gosip? Apa?" Refleks aku mendekatkan lagi tubuhku ke arah Mera.

"Iya gosip kalau lo naksir Aksa!" Mara terkekeh sendiri membuatku juga ikut-ikutan tertawa karena ekspresinya.

"Anjing!" Ketawaku makin kencang aja. "Gue straight, ya! Gila kali ya orang yang nyebar gosip begitu."

"Sssst ... Ketawa lo gede banget! Tuh liat kita malah jadi pusat perhatian, kan?!"

Tubuhku sempat membeku, memandang orang sekitar dengan wajah tak berdosa. Kemudian mengangguk-angguk menatap Mara, menutup mulutku dengan kedua tangan agar bisa menahan tawa. Sial ... orang-orang ngeliatin lagi. Sementara Mara masih cekikikan, menahan tawanya agar tak meledak lagi.

Begitulah, Mara. Meski tahu dia terang-terangan mendekatiku, aku sama sekali tidak merasa risih. Aku belum jatuh cinta, tapi nggak tahu nanti.

Masa depan, siapa yang tahu, bukan?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A Poem For Blue Day
337      256     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
Gi
1206      698     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
Aku Benci Hujan
7585      1979     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Mencari Malaikat (Sudah Terbit / Open PO)
5331      2013     563     
Action
Drama Malaikat Kecil sukses besar Kristal sang artis cilik menjadi viral dan dipujapuja karena akting dan suara emasnya Berbeda dengan Viona yang diseret ke luar saat audisi oleh mamanya sendiri Namun kehidupan keduanya berubah setelah fakta identitas keduanya diketahui Mereka anak yang ditukar Kristal terpaksa menyembunyikan identitasnya sebagai anak haram dan mengubur impiannya menjadi artis...
Melody untuk Galang
528      327     5     
Romance
Sebagai penyanyi muda yang baru mau naik daun, sebuah gosip negatif justru akan merugikan Galang. Bentuk-bentuk kerja sama bisa terancam batal dan agensi Galang terancam ganti rugi. Belum apa-apa sudah merugi, kan gawat! Suatu hari, Galang punya jadwal syuting di Gili Trawangan yang kemudian mempertemukannya dengan Melody Fajar. Tidak seperti perempuan lain yang meleleh dengan lirikan mata Gal...
Girl Power
2517      938     0     
Fan Fiction
Han Sunmi, seorang anggota girlgrup ternama, Girls Power, yang berada di bawah naungan KSJ Entertainment. Suatu hari, ia mendapatkan sebuah tawaran sebagai pemeran utama pada sebuah film. Tiba-tiba, muncul sebuah berita tentang dirinya yang bertemu dengan seorang Produser di sebuah hotel dan melakukan 'transaksi'. Akibatnya, Kim Seokjin, sang Direktur Utama mendepaknya. Gadis itu pun memutuskan u...
Pacarku Arwah Gentayangan
6240      1818     0     
Mystery
Aras terlonjak dari tidur ketika melihat seorang gadis duduk di kursi meja belajar sambil tersenyum menatapnya. Bagaimana bisa orang yang telah meninggal kini duduk manis dan menyapa? Aras bahkan sudah mengucek mata berkali-kali, bisa jadi dia hanya berhalusinasi sebab merindukan pacarnya yang sudah tiada. Namun, makhluk itu nyata. Senja, pacarnya kembali. Gadis itu bahkan berdiri di depannya,...
Sweet Equivalent [18+]
5095      1278     0     
Romance
When a 19 years old girl adopts a 10 years old boy Its was hard in beginning but no matter how Veronica insist that boy must be in her side cause she thought he deserve a chance for a better live Time flies and the boy turn into a man Fact about his truly indentitiy bring another confilct New path of their life change before they realize it Reading Guide This novel does not follow the rule o...
Aku Istri Rahasia Suamiku
13767      2619     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Jelita's Brownies
4430      1649     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...