Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
MENU
About Us  

Setelah pulang kuliah, belakangan ini aku lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kamar. Biasanya kalau ada shift kerja di kafe, aku langsung ke sana tanpa lebih dulu pulang ke rumah. Akan tetapi, karena kafe sedang dalam proses perbaikan akibat kejadian kebakaran kemarin, aku dan Adrian diliburkan sementara.

Tidak ada yang bisa aku lakukan, apalagi setelah Iren—teman dekatku satu-satunya—pindah ke Jepang setelah naik kelas X1 SMA.

Berjam-jam aku berdiam diri dalam dalam kamar: tidur-tiduran sambil sambil mendengarkan musik kesukaan. Lalu, samar-samar aku mendengar suara Babeh. Tentu saja hal itu membuat dahiku berkerut heran sampai-sampai melepas earpod yang kupakai sejak tadi. Kulihat jam di ponsel yang masih menunjukan pukul 13.40. Tumben Babeh sudah pulang ke rumah, biasanya Babeh masih di warung karena jam segini  banyak pelanggan yang datang.

“Hayuk, Buk. Ini kata Aksa udah mau di bawa ke rumah duka dulu.”

Mendengar kalimat itu membuat tubuhku yang sedang rebahan berubah berdiri. Cepat-cepat aku membuka pintu kamar dan mendapati Ibu dan Babeh sudah mengenakan pakaian serba hitam.

“Siapa yang meninggal, Buk, Beh?”  kataku seraya mendekat ke arah mereka. Makin saja aku terkejut ketika mendapati mata Ibu sembab khas habis menangis. Air mukanya tidak bisa bohong kalau Ibu sedang sangat bersedih. Melihat hal itu membuat Babeh mengelus lembut pundak Ibu agar lebih tenang.

“Oma-nya Daniel meninggal dunia, Tar. Ini Babeh sama Ibu mau takziah ke sana.”

“Hah? Kapan? Meninggal karena apa?” tanyaku bertubi-tubi, tak bisa menyembunyikan rasa penasaranku. Berita ini terdengar sangat mendadak, membuat semua orang yang mendengarnya pun kaget.

“Katanya habis sarapan jatuh dari kamar mandi. Sempet nggak sadarkan diri, tapi masih bernapas.” Babeh menjelaskan kejadian berdasarkan cerita dari Mas Aksa lewat telepon. “Terus di larikan ke rumah sakit. Sayang sekali, di perjalanan, nyawanya sudah tidak bisa ditolong.”

Napasku tercekat, rasanya sulit untuk bernapas. Meski tak tahu seberat apa rasanya, tetapi kehilangan orang yang kita sayang pasti tidak mudah. Apalagi kehilangan orang yang sangat dikasihi. Aku memang tidak pernah bertemu dengan Oma-nya Daniel secara personal. Namun, kadang-kadang aku sering tak sengaja mendengar cerita Daniel tentang Oma-nya Ketika sedang mengobrol dengan Mas Aksa dan Ethan. Dari situ aku tahu kalau beliau adalah sosok yang baik. Dan sebagai sesame manusia ciptaan Tuhan, aku turut berduka atas kepergiannya.

Ibu mengela napas panjang lalu berkata, “Ayo Tari siap-siap. Ikut Ibu sama Babeh.”

Dan aku pun menyetujui perintah Ibu tanpa banyak bertanya lagi.

“Oh, ya. Mas Aksa tadi minta tolong juga bawain kemeja hitam dua. Kayaknya buat ke acara pemakaman nanti," imbuh Babeh yang langsung pergi ke garasi untuk memanaskan mesin mobil.

***

Selama perjalanan ibu tak berhenti menangis. Ia selalu berkata "kasihan" pada Daniel. Mungkin di antara aku dan Babeh, hanya Ibu yang mengerti bagaimana rasanya menjadi Daniel.

Ibu tumbuh dari keluarga broken home. Ayahnya, yang berarti kakekku beberapa kali menikah dengan wanita lain. Kakek meninggalkan ibu dan nenek. Singkat cerita, Nenek meninggal dunia karena dianiaya oleh majikannya saat bekerja jadi IRT di negara tetangga. Sejak saat itu, Ibu tinggal dan berjuang hidup sendiri.

Di depan komplek perumahan terpasang bendera warna kuning. Bendera yang melambangkan ada keluarga yang sedang berduka. Dari gerbang, sudah berjejer mobil dan banyak orang yang berjalan menuju rumah duka.

Setelah keluar dari mobil, Mas Aksa sudah menunggu. Rupanya sejak tadi ia berkabar dengan Babeh.

"Cil, tungguin gue ganti baju dulu, ya!" titah Mas Aksa yang langsung masuk dalam mobil dan mengganti baju. Sementara kedua orang tuaku sudah masuk ke dalam.

Tak sampai 5 menit, Mas Aksa selesai dengan urusannya lalu kami berjalan masuk ke dalam. Ada juga beberapa rombongan yang baru datang.

Pertama hal yang aku rasakan adalah aura kesedihan. Suara isak tangis terdengar menggelegar di sudut-sudut ruangan menambah suasana begitu sangat kelabu.

Di pojok ruangan terdapat keranda yang ditutup oleh kain berwarna hijau. Ada sepasang pria dan wanita yang menangis sembari memeluk ujung keranda. Kulihat Ibu dan Babeh menepuk pundak wanita itu lalu mengucapkan bela sungkawa.

"Itu Om sama Tante nya Daniel, Dek," bisik Mas Aksa yang menjawab rasa penasaranku.

Namun, ada yang mengganjal. Aku tidak melihat batang hidung Daniel di sekitaran sini.

Kemudian Babeh pergi ke depan rumah, sementara Ibu menghampiriku dan Mas Aksa sambil berkata, "Ayo Tari ikut Ibu ke dapur. Bantu-bantu bikinin teh buat orang yang datang melayat. Terus, Ethan ke mana, Mas?"

"Ethan lagi ngobrol sama orang yang urus kavling pemakaman, Buk."

"Mau di makam-in di mana?"

Mas Aksa sempat menampilkan ekspresi kebingungan, tatapi ia buru-buru segera mengoreksi ekspresinya. "Di sini, Buk. Ini aku mau nyusul Ethan dulu, ya. Kayaknya aku sama dia duluan ke TPU."

"Ya udah. Hati-hati, ya!" kata Ibu menepuk pundak Mas Aksa yang langsung pergi. "Yuk Tar. Kayaknya dapurnya di sana."

Ibu pergi dulu melangkahkan kakinya ke dapur yang lataknya paling belakang. Aku sempat terdiam sebentar, lalu berjalan membungkuk sebab melewati orang yang duduk di pinggir jalan. Setelah melewati ruang tengah, tak sengaja mataku melihat Daniel keluar dari salah satu ruangan ke pinggir kolam ikan.

Aku hendak menyapa, tetapi kuurungkan sebab wajah Daniel tak begitu bersahabat.

"Tapi Oma itu Ibunya ibu, mertua pria itu. Bukan orang lain. Apa Ibu nggak ada rasa sedih? Nggak ada rasa pengen dateng dan anter ke tempat peristirahatan Oma?"

Langkah kakiku makin mendekat, tetapi tubuhku masuk ke ruangan tempat tadi Daniel keluar. Ternyata ini kamar Daniel...

"Kalau Ibu berniat datang, kami di sini nunguin, Ibu!" katanya dengan suara memelas. Dari sini, aku bisa melihat punggungnya bergetar hebat. "Tapi kayaknya Ibu yang nggak mau ke sini. Bukan karena pria itu, kan? Memang Ibu aja yang nggak mau ke Indonesia. Sampai kapan, Bu? Sampai kapan Ibu begitu? Bahkan sampai Ibu memulai kehidupan baru ... Ibu masih takut untuk datang ke sini."

Daniel menutup sambungan teleponnya. Ia menutup muka dengan lengan kanannya, lalu menangis menghadap tembok.

Mendengar tangisan itu membuat hatiku ngilu. Seorang pria yang selalu terlihat ceria, kini menangis tersedu karena telah kehilangan orang yang paling di sayangi. Kakiku melangkah, berniat untuk menghampiri Daniel dan memeluknya. Namun baru selangkah melewati pintu kamar, seorang wanita berlari menghampiri Daniel.

"Niel!" ujar Mara yang sudah bercucuran air mata.

Daniel menengok, lalu berucap lirih. "Mar ... Oma udah nggak ada, Mar!"

Mara pun mengangguk, lalu membawa Daniel kepelukannya. Dan Daniel membalas pelukan wanita itu jauh lebih erat. Menumpahkan rasa sedihnya yang tak mampu ia bendung lagi.

"Sori gue baru tahu. Sori gue baru dateng," ucap Mara dengan nada bergetar. "Everything gonna be okay. Ada gue, Niel. Ada gue."

Aku menyaksikan pemandangan haru itu dari arah kamar Daniel sembari menghapus air mata yang tumpah membasahi pipi.

"Apa yang dibilang Mara benar, Niel. Semuanya akan baik-baik aja," ujarku pelan, lalu pergi ke dapur menyusul Ibu.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
ARMY or ENEMY?
15242      4236     142     
Fan Fiction
Menyukai idol sudah biasa bagi kita sebagai fans. Lantas bagaimana jika idol yang menyukai kita sebagai fansnya? Itulah yang saat ini terjadi di posisi Azel, anak tunggal kaya raya berdarah Melayu dan Aceh, memiliki kecantikan dan keberuntungan yang membawa dunia iri kepadanya. Khususnya para ARMY di seluruh dunia yang merupakan fandom terbesar dari grup boyband Korea yaitu BTS. Azel merupakan s...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5380      1470     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Aku Istri Rahasia Suamiku
13767      2619     1     
Romance
Syifa seorang gadis yang ceria dan baik hati, kini harus kehilangan masa mudanya karena kesalahan yang dia lakukan bersama Rudi. Hanya karena perasaan cinta dia rela melakukan hubungan terlarang dengan Rudi, yang membuat dirinya hamil di luar nikah. Hanya karena ingin menutupi kehamilannya, Syifa mulai menutup diri dari keluarga dan lingkungannya. Setiap wanita yang telah menikah pasti akan ...
Selepas patah
213      173     1     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
10067      2261     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...
A Poem For Blue Day
337      256     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
Konspirasi Asa
2895      1009     3     
Romance
"Ketika aku ingin mengubah dunia." Abaya Elaksi Lakhsya. Seorang gadis yang memiliki sorot mata tajam ini memiliki tujuan untuk mengubah dunia, yang diawali dengan mengubah orang terdekat. Ia selalu melakukan analisa terhadap orang-orang yang di ada sekitarnya. Mencoba untuk membuat peradaban baru dan menegakkan keadilan dengan sahabatnya, Minara Rajita. Tetapi, dalam mencapai ambisinya itu...
My Doctor My Soulmate
126      112     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Untuk Takdir dan Kehidupan Yang Seolah Mengancam
810      539     0     
Romance
Untuk takdir dan kehidupan yang seolah mengancam. Aku berdiri, tegak menatap ke arah langit yang awalnya biru lalu jadi kelabu. Ini kehidupanku, yang Tuhan berikan padaku, bukan, bukan diberikan tetapi dititipkan. Aku tahu. Juga, warna kelabu yang kau selipkan pada setiap langkah yang kuambil. Di balik gorden yang tadinya aku kira emas, ternyata lebih gelap dari perunggu. Afeksi yang kautuju...
Gi
1210      699     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...