Loading...
Logo TinLit
Read Story - Luka Dan Perkara Cinta Diam-Diam
MENU
About Us  

Mara dan Daniel, aku banyak berhutang pada pasangan itu. Rasanya mereka mengetahui sebagian masalah yang tak pernah ingin aku bagi pada Mas Aksa, Ibu, apalagi Babeh.

Aku memang sudah mengenal Mara sejak awal ospek universitas dan akhirnya mengetahui bahwa ia adalah teman seangkatan Mas Aksa, Daniel, dan Ethan saat kejadian kebakaran di kafe tempo lalu. Siapa sangka bahwa sekarang perempuan itu berpacaran dengan Daniel?

"Kalau lo masih nge-bully Mentari ... gue nggak akan tinggal diam!" Mara berkata penuh penekanan. Ia terlihat berani dan percaya diri membelaku meskipun posisinya sedang sendirian.

"Gue tahu lo famous. Tapi bisa nggak lo nggak usah ikut campur?"

Lolly tak gentar sama sekali. Matanya begitu mengintimidasi, membuat siapa pun lawannya akan mundur teratur. Namun, tidak dengan Mara. Perempuan itu maju selangkah demi selangkah. Menghampus jarak di antara mereka. Kemudian senyumnya berubah menjadi sesuatu yang menakutkan. "Kalau lo masih aja nekad nge-bully Mentari ... gue akan aduin ini ke Bram. Kalau ceweknya ini ... cuma cewek arogan dan sok jagoan yang beraninya menindas orang yang nggak bersalah!"

Ketika Mara menyebut nama 'Bram', ekspresi Lolly pun langsung berubah. Aku tak tahu siapa pria yang disebutkan itu, tetapi kata 'ceweknya' membuat aku berspekulasi bahwa ia adalah pacarnya.

"Lo bakalan menyesal ngebelain cewek sok polos ini, Ra!" Lolly memperingati, kemudian meninggalkan kami berdua di lorong kantin FRSD.

Punggung Lolly dan temen-teman satu geng-nya makin menjauh dan menghilang. Masih bersikap ramah, Mara pun mendekat ke arahku dan tersenyum tulus.

Alih-alih menanyakan alasan atau apa pun yang berkaitan dengan pembully-an dan Lolly, Mara malah mengalihkan ke arah pembicaraan lain. Seolah-olah tadi tidak terjadi apa-apa. Dan jujur saja, hal itu membuat perasaanku lebih baik.

Mara tahu betul bagaimana bersikap. Ia tak ingin aku makin bersedih karena bercerita tentang sesuatu yang tidak aku sukai. Menceritakan tentang Lolly, membuat aku mengingat seseorang yang benar-benar aku benci.

"Tar ... nanti malem gue sama temen-temen ke kafe, ya!"

"Mau ngapain, Kak? Kelas mewarnai cake kan hari Minggu?"

"Mau nongkrong sekalian bahas proker yang bakal jalan sih."

Mara ini anak HIMA aktif, tapi masih sempet double job, ikut kepanitian ini, itu.

"Kenapa nggak di kafe-nya Kak Daniel aja. Kan lebih luas?"

Mara mengibas telapak tangannya. "Di sana berisik sama fans-nya Daniel. Lagi pula ini temen satu divisi gue doang kok. Jadi nggak banyak-banyak banget. Paling 4 sampai 5 orang. Booking-in, ya? Oke?!"

"Oke!" Aku pun terkekeh sendiri mendengar celotehan Mara. Kemudian mengangguk paham. Sebenarnya aku tahu alasan Mara lebih memilih kafe O'Eight bukan karena berisik, melainkan karena ia ingin membantu krisis kafeku yang sepi pengunjung. Daniel pasti sudah cerita padanya.

Sudah kubilang. Aku banyak berhutang pada pasangan itu.

**

"Cewek lo emang jago banget dah!" kata Aksa dengan wajah sumeringah. "Sampein rasa terima kasih gue ke Mara, ya, Niel!"

Melihat Aksa yang punya semangat hidup lagi membuat aku juga ikut senang. Setelah Babeh sakit-sakitan, hidup Aksa tidak karuan. Ia bahkan pernah seharian duduk menatap jendela kamar kosanku tanpa bicara, makan, dan minum.

Aku dan Ethan khawatir dengan keadaan Aksa. Kami berusaha bicara pelan-pelan, membesarkan hatinya yang sedang down. Perlahan ia mulai bangkit menggantikan peran Babeh berjualan dan diam-diam daftar menjadi ojek online tanpa sepengatahuan Ibu dan Mentari.

"Lo ngomong sendiri lah. Gue masih kesel lo nggak cerita mau buka booth di acara FRSD-fest!"

Aksa terkekeh sendiri. "Sori, sori. Waktu itu gue nggak sengaja ketemu Mara di fotokopian belakang kampus. Dia lagi ngeprint berkas dan ngomongin booth makanan sama temen divisinya. Ya terus gue kepikiran aja mau buka booth buat jualan Mie Ayam. Acara FRSD-fest pasti rame, lumayan aja kalau laku keras. Kata Mara udah penuh, eh ternyata masih ada slot."

Aku menganggukan kepala. Apa pun yang Aksa lakukan, selama itu bisa membuatnya semangat dan bisa membantu perekonomian keluarga, aku pasti dukung.

Ya, sebenarnya Ethan juga sudah menawarkan pekerjaan untuk Aksa di salah satu toko furniture keluarganya, tapi Aksa menolak karena nggak mau masuk jalur nepotisme. Tahu sendiri kalau dia itu anaknya idealis banget, punya nilai-nilainya sendiri.

Tak lama, sosok Ethan masuk ke dalam kelas. Ia berjalan gontai, menggeret kakinya menuju kursi di sebelahku. Sahabatku itu mirip seperti pribahasa hidup segan, mati tak mau. Begitulah dia. Malas ketika masuk kuliah, paling semangat kalau sebat sama main game.

"Gue tidur bentar, ya! Kalau ada dosen bangunin," pesannya yang kemudian merebahkan tubuh ke atas meja.

Aku dan Aksa saling melemlar pandang, lalu menghela napas panjang. Betapa enaknya jadi Ethan yang tidak perlu pusing mikirin masa depan. Mau lulus kuliah atau tidak, ia masih akan tetap hidup bergelimangan harta orang tuanya. Sedangkan aku dan Aksa masih harus berusaha keras untuk bertahan hidup. Karena tak ada yang menjamin masa depan kami selain diri sendiri.

Quotes hidup tidak adil sepertinya relate dengan kaum seperti aku dan Aksa.

"Niel, thanks, ya lo udah mau anterin Mentari kalau gue telat jemput. Gue banyak utang budi sama lo."

"Santai-lah," balasku merasa hal itu tak ada apa-apanya dibandingkan segala perhatian tulus yang diberikan keluarga Aksa. "Lagi pula mana tega gue ngeliat Mentari balik sendiri malem-malem. Kalau Babeh sampe tahu, udah pasti khawatir dia."

Aksa pun mengangguk-anggukan kepala setuju. Wajar saja. Mentari kan anak perempuan satu-satunya. Anak bungsu lagi. Babeh dan Ibu sangat memanjakannya. Akan tetapi, untungnya Mentari tumbuh jadi anak yang mandiri dan nggak manja sama sekali. Buktinya dia mau kerja. Padahal orang tuanya sendiri tak menyuruhnya.

"Gue bersyukur banget deh punya sohib kayak lo! Thank you, ya, udah care banget sama keluarga gue."

"Ethan!!!!!" teriak seseorang dari luar kelas. Bukan dosen, melainkan Gisel yang datang dengan wajah tidak bersahabat. Ia pun bergegas masuk dan langsung menggebrak mejaku. Sontak saja hal itu menganggetkan seisi kelas, termasuk Ethan yang sedang tertidur nyenyak.

Semua pasti heran, kenapa Gisel yang anak Ilmu Pemerintahan masuk ke kelas Sosiologi.

"A-apa lagi?" katanya dengan suara parau. Wajahnya tidak berpaling ke sumber suara. "Kan gue udah nge-print tugas yang lo kasih kemarin."

Gisel berdecak lidah. "Iya udah! Tapi lo ngasih berkas yang salah!"

"Hah?????" Ethan terperanjat kaget. Mengambil berkas yang sudah dijilid rapih itu, lalu membuka satu per satu lembarannya.

"Lah ... ini tugas punya Mentari kok bisa di lo, Sel?"

"Mana gue tahu! Sekarang cepet ... mana tugas Ekologi Pemerintahan gue????!"

Semua orang tak bisa menahan tawa ketika melihat wajah Ethan yang kebingungan bercampur ngantuk, termasuk aku. Tanpa mereka sadari, ada satu orang yang menatap sedih interkasi lucu antara Gisel dan Ethan, yaitu Aksa.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
My Doctor My Soulmate
126      112     1     
Romance
Fazillah Humaira seorang perawat yang bekerja disalah satu rumah sakit di kawasan Jakarta Selatan. Fazillah atau akrab disapa Zilla merupakan seorang anak dari Kyai di Pondok Pesantren yang ada di Purwakarta. Zilla bertugas diruang operasi dan mengharuskan dirinya bertemu oleh salah satu dokter tampan yang ia kagumi. Sayangnya dokter tersebut sudah memiliki calon. Berhasilkan Fazillah menaklukkan...
Rewrite
9766      2798     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Jelita's Brownies
4430      1649     11     
Romance
Dulu, Ayahku bilang brownies ketan hitam adalah resep pertama Almarhum Nenek. Aku sangat hapal resep ini diluar kepala. Tetapi Ibuku sangat tidak suka jika aku membuat brownies. Aku pernah punya daun yang aku keringkan. Daun itu berisi tulisan resep kue-kue Nenek. Aku sadar menulis resep di atas daun kering terlihat aneh, tetapi itu menjadi sebuah pengingat antara Aku dan Nenek. Hanya saja Ib...
When Magenta Write Their Destiny
6439      1731     0     
Romance
Magenta=Marina, Aini, Gabriella, Erika, dan Benita. 5 gadis cantik dengan kisah cintanya masing-masing. Mereka adalah lima sahabat yang memiliki kisah cinta tak biasa. Marina mencintai ayah angkatnya sendiri. Gabriella, anak sultan yang angkuh itu, nyatanya jatuh ke pelukan sopir bus yang juga kehilangan ketampanannya. Aini dengan sifat dingin dan tomboynya malah jatuh hati pada pria penyintas d...
Luka atau bahagia?
5163      1479     4     
Romance
trauma itu sangatlah melekat di diriku, ku pikir setelah rumah pertama itu hancur dia akan menjadi rumah keduaku untuk kembali merangkai serpihan kaca yang sejak kecil sudah bertaburan,nyatanya semua hanyalah haluan mimpi yang di mana aku akan terbangun,dan mendapati tidak ada kesembuhan sama sekali. dia bukan kehancuran pertama ku,tapi dia adalah kelanjutan dari kisah kehancuran dan trauma yang...
SURGA DALAM SEBOTOL VODKA
10067      2261     6     
Romance
Dari jaman dulu hingga sekarang, posisi sebagai anak masih kerap kali terjepit. Di satu sisi, anak harus mengikuti kemauan orang tua jikalau tak mau dianggap durhaka. Di sisi lain, anak juga memiliki keinginannya sendiri sesuai dengan tingkat perkembangan usianya. Lalu bagaimanakah jika keinginan anak dan orang tua saling bertentangan? Terlahir di tengah keluarga yang kaya raya tak membuat Rev...
Potongan kertas
961      496     3     
Fan Fiction
"Apa sih perasaan ha?!" "Banyak lah. Perasaan terhadap diri sendiri, terhadap orang tua, terhadap orang, termasuk terhadap lo Nayya." Sejak saat itu, Dhala tidak pernah dan tidak ingin membuka hati untuk siapapun. Katanya sih, susah muve on, hha, memang, gegayaan sekali dia seperti anak muda. Memang anak muda, lebih tepatnya remaja yang terus dikejar untuk dewasa, tanpa adanya perhatian or...
Gi
1206      698     16     
Romance
Namina Hazeera seorang gadis SMA yang harus mengalami peliknya kehidupan setelah ibunya meninggal. Namina harus bekerja paruh waktu di sebuah toko roti milik sahabatnya. Gadis yang duduk di bangku kelas X itu terlibat dalam kisah cinta gila bersama Gi Kilian Hanafi, seorang putra pemilik yayasan tempat sekolah keduanya berada. Ini kisah cinta mereka yang ingin sembuh dari luka dan mereka yang...
Cinta Pertama Bikin Dilema
5380      1470     3     
Romance
Bagaimana jadinya kalau cinta pertamamu adalah sahabatmu sendiri? Diperjuangkan atau ... diikhlaskan dengan kata "sahabatan" saja? Inilah yang dirasakan oleh Ravi. Ravi menyukai salah satu anggota K'DER yang sudah menjadi sahabatnya sejak SMP. Sepulangnya Ravi dari Yogyakarta, dia harus dihadapkan dengan situasi yang tidak mendukung sama sekali. Termasuk kenyataan tentang ayahnya. "Jangan ...
Dunia Alen
6266      1774     2     
Romance
Alena Marissa baru berusia 17 belas tahun, tapi otaknya mampu memproduksi cerita-cerita menarik yang sering membuatnya tenggelam dan berbicara sendiri. Semua orang yakin Alen gila, tapi gadis itu merasa sangat sehat secara mental. Suatu hari ia bertemu dengan Galen, pemuda misterius yang sedikit demi sedikit mengubah hidupnya. Banyak hal yang menjadi lebih baik bersama Galen, namun perlahan ba...