Loading...
Logo TinLit
Read Story - Lily
MENU
About Us  

Beberapa hari sejak Rino sekolah di situ, beberapa hari itu juga Lily tidak bisa tidur seperti biasa lagi di mejanya. Rino selalu mengganggunya dan memulai perkelahian mulut mereka. Lily harus pindah tempat duduknya kembali yang ditempati oleh Syifa agar dia bisa tidur. Tapi itu tidak membuat Rino berhenti. Hampir setiap hari Rino menganggu Lily dan membuat Lily kesal. 

Jam istirahat, Lily dan Syifa juga beberapa teman sekelas berada di kantin. Seperti biasa kalau para gadis berkumpul mereka akan menggosipkan oranglain atau masalah baju-baju yang lagi trend. Tapi beda dengan Lily, dia sesekali mendengarkan mereka, setelahnya lebih memilih menghabiskan makanannya lalu berencana pergi dan menelungkupkan wajahnya di atas meja. syifa hanya memandangnya tersenyum namun tetap melanjutkan bincang-bincangnya. Lily dikejutkan dengan tangan seseorang yang langsung memegang pundaknya dari belakang,

"Lily,, kok lesu sihh, semangat dong! Aku bawakan cokelat kesukaanmu," kata Alex dengan riangnya sambil menyodorkan cokelat. Lily mengambilnya dan berterima kasih. Alex lalu duduk di sebelah Lily dan tersenyum melihat Lily. Teman-teman Lily hanya geleng-geleng kepala melihat Lily dan Alex.

"Ly, kamu mengerti tidak kenapa Alex memberimu es krim?" tanya Syifa ketika mereka berada didalam kelas. 

"Iya. Karena dia suka memberi," kata Lily polos.

"Hah? Apa kamu tidak pernah nonton film percintaan?"

"Pernah. Tentang psikopat yang membunuh pacarnya karena tidak ingin siapapun memilikinya, tentang cinta seorang pria homoseksual yang memutilasi pasangannya, tentang wanita yang bunuh diri karena dia tidak merasa pantas di cintai, dan kayaknya aku juga pernah menonton ,, aku lupa judulnya tapi aku ingat alur ceritanya,, ohh ya, tentang orang tua yang mencintai anaknya karena takut anaknya menjadi berdosa, dia bunuh semua anaknya,, ehhmm, dan ada juga ..--" kata Lily sembari masih berpikir lalu dipotong oleh Syifa.

"Oi,oi,, bukan itu yang aku maksud, sela Syifa. Ahh, dasar, filmmu gelap semua. Apa tidak ada yang normal yang pernah kamu tonton?"

"Normal? Pernah lah tapi...," ujar Lily sambil berpikir.

"Nah, biasanya di film-film kan si pria memberi hadiah pada si wanita. Dan setelah itu pasti kamu tahu kan apa maksud pria itu?" potong Syifa

"Emmmm, apa iya? Aku rasa semua film normal sama, kalau si pria mengasih si wanita barang, wanitanya akan mengatakan terima kasih. Nah, makanya aku tidak terlalu suka film yang seperti itu.  selalu sama,  makanya aku langsung bosan setiap kali lihat film percintaan normal," kata Lily menerangkan.

"Yahh,, sudahlah. Mungkin kamu tidak harus belajar dari film. Malam nanti kita jadi ke bioskop, kan?" Ujar Syifa menyerah membicarakan film romance.

"ke lah. Tapi aku yang milih apa yang harus di tonton ya?"

"Oke," kata Syifa sambil mengajungkan jempol. Jam pelajaran selanjutnya pun di mulai. Murid-murid pun masuk ke kelas tidak terkecuali Rino. Dia duduk di bangkunya dan tidak lupa menoleh ke arah Lily. Lily merasakan itu, tapi dia hanya pura-pura tidak menyadari dan terus menghadap ke papan tulis. 

Braakkk! Rino masuk membanting pintu depan salonnya. Para pegawai dan pelanggan yang berada di salon pria tersebut menoleh kearah pintu yang dibanting keras tersebut. Seorang pria berusaha menenangkan para pelanggan untuk menentramkan suasana. Sambil membawa gunting yang dipakai untuk menggunting rambut pelanggan, dia menghampiri Rino,

 "Oi, bisa tidak membuka pintu itu dengan pelan dan lembut? Pakai perasaan Rino, pintu juga punya hati," ujar Didit, teman Rino yang bersama Rino membangun tempat salon itu bersama-sama. 

"Ahhhhh, sial,, setiap kali aku melihatnya dengan laki-laki lain, pikiranku tidak karuan. Aku ingin memukul orang itu. kenapa ya?" kata Rino setelah duduk sambil memegang kepalanya dengan stress. 

“Oh itu. kamu gila atau masih benar-benar gila? Itu artinya kamu menyukai orang itu. emang yang kamu maksud itu orang?"

" Dia orang, manusia, dan seorang gadis, puas?! Tapi aku tidak mungkin menyukai gadis aneh berambut panjang itu, dia sama sekali bukan seorang gadis," ujarnya menyangkal.

“Maksudnya apa? walau aneh tapi dia gadis kan, itu artinya kamu masih normal, menyukai lawan jenis,, hahaha," tawa didit. Rino langsung menyumpali mulut Didit dengan segumpal tisu. Didit kesal, dan menyuruh Rino untuk melayani pelanggan. Beberapa saat kemudian datang beberapa pelanggan. Rino pun langsung bertanya dan berbicara akrab dengan mereka. Setelah itu, dia pun langsung memulai menggunting rambut pelanggan sesuai gaya yang diminta. Tangan Rino sangat terampil saat melakukan hal tersebut walau dipikirannya masih bergejolak rasa kesal pada saat melihat Lily dan Alex di kantin sekolah. Rino sangat kesal saat Alex memberi Lily sesuatu ditambah Lily menerimanya dan tersenyum pada Alex. 

“Rino, malam ini aku mau nonton film sama anak-anak. Kamu mau ikut?" ajak Didit setelah pekerjaan mereka selesai. 

 "Ga ah. Ngapain juga aku ikut nonton film anak-anak itu. aku menyesal pernah ikut nonton bareng kalian. filmnya doraemon, Naruto, kalau tidak  kamen raider. Yang dewasa sedikit lah," ejek Rino.

 "Tapi kan itu terkenal di jepang bro. Kali ini tidak anime kok, ada film baru dari amerika bro, the Avenger. Wuihh, rugi kalau tidak nonton,"

"Benar ga nih film beneran?"

"Iya, beneran. Aku dah pesan tiketnya nih,," kata Didit lalu memperlihatkan tiketnya.

 "Kenapa kamu ngajak anak-anak nonton? Pacarmu tidak diajak?"

 "Huhh,, malas banget aku ngajak pacar. Tak seru bro. Dia sukanya film romantis, percintaan,, ngantuk aku liatnya," tutur Didit.

 "Haduh, kamu ini. Gimana bisa serius wanita pacaran sama kamu. Hei Dit, cewe suka nonton gituan karena dia ingin di cintai seperti yang ada di film, ngerti tidak?" 

 "Apaan? Aku harus kasih bunga gitu? Mengatakan cinta setiap hari? gombal-gembel? Huh,, bukan aku banget itu. ogah. Aku mending punya pacar walau sering ganti-ganti, kamu gimana? Di dekati cewe aja, kamu langsung pasang muka killer, , itu malah tidak normal," kata Didit balas mengejek. Seketika raut wajah Rino yang tersenyum mengejek berubah menjadi senyum kecut.

 "Ehmm, udahlah, ayo kita pulang, , katanya mau nonton kan?" kata Rino mengalihkan topik. Mereka pun bersiap-siap pulang. Rino dan Didit tidak lupa mohon pamit pulang pada karyawan yang ada di situ. Karyawan-karyawannya pun merespon mereka berdua. Mereka memperlakukan para stafnya seperti teman. Tidak heran, para staf-staf tersebut menghormati mereka berdua. Jarang sekali terjadi perselisihan antara staf dengan Rino ataupun Didit. 

*****

Di tempat pengambilan karcis, terlihat Syifa sedang celingak-celinguk menunggu seseorang. Sudah 15 menit, Lily belum juga datang.  Dia takut kalau Lily lupa dengan janjian mereka dan malah tidur. Syifa berusaha menghubungi Lily, tapi tidak ada diangkat. Syifa pun akhirnya lega, karena orang yang ditunggu, nampak tidak jauh dari tempatnya berdiri, sedang berlari-lari kecil menghampiri dirinya.

 "Kenapa lama?" Tanya Syifa kuatir

"Aku ngisi bensin dulu. Antrianya panjang,"  jawab Lily dengan nafas terengah-engah. 

"kamu bawa motor??"

"iya,"

“Wah.. Kalau aku bawa sopirku. gimana kalau nanti kamu yang antar aku pulang? Aku ingin di bonceng. Boleh ya?" rengek Syifa sambil memegang lengan Lily dengan manja.

 "Sopirmu gimana? Aku tidak mau kalau aku di marahi Ibumu," tolak Lily.

"Yahh, , aku kan cuma ingin di bonceng, Syifa memasang muka cemberut. 

 "Ayo cepat kita masuk," kata Lily agak sedikit risih dengan rengekan Syifa. Setelah menyerahkan karcis dan membeli makanan ringan, Lily  menuju bangku kosong bersama Syifa disebelahnya. Syifa masih membujuk Lily agar dia bisa ikut Lily pulang. Tanpa mereka sadari, seseorang di duduk disamping Lily. 

"Fa, aku mau saja mengantarmu. Tapi aku tidak mau di interogasi ibumu itu. dia selalu mengatakan aku adalah seorang putri dan harus bersikap seperti putri. Aku bukannya marah ya, tapi aku bete aja, oke?" kata Lily menjelaskan

 "Ly, ayolah, kali ini saja ya, aku tidak akan bilang kok pada Ibuku," ujar Syifa masih berusaha membujuk Lily.

 "Filmnya mau mulai," kata Llily memperhatikan layar di depannya. Setelah menyadari ada orang disampingnya, Lily pun menoleh. Orang itu hanya tersenyum. Pada saat lampu sudah dimatikan, teman laki-laki disamping Lily baru datang membawa makanan ringan lalu duduk disebelah laki-laki tadi. Saat film dimulai, Lily sudah mulai berkonsentrasi dengan tontonannya. Syifa yang dari tadi gerasah-gerusuh tidak dihiraukannya sama sekali. Setiap adegan yang menegangkan, Lily tak henti-hentinya berceloteh ria, Entah itu kagum, mengumpat, tegang atau tertawa kecil. Syifa yang tidak terlalu mendalami alur cerita hanya bisa mengiyakan saja saat Lily mengajaknya berbicara mengena film yang mereka tonton. Orang yang disampingnya Lily juga keliatan asyik menikmati setiap adegan sambil menghabiskan popcorn. Melihat itu Lily pun tanpa sadar berbicara sendiri,

"Euiiih, kerennn, , setelah ini pasti ada lagi monster yang muncul," celoteh Lily tanpa sadar.

Orang itu menoleh ke arah Lily berbicara, "Ya pasti donk, aku yakin pasti makhluknya sangat besar," kata orang itu riang. Lily kaget , tapi setelah itu tersenyum.

"Ehhh,, kamu benar, makhluk luar angkasa juga seperti naga. Gimana caranya mereka mengalahkannya?" Ujar Lily.

 "Wuuihhh,, keluar juga akhirnya, , aku rasa itu sulit dikalahkan meskipun lawannya Hulk. Tapi pasti ada cara," balas orang itu. teman yang disamping orang itu heran melihat temannya berbicara dengan seseorang.

 "Dit, siapa yang kamu ajak bicara?" tanya Rino yang menyandarkan tubuhnya dikursi dari tadi. Didit mengangkat bahunya tanda tidak tahu. Lalu Lily kembali berceloteh ria,

 "Syifa, liat kapten America-mu tuh, payah banget," kata Lily pada Syifa.

 "Dia kan hanya manusia percobaan bukan seperti Thor. Thor juga payah, kapaknya payah," ejek Syifa.

 "Bukan kapak , dodol. Itu palu. Tapi thor lebih berguna,"

 "Tapi dalam film ini aku rasa yang jadi pahlawannya adalah Iron Man," Didit ikut menyambung pembicaraan. 

 "Oh ya. Masa?"

 "Coba kita liat nanti," kata Didit pada Lily. Rino yang dari tadi tenang melihat setiap adegan jadi terusik karena kehebohan Didit dan orang yang disampingnya. Setiap adegan yang menegangkan mereka berdua selalu heboh. Karena penasaran, Rino menoleh kesamping Didit untuk melihat gadis yang berbicara dengannya. Rino membelakakan mata ketika dia mengetahui bahwa itu adalah Lily. Lily tidak menyadari Rino. Saat Lily tertawa kecil bersama  Didit, entah kenapa Rino tidak menyukainya.

 "Eh, Dit. Kita tukaran tempat duduk. Kalian mengganggu sekali. Aku tidak konsen lihat adegannya,"

"eh? Tapi aku punya teman yang nyaman diajak bicara nih. Tanggung," kata Didit menolak.

 "Kalau tidak mau aku pulang nih," ancam Rino. Akhirnya Didit menukar tempat duduknya dengan Rino. Pada saat Didit pindah tempat duduk, Lily tidak menyadarinya karena sedang mengangkat telpon dari mamanya. Syifa yang menyadari keberadaan Rino, diam seribu bahasa. Syifa hanya berdoa dalam hati supaya Rino tidak bertengkar dengan Lily di situ. Lily kembali menatap layar lebar setelah sambungan dengan mamanya berakhir. Kembali Lily heboh, berdecak kagum, dan terpesona. Lily pun menoleh ke arah teman disampingnya tadi untuk kembali ber-waahh ria bersama. Tapi Lily sangat kaget, orang yang berada disampingnya telah berubah menjadi Rino. Sedangkan orang itu berada disamping Rino melambaikan tangan ke arahnya dengan kikuk. 

"Ke-ke-napa kamu disini? Dan kenapa orang itu disana?" tanya Lily gugup. Rino melihat ke arahnya dengan tatapan tajam. 

"Kalian berdua berisik jadi aku disini. Sudah, nonton saja," ujar Rino.

Lily hanya bisa mendengus kesal. Lily pun memakan popcornnya dengan ekspresi jengkel. Dia tidak bisa lagi heboh karena ada Rino di dekatnya. Dia membujuk Syifa agar mau tukaran tempat duduk, tapi Syifa tidak mau.

Setelah keluar dari gedung bioskop,

“Huh!,, aku benar-benar tidak bisa menikmati filmku malam ini," kesal Lily. Betapa tidak, saat Rino disampingnya, dia hanya mendapatkan gangguan dari Rino. Saling rebut popcorn, minuman, juga pada saat Lily asyik berbicara dengan Syifa, Rino terus mengganggunya untuk menyuruhnya diam. Lily hampir keluar waktu film belum selesai, Rino menahan tangannya dan mendudukkan Lily dengan paksa, Padahal Lily mau ke toilet. Lily hanya bisa melototkan matanya dengan lototan yang sangat ganas pada Rino yang hanya membalas tatapannya dengan tajam. Setelah film belum benar-benar selesai, Lily langsung menarik tangan Syifa untuk segera keluar. 

 "Ly, kayaknya Rino mulai tertarik untuk menjadikanmu target pembantaian selanjutnya, " canda Syifa menakuti Lily.

 "Yah aku rasa juga begitu, maka dari itu aku harus beli senjata untuk menghadapinya," kata Lily serius.

 "Hahaha, Rino tidak mungkin juga sampai membantaimu. Aku rasa dia hanya ingin mengganggu saja, yah aku rasa begitu. Ya sudahlah, setelah ini kita kemana Ly?"

 "Gimana kalau kita makan eskrim?"

 "ide bagus,"

Mereka pun berjalan mencari tempat-tempat berjualan eskrim di dekat situ. Tak berapa lama, merekapun akhirnya meemukan tempat makan eskrim yang cocok. Dimeja yang berada diluar ruangan itu, mereka berdua memakan eskrim yang mereka sudah pesan. Disaat merka berdua asyik dengan acara makan eskrim mereka, tiba-tiba ada seorang yang menghampiri kursi mereka. 

 "Boleh aku duduk disini?" tanya lelaki asing itu.

Lily dan Syifa bertatapan satu sama lain. Karena terlalu lama menunggu respon dari mereka, orang itupun langsung duduk di dekat Lily. Lily hanya bingung melihat orang itu. 

"Kalian berdua tidak sedang menunggu pacar kan?" Tanya oran itu.

"Eh, tidak," jawab Lily sekenanya.

"Aku tadi melihatmu sangat semangat ketika menonton the Avenger. Jadi karena kita punya kesamaan menyukai film, boleh kita kenalan?" Kata lelaki itu. Lily yang mendengarnya merasa senang karena ada orang yang ingin berkenalan dengannya karena kesamaan, sementara Syifa hanya melirik sekilas pada lelaki yang mencoba merayu Lily itu.

"Oh tentu saja, namaku Lily," ujar lily tersenyum.

"Namaku Deni," kata Deni sambil menyalami Lily dan Syifa. 

"Kalian tidak pulang?"

"oh, kami sebentar lagi juga pulang," kata Lily agak canggung. Syifa hanya heran melihat orang aneh itu. 

"Supaya pertemanan kita terjalin, aku boleh tidak minta nomor telponmu atau facebook?" 

"Aku sebenarnya jarang sekali berinteraksi dengan jejaring sosial atau yang lainnya, tapi baiklah. Facebookku Lily--" belum sempat Lily menyebutkan semuanya, Rino datang dengan langsung meneriakinya,

"Oi, ada apa ini?! Jadi ini yang kau lakukan biasanya? Memberikan nama facebook pada orang lain? Apa ini sudah sering terjadi?" Bentak Rino tiba-tiba.

"Apa maksudmu?" Tanya Llily kesal

"Kamu tahu tidak, ini yang mereka sebut murahan," 

"Apa?"  tanya Lily heran dengan perkataan Rino.

Rino beralih memandang Lelaki yang duduk dekat Lily dengan ekspresi ganas. Karena ditatap seperti itu, Laki-laki tadi langsung berdiri dan meninggalkan tempat itu.

"Kenapa dia pergi?" kata Lily heran.

Rino menduduki kursi laki-laki tadi dan menghadap kearah Lily,  "Kau bodoh atau apa hah?" Rino mendorong- dorong kepala Lily dengan telunjuknya. Lily menangkis tangan Rino sementara Syifa dan teman- teman Rino yang tak jauh dari situ melihat kejadian itu hanya diam saja. 

"Syifa ayo kita pergi," Ujar Lily bangkit dari kursinya dengan kesal.

Rino kembali mendudukan Lily dengan paksa.

"Aku tanya , kau bodoh atau apa?" Kata Rino dengan kesal.

"Kalau itu aku tidak tahu, mungkin aku pintar," sahutnya ketus.

"Laki-laki tadi, kau tidak tahu kan dia seperti apa? kenapa kamu mau memberikan nama facebookmu langsung padanya? kau tidak tahu kan , mungkin saja dia seorang penjahat," jelas Rino.

Syifa dan Lily menatap kearah Rino. Perkataannya ada benarnya juga, batin Lily. 

"Hai, kita bertemu lagi," sapa Didit sembari tersenyum mendekati Rino. Lily melambaikan tangan dan tersenyum sebentar membalas Didit. 

"Hei, kenapa kau tidak mendengarku, hah!?" teriak Rino kesal saat Lily tersenyum pada Didit. 

"Rino, sudahlah. Teman-teman kita sudah menunggu. Ayo cepat kita pulang. Maaf ya, temanku memang jahat tapi dia baik kok, dia hanya ingin kalian tidak kenapa-kenapa. Ayo pulang, cepat!" Didit berusaha menarik Rino menjauh. Setelah mereka berlalu, Lily dan Syifa juga siap-siap pulang. 

"Ternyata Rino tidak terlalu jahat," ujar Syifa pada saat mereka sedang berjalan menuju kendaraan masing-masing untuk pulang.

"ohh, aku rasa dia hanya ingin menggangu kita. Udahlah, jangan terlalu membahas tentang orang itu, lebih baik kita bahas tentang film tadi. Aku benar-benar tidak puas dengan akhirnya, sangat mengecewakan. Apaan coba, Ironman yang jadi pahlawannya? Benar-benar memuakkan," kata Lily kesal.

Syifa menatap temannya dengan tertawa kecil, "Iya, aku juga, harusnya yang jadi pahlawannya orang yang lebih ganteng,, hehehe.. oh ya, itu sopirku sudah menunggu. Kapan-kapan kita pergi ketempat lain, ya?" ajak Syifa.

"Tau deh,, aku tidak janji ya, , oke deh, aku mau ambil motorku, bye.." balas Lily sembari berlalu. Mereka berduapun menuju ke tempat kendaraan mereka masing-masing. 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Negeri Tanpa Ayah
16490      2558     1     
Inspirational
Negeri Tanpa Ayah merupakan novel inspirasi karya Hadis Mevlana. Konflik novel ini dimulai dari sebuah keluarga di Sengkang dengan sosok ayah yang memiliki watak keras dan kerap melakukan kekerasan secara fisik dan verbal terutama kepada anak lelakinya bernama Wellang. Sebuah momentum kelulusan sekolah membuat Wellang memutuskan untuk meninggalkan rumah. Dia memilih kuliah di luar kota untuk meng...
Lalu, Bagaimana Caraku Percaya?
148      115     0     
Inspirational
Luluk, si paling alpha women mengalami syndrome trust issue semenjak kecil, kini harus di hadapkan pada kenyataan sistem kehidupaan. Usia dan celaan tentangga dan saudara makin memaksanya untuk segera percaya bahwa kehidupannya segera dimulai. "Lalu, bagaiamana caraku percaya masa depanku kepada manusia baru ini, andai saja jika pilihan untuk tak berkomitmen itu hal wajar?" kata luluk Masal...
Seutas Benang Merah Pada Rajut Putih
1712      831     1     
Mystery
Kakak beradik Anna dan Andi akhirnya hidup bebas setelah lepas dari harapan semu pada Ayah mereka Namun kehidupan yang damai itu tidak berlangsung lama Seseorang dari masa lalu datang menculik Anna dan berniat memisahkan mereka Siapa dalang dibalik penculikan Anna Dapatkah Anna membebaskan diri dan kembali menjalani kehidupannya yang semula dengan adiknya Dalam usahanya Anna akan menghadap...
Hujan Paling Jujur di Matamu
9400      2100     1     
Romance
Rumah tangga Yudis dan Ratri diguncang prahara. Ternyata Ratri sudah hamil tiga bulan lebih. Padahal usia pernikahan mereka baru satu bulan. Yudis tak mampu berbuat apa-apa, dia takut jika ibunya tahu, penyakit jantungnya kambuh dan akan menjadi masalah. Meski pernikahan itu sebuah perjodohan, Ratri berusaha menjalankan tugasnya sebagai istri dengan baik dan tulus mencintai Yudis. Namun, Yudis...
Cinta Semi
2539      1053     2     
Romance
Ketika sahabat baik Deon menyarankannya berpacaran, Deon menolak mentah-mentah. Ada hal yang lebih penting daripada pacaran. Karena itulah dia belajar terus-menerus tanpa kenal lelah mengejar impiannya untuk menjadi seorang dokter. Sebuah ambisi yang tidak banyak orang tahu. Namun takdir berkata lain. Seorang gadis yang selalu tidur di perpustakaan menarik perhatiannya. Gadis misterius serta peny...
Project Pemeran Pembantu
6416      1937     1     
Humor
Project Pemeran Pembantu adalah kumpulan kisah nyata yang menimpa penulis, ntah kenapa ada saja kejadian aneh nan ajaib yang terjadi kepadanya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kumpulan cerita ini, penulis menyadari sesuatu hal yang hilang di hidupnya, apakah itu?
graha makna
6030      1859     0     
Romance
apa yang kau cari tidak ada di sini,kau tidak akan menemukan apapun jika mencari ekspektasimu.ini imajinasiku,kau bisa menebak beberapa hal yang ternyata ada dalam diriku saat mulai berimajinasi katakan pada adelia,kalau kau tidak berniat menghancurkanku dan yakinkan anjana kalau kau bisa jadi perisaiku
Memento Merapi
21723      2316     1     
Mystery
Siapa bilang kawanan remaja alim itu nggak seru? Jangan salah, Pandu dan gengnya pecinta jejepangan punya agenda asyik buat liburan pasca Ujian Nasional 2013: uji nyali di lereng Merapi, salah satu gunung terangker se-Jawa Tengah! Misteri akan dikuak ala detektif oleh geng remaja alim-rajin-kuper-koplak, AGRIPA: Angga, Gita, Reni, dan Pandu, yang tanpa sadar mengulik sejarah kelam Indonesia denga...
ARSELA: Perjodohan si Syar'i dan Ketua Geng Motor
197      164     3     
Romance
Memiliki hutang budi dengan keluarga Dharmendra, Eira mau tidak mau menyetujui perjodohan dengan putra sulung keluarga itu, Arsel, seorang ketua geng motor tersohor di kampusnya.
Take It Or Leave It
6461      2042     2     
Romance
"Saya sadar...." Reyhan menarik napasnya sejenak, sungguh ia tidak menginginkan ini terjadi. "Untuk saat ini, saya memang belum bisa membuktikan keseriusan saya, Sya. Tapi, apa boleh saya meminta satu hal?" Reyhan diam, sengaja menggantungkan ucapannya, ia ingin mendengar suara gadis yang saat ini akhirnya bersedia bicara dengannya. Namun tak ada jawaban dari seberang sana, Aisyah sepertinya masi...