Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kani's World
MENU
About Us  

     "Ibu," panggil Kani sambil menghampiri wanita yang tengah duduk santai di kursi teras rumah. 

     "Iyo, nduk. Ada apa?"

     Kani menunjukkan beberapa kertas yang terdapat lukisannya di situ. "Coba lihat, Bu. Gambarnya Kani bagus atau jelek?"

     "Ya sudah pasti bagus tho," jawab Wening. 

     "Apa karena ini punya anaknya Ibu, Ibu jadi bilang bagus, begitu ya."

     "Orang lain pun kalau lihat gambarmu ini sudah pasti bilang bagus." Ibu meyakinkannya. 

     Gadis itu tak menyahut lagi. Sang ibu yang menyadari anaknya seperti sedang memikirkan sesuatu itu menepuk pelan pundak Kani. 

     "Kenapa, nduk? Cerita saja sini sama ibu."

     Kani memandang ibunya. Wening yang ditatap, menganggukkan kepala untuk mengisyaratkan putrinya agar bercerita. Lalu terlihat Kani menarik napas dan mengembuskannya pelan sebelum memulai ceritanya. 

    "Tadi ada yang jelek-jelekin gambar Kani. Mereka bilang semua orang pasti bisa gambar kayak gini." Matanya mengarah pada kertas-kertas yang dipegangnya. 

     "Kani tahu, Bu. Pasti ada yang bisa gambar seperti punya Kani. Mungkin juga lebih bagus." Mulutnya tercekat setelah mengatakan kalimat akhir itu. 

     Kali ini ibu memeluknya dari samping seolah memberikan kekuatan padanya untuk melanjutkan cerita. Dalam pelukan sang ibu, Kani mendongak dan membalas pelukan tersebut dengan lebih erat.

     "Kani bukannya mau dipuji, Bu. Tapi Kani juga sedih kalau diejek." Matanya terlihat sudah berkaca-kaca. 

     Ibu yang masih bergeming sengaja tidak berucap dari tadi karena ingin mendengar Kani bercerita hingga selesai. Dan saat ini, ketika sang anak tak mengucapkan apa pun lagi, barulah waktunya untuk berbicara. 

     "Nduk ... sekarang ibu tanya. Kamu nggambar seperti itu tujuannya untuk siapa dan buat apa?" Ibu bertanya pelan pada Kani yang sudah melonggarkan pelukan untuk berhadapan dengannya. 

     "Untuk Kani sendiri dan Ibu. Supaya karya-karya Kani bisa terkenal dan membanggakan Ibu," jawabnya. 

     Ibu tersenyum mendengar jawaban itu. "Nah, itu. Mereka ndak ada sangkut pautnya sama cita-citamu tho?"

     Kani menggeleng. 

     "Kalau begitu dibiarkan saja. Toh nanti mereka capek sendiri kalau kamu ndak gubris. Anggap saja mereka sebagai motivasi, supaya kamu bisa terus mengasah kemampuan dan akhirnya bisa sukses."

     Gadis itu terdiam mencerna ucapan demi ucapan yang dilontarkan ibunya. 

     "Kamu ndak perlu membalas mereka dengan kata-kata, tapi cukup balas dengan perbuatan saja. Artinya kamu buktikan kalau diri kamu ini ndak seperti yang mereka katakan," lanjut Wening. 

     Perlahan kedua sudut bibirnya saling menarik membentuk sebuah senyuman. Sepertinya dia mulai memahami maksud ibu. Ibunya benar, cukup fokus pada mimpinya saja supaya bisa membungkam mulut-mulut jahat mereka. Kani memeluk Wening lagi sambil mengucapkan terima kasih dan berjanji akan selalu semangat menggapai cita-citanya. 

***

     Hari minggu ini, saat langit masih gelap, Kani dan ibu sedang menata kue-kue yang akan dijual di pasar. 

     "Kani ikut Ibu jualan ke pasar ya." Gadis itu menawarkan pada Wening di sela-sela kegiatannya. 

     "Hm ... memangnya kamu ndak capek, nduk? Kan sudah sekolah enam hari, sekarang ditambah mau bantuin di pasar."

     Kani menggeleng sebagai jawaban. "Justru karena sekarang Kani ndak sekolah, jadi bisa bantuin Ibu. Biasanya kan ndak."

     "Yo wis yen iku karepmu. Ibu terserah saja," putus ibu. 

     Setelah mendengar nasihat dari ibu kemarin, Kani yang merasa sangat berterima kasih jadi ingin meringankan beban sang ibu. Wanita yang selalu ada bersamanya di kala senang dan susah. Dirinya bersyukur sekali bisa lahir dari seorang wanita kuat seperti Wening, yang bisa menjadi sosok ibu, bapak dan juga teman untuknya. 

     Semakin bertambah umur, dirinya semakin paham akan kesulitan-kesulitan yang dialami ibunya. Terkadang dia merasa kasihan melihat ibu yang seperti itu. Dan karena rasa itu membuatnya ingin membanggakan ibunya supaya tak perlu bersusah payah lagi. 

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Aku Milikmu
2155      931     2     
Romance
Aku adalah seorang anak yang menerima hadiah terindah yang diberikan oleh Tuhan, namun dalam satu malam aku mengalami insiden yang sangat tidak masuk akal dan sangat menyakitkan dan setelah berusaha untuk berdamai masa lalu kembali untuk membuatku jatuh lagi dengan caranya yang kejam bisakah aku memilih antara cinta dan tujuan ?
A CHANCE
2035      899     1     
Romance
Nikah, yuk!" "Uhuk...Uhuk!" Leon tersedak minumannya sendiri. Retina hitamnya menatap tak percaya ke arah Caca. Nikah? Apa semudah itu dia mengajak orang untuk menikah? Leon melirik arlojinya, belum satu jam semenjak takdir mempertemukan mereka, tapi gadis di depannya ini sudah mengajaknya untuk menikah. "Benar-benar gila!" 📌📌📌 Menikah adalah bukti dari suatu kata cinta, men...
Ada Cinta Dalam Sepotong Kue
7098      2100     1     
Inspirational
Ada begitu banyak hal yang seharusnya tidak terjadi kalau saja Nana tidak membuka kotak pandora sialan itu. Mungkin dia akan terus hidup bahagia berdua saja dengan Bundanya tercinta. Mungkin dia akan bekerja di toko roti impian bersama chef pastri idolanya. Dan mungkin, dia akan berakhir di pelaminan dengan pujaan yang diam-diam dia kagumi? Semua hanya mungkin! Masalahnya, semua sudah terlamba...
Love Like Lemonade
4762      1562     3     
Romance
Semula Vanta tidak tahu, kalau satu perlawanannya bakal menjadi masalah serius. Siapa sangka, cowok yang ditantangnya─Alvin─ternyata adalah penguasa kampus! Jadilah mereka musuh bebuyutan. Di mana ada Alvin, itulah saat paling buruk untuk Vanta. Neraka bagi cewek itu. Bagaimana tidak? Cowok bernama Alvin Geraldy selalu melakukan segala cara untuk membalas Vanta. Tidak pernah kehabisan akal...
Bus dan Bekal
3414      1537     6     
Romance
Posisi Satria sebagai seorang siswa sudah berkali-kali berada di ambang batas. Cowok itu sudah hampir dikeluarkan beberapa kali karena sering bolos kelas dan lain-lain. Mentari selalu mencegah hal itu terjadi. Berusaha untuk membuat Satria tetap berada di kelas, mendorongnya untuk tetap belajar, dan melakukan hal lain yang sudah sepatutnya seorang siswa lakukan. Namun, Mentari lebih sering ga...
Seiko
651      480     1     
Romance
Jika tiba-tiba di dunia ini hanya tersisa Kak Tyas sebagai teman manusiaku yang menghuni bumi, aku akan lebih memilih untuk mati saat itu juga. Punya senior di kantor, harusnya bisa jadi teman sepekerjaan yang menyenangkan. Bisa berbagi keluh kesah, berbagi pengalaman, memberi wejangan, juga sekadar jadi teman yang asyik untuk bergosip ria—jika dia perempuan. Ya, harusnya memang begitu. ...
SORRY
21929      3276     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Bumi yang Dihujani Rindu
8499      2476     3     
Romance
Sinopsis . Kiara, gadis bermata biru pemilik darah Rusia Aceh tengah dilanda bahagia. Sofyan, teman sekampusnya di University of Saskatchewan, kini menjawab rasa rindu yang selama ini diimpikannya untuk menjalin sebuah ikatan cinta. Tak ada lagi yang menghalangi keduanya. Om Thimoty, ayah Kiara, yang semula tak bisa menerima kenyataan pahit bahwa putri semata wayangnya menjelma menjadi seorang ...
TO DO LIST CALON MANTU
1625      730     2     
Romance
Hubungan Seno dan Diadjeng hampir diujung tanduk. Ketika Seno mengajak Diadjeng memasuki jenjang yang lebih serius, Ibu Diadjeng berusaha meminta Seno menuruti prasyarat sebagai calon mantunya. Dengan segala usaha yang Seno miliki, ia berusaha menenuhi prasyarat dari Ibu Diadjeng. Kecuali satu prasyarat yang tidak ia penuhi, melepaskan Diadjeng bersama pria lain.
Heliofili
2850      1227     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama