Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Perempuan berperawakan kurus, dengan rambut di poni, keluar dari ruang kepala sekolah mengekori Bu Lisna, yang merupakan wali kelas XII IPA 1 di Ganesha High School. Dengan tatapan dingin, kepalanya menoleh kanan-kiri menatap sekitarnya. Kulit putih yang seharusnya membuat banyak orang iri, malah sebaliknya. Mereka yang menatap lebih baik menundukkan kepalanya, sembari berceloteh enggak jelas.

“Naila, silakan masuk,” pinta Bu Lisna saat menatap Naila tertahan di ambang pintu.

Begitu Naila masuk, respons anak murid kelas IPA 1 ini langsung terbelalak, bahkan ada juga yang langsung memalingkan wajahnya. Siapa yang tidak terkejut melihat sosok Naila; berkulit putih, rambut berponi dan panjang sepinggang, semuanya tampak menyeramkan saat tatapan dinginnya beradu pandang dengan orang-orang yang—mungkin—menjadi temannya.

“Jadi ibu, membawa teman baru di kelas kita, silakan perkenalkan dirimu,” terang Bu Lisna dengan senyum yang merekah.

Laki-laki dengan rambut agak sedikit acak-acakkan mengacungkan tangannya, membuat pengisi ruangan ini menyorot kepadanya.

“Biar gue tebak, rumah lo pasti di kompleks Pemakaman Melati, iya, kan?” Laki-laki itu tertawa di ujung kalimatnya, disusul dengan yang lainnya, membuat Bu Lisna berseru keras untuk memadamkan tawa anak muridnya.

“Silakan.” Bu Lisna menyilakan Naila untuk memperkenalkan diri di depan yang entah pantas disebut sebagai teman.

Naila maju selangkah, menatap dingin ke pengisi kelas yang terbungkam ngeri menatapnya. Sejenak ia terdiam, sampai ia menghela napas pendek. “Perkenalkan nama saya Naila Setyaningrum, pindahan dari Bandung. Kalian bisa memanggilku Naila—“

“Lebih pantas dipanggil hantu dibandingkan nama lo!” Lagi-lagi laki-laki itu mengejek Naila, tapi ia tak sedikitpun memberikan respons selain dari tatapan dingin.

“Betul, atau kalo lo gak mau, tambahin aja kata setan di depan nama lo, jadi Setanaila, itu lebih mencerminkan diri lo!” tambah laki-laki yang lainnya.

“Danu! Aji! Kamu ini ya, setelah ini kalian ke ruangan ibu. Ibu punya kejutan buat kalian berdua. Nah, untuk Naila, silakan duduk di bangku yang berada di belakang di samping bangku Kezia.” Kemudian Bu Lisna beranjak dari kelas diikuti oleh Danu dan juga Aji.

Naila duduk di bangku kedua akhir, selama berjalan menuju bangkunya tak sedikitpun Naila menoleh ke sampingnya. Meskipun teman-temannya berucap kata-kata yang menyesakkan hatinya, tapi ia tidak peduli dengan mereka. Hatinya sudah terlalu kuat dengan ucapan seperti ini. Hampir 12 tahun, Naila diberi makanan seperti ini oleh teman-temannya. Bahkan sejak kepindahannya ke sini, Naila tidak pernah berharap akan mendapatkan teman. Dan sekarang terbukti, mereka malah menjatuhkan dibandingkan merangkulnya.

“Assalamualaikum?” Sosok berhijab dengan topi di kepalanya datang, dan duduk di depan bangku Naila. Senyumnya yang manis, terpapar membalas tatapan teman-temannya, bahkan sebelum duduk ia juga memaparkan senyum kepada Naila. Namun, gadis itu malah membalasnya dengan tatapan dingin.

Perempuan berhijab itu memtar tubuhnya, menatap Naila yang bergeming. Ia kembali tersenyum kepadanya, tapi dia masih memasang ekspresi dingin.

“Hai, namaku Kezia, kalo kamu?” Kezia mengulurkan tangannya ke arah Naila.

“Aku Naila,” jawab Naila sambil membalas uluran tangan Kezia

Baru kali ini, Naila mengenal nama seseorang dengan cara berkenalan seperti ini. Biasanya, Naila mengetahui nama-nama orang sekelasnya atas bantuan absen oleh guru-guru yang mengajar. Meskipun pada akhirnya, tidak ada siapa pun yang hendak menjadi temannya. Di saat ada tugas kelompok, mereka malah mengusirnya. Terpaksa, tugas yang seharusnya dikerjakan secara kelompok, ia kerjakan individu.

“Sekarang kamu tinggal di mana?” Naila membeku, bahkan memalingkan wajahnya dari Kezia, membuat perempuan berhijab itu mengerutkan dahinya, heran.

“Hm, kalo begitu, sampaikan salamku kepada orang tuamu.” Kezia memutar kembali tubuhnya, dengan perasaan yang membingungkan atas perkenalannya dengan Naila.

O0O

Waktu yang selalu dinantikan oleh para murid, akhirnya menumpas waktu pelajaran yang dibawakan oleh sang pahlawan tanpa jasa. Kezia menoleh ke belakang hendak mengajak Naila untuk pergi ke kantin. Senyum yang telah diukir sebelumnya perlahan memudar melihat kondisi Naila yang terlihat menyedihkan.

“Zi, awas jangan deketin dia, lihat wajahnya tambah pucat. Dia itu setan Zi,” seru temannya yang langsung beranjak dari hadapan mereka.

Kezia kembali menatap Naila. “Nai, kamu baik-baik aja, kan? Hm, ayo kita ke UKS aja, Nai,” ujar Kezia sambil meraih tangan Naila.

“Enggak perlu.” Naila melepaskan genggaman Kezia, lembut.

“Hm, kalo gitu aku beliin makanan aja, ya?” Kezia segera beranjak dari hadapan Naila untuk pergi ke kantin membeli makanan.

Naila bergeming, tubuhnya sangat lemas. Ia tidak bisa berbuat apa-apa, selain menutup wajahnya yang terus mengeluarkan keringat dingin. Di tambah rasa sakit di perutnya yang mungkin penyebab kepalanya pusing. Sekolah, adalah hal yang diinginkannya, tapi tanpa sarapan adalah bencana baginya. Mereka tidak peduli dengannya. Tidak bekerja, tidak bisa makan. Sekolah hanya pakaian agar terlihat baik di mata orang, begitulah mereka.

Detik berikutnya Kezia kembali dengan nasi bungkus dan satu botol air mineral. Awalnya, Naila menolak tapi Kezia berhasil memaksanya. Dengan tatapan dinginnya, Naila mulai melahap makanan yang diberikan oleh Kezia. Sang pemberi hanya memaparkan senyum untuknya.

“Hm, Nai, aku ingin tahu rumahmu di mana. Hm, siapa tahu kita bisa pulang bareng, atau paling tidak kita bisa belajar bareng.” Kezia mengulang kembali pertanyaannya dengan intonasi yang lembut dan hati-hati.

Naila tidak menjawabnya. Ia malah sibuk menyantap makanannya dengan begitu lahap. Yang dulunya menatap senang, kini Kezia menatap prihatin ke arah Naila. Kezia merasa ada yang aneh dengan Naila. Perempuan pemilik tatapan dingin ini, seperti menyimpan rahasia tentang kehidupannya.

“Hm, Nai, aku minta maaf, kalo pertanyaanku tadi membuat kamu tidak nyaman. Aku ke masjid dulu, ya, assalamualaikum.” Kezia berlalu dari hadapan Naila yang tidak menggubrisnya sedari tadi.

Hingga detik berikutnya …

“Aku tinggal di Perumahan Mandalawangi.”

Sekilas Kezia menoleh ke arah Naila. Gadis itu masih sibuk dengan makanannya, kemudian ia melanjutkan niat awalnya, yaitu ke masjid. Sebagai ketua Rohis, Kezia melahirkan program salat dhuha, dan setelah itu ia akan berdiskusi dengan anggota lainnya.

Sementara itu, Naila membereskan mejanya dan membuang sampah makanan keluar. Saat kakinya menginjak lantai luar, orang-orang yang sedang berkumpul di sana sedikit terusik. Ada yang beranjak, dan ada juga yang mengubah posisi duduknya. Namun, ia tidak peduli terhadap mereka, lantas Naila kembali masuk ke kelasnya yang lenggang.

Saat Naila kembali duduk, samar-samar telinganya mendengar ucapan-ucapan menyakitkan dari orang-orang tadi.

Naila menatap kembali bukunya berusaha untuk tidak mencerna ucapan mereka. Sampai bel masuk berbunyi Naila tidak pernah mengalihkan tatapannya dari buku tulisnya, sebelum guru yang akan mengajar datang. Cukup telinganya yang menanggung ucapan seperti itu, jangan sampai kedua bola matanya turut ternodai oleh ekspresi mereka.

Kezia kembali hadir di hadapan Naila. Seperti biasa, gadis berhijab ini memaparkan senyum manisnya.

“Tadi kamu bilang, kamu tinggal di Perumahan Mandalawangi. Jaraknya lumayan sih dari rumah aku, mungkin kalo ada waktu aku bisa bermain ke rumahmu.” Kezia begitu senang dengan ucapannya itu, tapi saat melihat Naila tak bereaksi apa pun ia kembali memudarkan ekspresi senangnya.

“Nai, kamu baik-baik saja, kan? Hm, kalo nggak boleh, yaudah, aku enggak maksa kok, maaf ya. Nai, kalo misalkan kamu punya masalah, cerita aja, ya, siapa tahu aku bisa membantumu.” Entah datang dari mana keberanian ini, toh sikap yang ditonjolkan oleh Naila malah membuatnya penasaran. Untuk membalas rasa penasaran ini, ia harus mencari tahu apa yang membuat Naila bersikap seperti ini.

O0O

Naila keluar dari kelasnya ketika hampir seisi kelas telah bubar, sebelumnya Kezia mengajaknya untuk pulang bareng, tapi ia menolaknya. Naila hanya ingin sendirian, dan tidak pernah mengharapkan punya teman, meskipun dalam sanubari yang paling dalam ia sangat bersyukur atas kehadiran Kezia.

Cewek itu keluar dengan kepala tak menunduk lagi, kedua netranya teredar ke setiap penjuru sekolah yang hampir sehari ini diabaikannya. Naila berjalan melewati setiap kelas, sekolah ini benar-benar sudah sepi hanya berisi jejak-jejak kegaduhan yang terjadi sebelumnya. Sesekali ia menghela napas, dan pada saat kepalanya hendak menatap ke depan sesuatu membuat dirinya terjatuh begitu pula dengan barang-barang yang di bawa oleh seseorang yang ditabraknya.

“Aw!” desah Naila.

“Lo enggak apa-apa, kan?” tanya cowok itu.

Tanpa membalas, apalagi menoleh Naila bangkit dan setengah berlari menghindari cowok itu. Naila langsung menghentikan mobil angkutan dan pergi, seolah-olah apa yang baru saja terjadi tidak pernah terjadi.

Naila sangat bersyukur, karena kejadian tadi terjadi di saat orang-orang sudah tidak ada. Kalau sebaliknya, sudah dapat dipastikan orang-orang akan terus melengkapi cerita-cerita aneh tentang dirinya.

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Meteor Lyrid
572      401     1     
Romance
Hujan turun begitu derasnya malam itu. Dengan sisa debu angkasa malam, orang mungkin merasa takjub melihat indahnya meteor yang menari diatas sana. Terang namun samar karna jaraknya. Tapi bagiku, menemukanmu, seperti mencari meteor dalam konstelasi yang tak nyata.
DUA PULUH MENIT TERAKHIR
451      321     0     
Short Story
Setiap waktu sangat berarti. Selagi ada, jangan terlambat untuk mengatakan yang sesungguhnya. Karena kita tak tahu kapan waktu akan merenggutnya.
Seberang Cakrawala
135      121     0     
Romance
sepasang kekasih menghabiskan sore berbadai itu dengan menyusuri cerukan rahasia di pulau tempat tinggal mereka untuk berkontemplasi
Kepada Gistra
527      394     0     
Short Story
Ratusan hari aku hanya terfokus mengejar matahari. Namun yang menunggu ku bukan matahari. Yang menyambutku adalah Bintang. Kufikir semesta mendukungku. Tapi ternyata, semesta menghakimi ku.
My Dangerious Darling
4939      1810     3     
Mystery
Vicky, mahasiswa jurusan Tata Rias yang cantik hingga sering dirumorkan sebagai lelaki gay bertemu dengan Reval, cowok sadis dan misterius yang tengah membantai korbannya! Hal itu membuat Vicky ingin kabur daripada jadi sasaran selanjutnya. Sialnya, Ariel, temannya saat OSPEK malah memperkenalkannya pada cowok itu dan membuat grup chat "Jomblo Mania" dengan mereka bertiga sebagai anggotanya. Vick...
SORRY
21928      3276     11     
Romance
Masa SMA adalah masa yang harus dipergunakan Aluna agar waktunya tidak terbuang sia-sia. Dan mempunyai 3 (tiga) sahabat cowok yang super duper ganteng, baik, humoris nyatanya belum untuk terbilang cukup aman. Buktinya dia malah baper sama Kale, salah satu cowok di antara mereka. Hatinya tidak benar-benar aman. Sayangnya, Kale itu lagi bucin-bucinnya sama cewek yang bernama Venya, musuh bebuyutan...
Oscar
2275      1101     1     
Short Story
Oscar. Si kucing orange, yang diduga sebagai kucing jadi-jadian, akan membuat seorang pasien meninggal dunia saat didekatinya. Apakah benar Oscar sedang mencari tumbal selanjutnya?
Crystal Dimension
336      232     1     
Short Story
Aku pertama bertemu dengannya saat salju datang. Aku berpisah dengannya sebelum salju pergi. Wajahnya samar saat aku mencoba mengingatnya. Namun tatapannya berbeda dengan manusia biasa pada umumnya. Mungkinkah ia malaikat surga? Atau mungkin sebaliknya? Alam semesta, pertemukan lagi aku dengannya. Maka akan aku berikan hal yang paling berharga untuk menahannya disini.
Smitten With You
13535      2359     10     
Romance
He loved her in discreet… But she’s tired of deceit… They have been best friends since grade school, and never parted ways ever since. Everything appears A-OK from the outside, the two are contended and secure with each other. But it is not as apparent in truth; all is not okay-At least for the boy. He’s been obscuring a hefty secret. But, she’s all but secrets with him.
Flower With(out) Butterfly
450      310     2     
Romance
Kami adalah bunga, indah, memikat, namun tak dapat dimiliki, jika kau mencabut kami maka perlahan kami akan mati. Walau pada dasarnya suatu saat kami akan layu sendiri. Kisah kehidupan seorang gadis bernama Eun Ji, mengenal cinta, namun tak bisa memiliki. Kisah hidup seorang gisaeng yang harus memilih antara menjalani takdirnya atau memilih melawan takdir dan mengikuti kata hati