Loading...
Logo TinLit
Read Story - REGAN
MENU
About Us  

Seminggu setelah kejadian itu, keluarga Ninda semakin menyenangkan. Dengan kehadiran Naila, Ninda tidak pernah kesepian lagi khususnya ketika nonton film drama Korea. Bahkan mereka memutuskan untuk sekamar. Asal kalian tahu, semenjak mereka sekamar mereka selalu perang bantal dan mengerjakan tugas bersamaan.

Meskipun seperti itu, hati Ninda masih belum bisa bernapas lega. Ninda masih merasa bersalah kepada Naila, di saat malam menyapa pikiran Ninda selalu disibukkan tentang bagaimana agar hatinya kembali pulih dari rasa bersalah.

Sampai ketika Regan hadir di setiap harinya ke rumah, rasa-rasanya setiap kali tertawa bersama tanpa sepengetahuan Regan dan Naila, Ninda memerhatikannya. Tatapan antara Regan dan Naila mengandung makna mendalam. Mungkinkah ini jawaban agar hatinya kembali pulih? Merelakan dia untuk saudara barunya?

Ninda menanyakan banyak hal kepada Risma tentang Naila saat bertamu ke rumahnya. Tentunya, Ninda membuat persetujuan kepada Risma agar tidak memberi tahu kepada Regan tentang keingintahuannya ini.

Menurut Risma, Regan benar-benar senang saat melihat Naila menyuapi ibunya sambil tersenyum. Katanya, ibunya tersenyum karena Naila adalah kado terbaik bagi Regan. Dan Ninda juga, bertanya kepada Naila tentang bagaimana pakaian Regan bisa berada di tangannya. Dari ceritanya, Ninda sudah yakin bahwa kedua orang ini menyimpan sesuatu.

Sekarang hari minggu, saat siang hari Ninda bertamu ke rumah Regan. Sekarang ia berada di kamar Regan sambil bernyanyi bersama.

“Gan, kalo misalkan aku meminta sesuatu kepadamu, apa kamu akan mengabulkannya?” tanya Ninda membuat Regan menatap heran kepadanya.

“Meminta apa? Ya, tergantung permintaanmu juga.” Regan kembali memetik gitarnya.

“Kita dinner di kafe di mana kita jadian, ajak Rama juga Gema.”

“Gema? Kamu aja deh yang undang,” kata Regan seolah marah kepada Gema.

“Kamu masih belum baikkan sama Gema?” Ninda mengetahui Regan dan Gema merenggang, karena sikap mereka yang tak acuh satu sama lain. Awalnya, Ninda tidak terlalu peduli dan beranggapan bahwa mereka akan baikkan lagi. Tapi ternyata tidak.

“Yaudah aku yang undang.”

“Aku enggak diajak nih?” sahut Risma yang tiba-tiba muncul dari balik pintu.

“Boleh.”

O0O

Malam pun tiba. Ninda menyuruh Regan untuk berangkat bersama Risma, sementara dirinya berangkat bersama Naila. Bahkan sekarang ia sudah masuk ke kafe Bintang Biru bersama Rama dan Gema.

Sulit baginya, saat membujuk Gema untuk hadir dan baikkan dengan Regan. Tapi, berkat bantuan Rama dan Naila akhirnya ia menganggukkan kepalanya. Ninda menyuruh Naila untuk duduk terlebih dahulu di meja nomor sepuluh, sedangkan Ninda dan kedua cowok itu berdiskusi akan maksudnya.

“Ada apa, kok Naila ditinggal sih,” ujar Rama.

“Gini, gue punya rencana untuk menyatukan Naila sama Regan—”

Rama dan Gema terbelalak bersamaan. “Apa?”

“Untuk menebus rasa bersalah gue sama Naila, gue relakan Regan untuknya. Lagian gue, udah curiga sama mereka saat Regan selalu main ke rumah. Mereka seperti ada something-something gitu. Makannya gue nyuruh lo bawa gitar Ge, nanti nyanyi buat mereka.”

“Lo serius, Nin?” tanya Rama.

“Gue serius, mungkin dengan begini hati gue pulih dari rasa bersalah. Gue akan move on, doain ya,” terang Ninda dengan canda.

Gema terkekeh. “Lo jadian aja sama gue,” celetuknya membuat Rama refleks menjitak kepala temannya itu.

“Apaan sih, lagian dia udah mau putus, salahnya apa coba,” gerutu Gema tidak terima atas perlakuan Rama kepadanya.

“Udah, kalian ini apaan sih. Nanti gue kasih kode, buat maju, oke?” Ninda berlalu dari hadapan mereka, kembali menghampiri Naila yang celingak-celinguk kebingungan.

“Kamu darimana saja? Gema dan Rama mana?” tanya Naila melihat kedua temannya enggak ada.

“Lagi ke toilet dulu. Hm, Nin aku boleh minta sesuatu gak?” tanya Ninda membuat Naila terdiam, heran.

“Apa?”

“Aku ingin kamu berjanji kepadaku, apa pun yang terjadi jangan hiraukan aku. Janji?” Ninda mengacungkan jari kelingkingnya.

Naila membeku. Pasalnya permintaan Ninda terdengar horor, memang ada apa? Apa yang akan terjadi? Darah Naila berdesir, ia masih enggan untuk menanggapi permintaan Ninda.

“Nai, janji?” Ninda menatap penuh ke arah Naila.

“Tapi, itu konyol, Nin. Aku enggak bisa,” balas Naila.

“Nai, janji?” Ninda mengulang kembali kalimat itu, membuat Naila mengangkat kelingkingnya ragu.

“Janji!” Ninda menyambut kelingking Naila, kemudian tersenyum merekah. “Kalau begitu.” Ninda bangkit dari duduknya dan berjalan ke samping Naila, “Aku ingin kamu tutup mata kamu dengan kain ini, jangan mengintip dan jangan dibuka sampai aku memberikan intruksi untuk dibuka.”

“Ini ada apa sih, Nin?”

Ninda mendekatkan mulutnya ke telingan Naila. “Aku pergi dulu, sebentar.”

“Eh, Nin, kamu mau kemana!” Naila sedikit panik.

Ninda keluar dari restoran ini, menunggu seseorang yang dalam hitungan menit akan kembali ke seperti semula. Tanpa ikatan. Tak lama Ninda menunggu, sosok yang ditunggunya telah tiba. Dari kejauhan Risma melambaikan tangan kepadanya, sementara dia hanya tersenyum menghampirinya.

“Lama ya?” tanya Regan.

“Halo Kak Ninda!” seru Risma.

“Halo Risma.” Ninda memeluk Risma, “Ris kamu masuk duluan ya, Kakak mau bicara dulu sama Kak Regan.” Tak perlu berpikir panjang, gadis SMP itu telah masuk meninggalkan mereka.

“Ada apa?” tanya Regan.

“Aku mau—” Ninda menjeda perkataannya. Sementara Regan menatap penuh ke arah Ninda, menunggu apa yang akan diucapkannya selanjutnya. “Kita putus. Aku mau kita putus.”

Bagaikan petir di siang bolong, Regan terbelalak dengan peryataan Ninda yang tiba-tiba. Setahunya, hubungannya baik-baik saja tapi kenapa Ninda tiba-tiba saja meminta putus kepadanya.

“Nin, plis ada apa? Kok kamu tiba-tiba minta putus? Kalo ada masalah kita bicarakan baik-baik,” ujar Regan.

“Itu permintaanku, dan kamu akan mengabulkannya, kan?”

“Nin, kamu jangan aneh—”

“Aku serius, aku rasa aku bukanlah orang yang tepat untuk kamu. Percayalah, aku bahagia bersamamu, tapi aku tidak bisa untuk mempertahankan hubungan ini. Aku mohon.” Percaya atau tidak, sebenarnya Ninda juga enggan untuk berkata seperti ini. Selama seminggu kemarin, ia selalu merasa bahwa dirinya bukanlah orang yang tepat untuk Regan. Ada sosok lain, sosok yang bisa membuat surganya tersenyum.

“Nin, plis, ada masalah apa?” Regan masih belum bisa menerima kenyataan ini.

“Gan, surgamu adalah kebahagianmu. Yang membuat surgamu berseri bukanlah aku, tapi orang lain. Kau tersenyum saat surgamu tersenyum, bukankah itu indah jika seseorang itu menjadi landasan hatimu. Dan kalian semua akan senang.”

“Nin, maksud kamu apa?”

“Aku ingin kamu, menutup matamu dengan ini.” Ninda menyodorkan seutas kain hitam kepada Regan.

“Hah?” Regan tidak menyambut kain itu, maka Ninda yang bertindak memasangkan kain itu. “Ninda?”

Ninda menuntun Regan untuk masuk ke dalam kafe, dan menyuruh Risma untuk menuntunnya. Ninda memberi isyarat untuk bungkam, kemudian mereka menyuruh Regan duduk. Ninda melayangkan tatapannya ke arah bar restoran, ia menyuruh Rama dan Gema untuk bergabung.

Saat Rama dan Gema berada di belakang Regan, Ninda menyampaikan tangan Regan ke atas tangan Naila. Keduanya terkejut, tapi Regan mengelus perlahan tangan itu dan tampaknya Naila sangat menikmati elusan itu.

“Silahkan buka!”

Samar-samar Regan dan Naila memokuskan pandangannya, saat membuka penutup matanya. Saat kedua netra mereka berhasil menyesuaikan dengan cahaya sekitar, sontak mereka terbelalak. Regan langsung menarik tangannya yang terulur, begitu juga dengan Naila.

“Kalian sudah berjanji kepadaku, kalian akan mengabulkan permintaanku. Aku minta kalian jadian,” kata Ninda sambil mengumbar senyum kepada mereka.

Regan dan Naila bangkit bersamaan, membuat Ninda dan Risma terkekeh. “Kalian kompak.”

“Maksud kamu apaan, Nin.”

“Regan butuh kamu. Kebahagiaan Regan ada di kamu. Kamu berhasil membuat keluarga Regan tersenyum bahagia. Aku yakin, Regan tidak menganggapmu hanya sebatas teman. Regan menganggapmu lebih dari itu, semua yang dia lakukan lebih dari sekadar rasa membantu sebagai teman. Mulut bisa berbohong, tapi mata mengekspresikan sesuatu yang lain.” Ninda menatap penuh ke arah Regan yang hanya diam. “Gan, kamu enggak usah memendamnya lagi, ini waktu yang kamu tunggu bukan?”

“Ninda, a-aku—”

“Nai, ini waktunya kamu merasakan kebahagiaan. Aku menyayangimu. Percayalah aku akan baik-baik saja.” Ninda memeluk Naila.

Setelah itu, Ninda menyatukan tangan Regan dan Naila. Mereka saling tatap, di saat seperti itu, Ninda memberikan kode kepada Rama dan Gema untuk beraksi.

“Udah jangan banyak drama, enggak suka,” celetuk Gema sebelum akhirnya ia memetik gitar.

Sekilas Regan menoleh ke belakang melihat sahabatnya yang tengah tersenyum. “Aku tidak tahu harus berkata apa, aku memang menyukaimu saat senyuman dari ibuku terukir karenamu. Dan aku mulai menyayangimu, saat keluargamu menyakitimu. Melihat hal itu aku semakin terperosok untuk mengenalmu lebih dekat, sedekat saat kita duduk berdampingan. Aku selalu mencari celah untuk bisa dekat dengan kamu tanpa menyakiti Ninda, tapi dia sudah menyadarinya. Aku malu, hingga waktu ini membisikanku perihal rasa tidak bisa dipaksakan. Aku mencintaimu, Nai.”

Sejenak Naila menatap Ninda yang hanya direspons oleh anggukkan dan senyuman. “A-aku, aku rasa tidak—” Naila menjeda kalimatnya cukup lama. Membuat sepasang mata teman-temannya menyorot kepadanya. “Aku rasa tidak ada yang tepat selain kalimat, aku juga mencintaimu.”

Ninda bertepuk tangan begitu juga orang yang menyaksikan mereka, toh petikkan gitar dari Gema mengundang perhatian mereka. Setelah itu, Rama dan Gema memeluk temannya, juga Ninda dan Risma memeluk Naila.

“Terima kasih telah mengabulkan permintaanku.”

“Gue nggak nyangka lo bakal hadir, gue pikir lo masih marah sama gue. Gue minta maaf, ya?” kata Regan dalam rangkulan teman-temannya.

“Gue juga minta maaf, Gan.”

“Kenapa enggak dari dulu sih, kalian baikkan kayak gini.”

Dan untuk scene terakhir, mereka berenam saling merangkul, mengumbar kebahagiaan. Cinta sejati bukanlah ambisi, tapi cinta sejati hadir dalam hati dan tidak mungkin mengkhianati. Cinta sejati akan terus mengusik sampai tuannya sadar diri, bahwa cinta bukan untuk dipendam dalam-dalam melainkan untuk diutarakan dan dibuktikan. Tentunya dengan cara yang baik, tanpa mengusik.

“Aku cinta kalian semua!!!” teriak mereka bersamaan, tidak peduli apa kata pengunjung disini.

GRRK

Mereka terdiam, cukup lama.

“Bagaimana kalo sekarang kita makan,” celetuk Gema.

O0O

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Forbidden Love
10085      2155     3     
Romance
Ezra yang sudah menikah dengan Anita bertemu lagi dengan Okta, temannya semasa kuliah. Keadaan Okta saat mereka kembali bertemu membuat Ezra harus membawa Okta kerumahnya dan menyusun siasat agar Okta tinggal dirumahnya. Anita menerima Okta dengan senang hati, tak ada prangsaka buruk. Tapi Anita bisa apa? Cinta bukanlah hal yang bisa diprediksi atau dihalangi. Senyuman Okta yang lugu mampu men...
Mawar Putih
1445      768     4     
Short Story
Dia seseorang yang ku kenal. Yang membuatku mengerti arti cinta. Dia yang membuat detak jantung ini terus berdebar ketika bersama dia. Dia adalah pangeran masa kecil ku.
Praha
315      195     1     
Short Story
Praha lahir di antara badai dan di sepertiga malam. Malam itu saat dingin menelusup ke tengkuk orang-orang di jalan-jalan sepi, termasuk bapak dan terutama ibunya yang mengejan, Praha lahir di rumah sakit kecil tengah hutan, supranatural, dan misteri.
CORAT-CORET MASA SMA
495      357     3     
Short Story
Masa SMA, masa paling bahagia! Tapi sayangnya tidak untuk selamanya. Masa depan sudah di depan mata, dan Adinda pun harus berpikir ulang mengenai cita-citanya.
Aku Bilang, Aku Cinta Dia!
538      362     1     
Short Story
Aku cinta dia sebagaimana apa yang telah aku lakukan untuknya selama ini. Tapi siapa sangka? Itu bukanlah cinta yang sebenarnya.
Putaran Roda
576      390     0     
Short Story
Dion tak bergeming saat kotak pintar itu mengajaknya terjun ke dunia maya. Sempurna tidak ada sedikit pun celah untuk kembali. Hal itu membuat orang-orang di sekitarnya sendu. Mereka semua menjauh, namun Dion tak menghiraukan. Ia tetap asik menikmati dunia game yang ditawarkan kotak pintarnya. Sampai akhirnya pun sang kekasih turut meninggalkannya. Baru ketika roda itu berputar mengantar Dion ke ...
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
7615      1687     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
Dessert
1078      564     2     
Romance
Bagi Daisy perselingkuhan adalah kesalahan mutlak tak termaafkan. Dia mengutuk siapapun yang melakukannya. Termasuk jika kekasihnya Rama melakukan penghianatan. Namun dia tidak pernah menyadari bahwa sang editor yang lugas dan pandai berteman justru berpotensi merusak hubungannya. Bagaimana jika sebuah penghianatan tanpa Daisy sadari sedang dia lakukan. Apakah hubungannya dengan Rama akan terus b...
Cinta Tiga Masa
506      284     0     
Romance
Aku mencurahkan segalanya untuk dirimu. Mengejarmu sampai aku tidak peduli tentang diriku. Akan tetapi, perjuangan sepuluh tahunku tetap kalah dengan yang baru. Sepuluh tahunku telah habis untukmu. Bahkan tidak ada sisa-sisa rasa kebankitan yang kupunya. Aku telah melewati tiga masa untuk menunggumu. Terima kasih atas waktunya.
Daniel : A Ruineed Soul
582      342     11     
Romance
Ini kisah tentang Alsha Maura si gadis tomboy dan Daniel Azkara Vernanda si Raja ceroboh yang manja. Tapi ini bukan kisah biasa. Ini kisah Daniel dengan rasa frustrasinya terhadap hidup, tentang rasa bersalahnya pada sang sahabat juga 'dia' yang pernah hadir di hidupnya, tentang perasaannya yang terpendam, tentang ketakutannya untuk mencintai. Hingga Alsha si gadis tomboy yang selalu dibuat...