Loading...
Logo TinLit
Read Story - Allura dan Dua Mantan
MENU
About Us  

Hal pertama ketika aku bangun tidur bukannya cuci muka, malah langsung cek HP. Isinya cuma gibahan platform di grup literasi. Bosan. Enaknya hari ini ngapain?

 

Aku hari malas kerja. Tepatnya malas ketemu Adrish dan Taqi. Aku kirim WA di grup TRIO AL.

 

Oiii @adrish @taqi hari ini nggak masuk kafe ya. Lagi dapat. Kalian slow nggak? Gantiin aku jaga kasir dong. Kalau kalian sibuk, aku minta Aruna atau Renaldy aja.

 

Selang lima menit. Adrish membalas chat WA-ku.

 

Aku aja. Kebetulan sudah libur semester.

 

Lega. Jadi nggak harus ketemu mereka dulu. Aku turun ke bawah. Ada Mama dan Papa. 

 

"Tumben bangun jam segini? Nggak ke kafe?" Papa bertanya. Matanya tetap terpaku ke gadget di tangannya. Pasti baca berita di portal online. Papa dulu langganan koran. Sejak dunia digital merajai bumi, Papa mulai beralih baca digital.

 

"Lagi males aja sih. Lagi dapet juga. Daripada ngamuk-ngamuk ke pelanggan mending rebahan," jawabku santai.

 

"Nah, gitu dong. Sekali-kali ada waktu untuk diri sendiri dan keluarga," sahut Mama yang lagi bikin nasi goreng.

 

"Eh, gimana persiapan nikahan Aryan?"

 

"Lancar. Kamu tenang aja. Pokoknya ntar kamu tinggal dateng ke gedung bawa pasangan aja." Mama menimpali.

 

Aku menyeruput teh melati, seketika tersedak mendengar kalimat terakhir Mama. "Uhuk."

 

Mama panik bergerak ke arahku. Mama menepuk punggungku. "Makanya pelan-pelan minumnya. Atau ada cowok lagi kangen kamu?"

 

"Ma, aku tuh kesedak gara-gara permintaan Mama nyuruh aku bawa pasangan ke nikahan Aryan. Aneh banget. Biasanya juga kalau ada acara, nggak pernah bawa pasangan tuh."

 

"Mau sampai kapan kamu terus sendiri tanpa pasangan? Udah lama banget loh, kamu nggak ngenalin pasangan ke kami. Lihat noh, pas nentuin lamaran Aryan, tante-tantemu pada julid."

 

"Udah kebal tuh. Aku nggak peduli sama julidan mereka. Toh, aku nggak makan dari uang mereka," jawabku santai

 

"Mama yang nggak rela kamu dijulidin. Kesannya kamu perawan tua banget. Satu sisi, mereka bener sih. Cewek tuh ada masa monopausenya. Mama juga pengen dikasih cucu sama kamu."

 

"Ya nggak papa kali, Ma. Tinggal bilang aja ke mereka, 'Nggak apa Allura nggak nikah asal dia kaya raya dan bahagia lahir batin. Daripada nikah, tapi nggak bisa ketawa lagi.' gitu. Soal cucu, kan bisa ntar dikasih Aryan," timpal Papa.

 

Aku berdiri seraya memeluk Papa. "Ah, makin sayang deh sama Papa. Cuma Papa yang paling ngerti aku."

 

Mama manyun. "Udah deh, Mama kalah kalau Papa udah belain Allura. Terserah kamu ajalah."

 

Mendadak aku teringat Tante Liana. Entah kenapa aku ingin berbagi kisah dengannya. Aku ambil HP dari saku piyama, lalu mengirim chat WA ke Tante.

 

Aku:

Tan, sibuk nggak hari ini?

 

Tante Liana:

Sama kayak biasa sih.

 

Aku:

Kalau aku ajakin makan siang bareng bisa? Tante plis jangan ajak Taqi.

 

Tante Liana:

Bisa sih, tapi di gudeg Bakso Kalipolo aja ya. Soalnya biar enak deket tempat kerjaku.

 

Aku:

Oke. Beres.

 

Hidangan nasi goreng Mama sudah jadi. Aromanya aja sudah bikin ngiler. Aku tiup-tiup dulu baru melahapnya. "Enaknya nampol."

 

Kami pun sarapan bareng. Entah kapan terakhir sarapan bareng. Aku sendiri lupa. Indahnya kebersamaan.

 

***

 

Tante Liana sudah duduk cantik di kursi paling depan. Aku cipika-cipika dulu sama Tante. "Duh, Tan. Maaf banget ya telat. Aku ketiduran lagi. Terus bangun jam 11."

 

"Nggak apa. Tante juga baru datang. Eh, tumben banget kamu ngajakin Tante keluar. Ada apa?"

 

Pelayan datang membawa buku menu. Aku dan Tante Liana bolak-balik menu. Lalu memilih mau makan Bakso Beranak dan Es Jeruk aja.

 

Aku pun akhirnya mengaku bahwa Taqi sebenarnya bukan calon suamiku. Melainkan sudah jadi mantan dan sebatas partner kerja. Aku juga menceritakan lagi kesal sama kedua mantanku itu gara-gara Renaldy.

 

"Menurut Tante siapa yang salah?"

 

Pelayan datang mengantarkan es jeruk untuk kami.

 

"Tante mencoba netral nih, Tante rasa kalian nggak ada yang salah. Semua mempertahankan versi terbaik di mata masing-masing. Dua mantanmu mungkin benar ingin melindungimu biar gimana pun kamu mesti hati-hati sama orang baru." Tante menyeruput es jeruknya. "Kamu juga nggak salah, coba membantu dan berkhusnuzon ke karyawan sendiri. Jadi ya tunggu waktu akan membuktikan Renaldy nggak beres atau hanya kecurigaan mereka aja," jawab Tante Liana.

 

Aku sedikit tercerahkan begitu mendengarkan pendapat Tante Liana. Itu artinya nggak seharusnya aku marah bahkan sampai malas ketemu Adrish dan Taqi.

 

Tante Liana mengaduk es jeruk menggunakan sedotan. Lalu menyeruput es tersebut. "Kamu kenapa lebih percaya Renaldy dibanding sama dua orang yang jelas sudah lama kenal sama kamu?"

 

"Gimana ya, Tan. Ini menyangkut rasa nyaman. Hadirnya Renaldy itu kayak mengisi sisi hatiku yang kosong. Nggak dipungkiri, Renaldy itu selalu ada di saat dua makhluk astral sibuk."

 

"Hmmm … susah kalau menyangkut kenyamanan."

 

Pelayan satunya datang membawa bakso pesanan kami. Ketika aku menyuap satu sendok, tiba-tiba datang sepasang kekasih. Aku menyipitkan mata. Sepetinya aku mengenal dia. 

 

Kulambaikan tangan. "Leci!"

 

Orang yang kupanggil menoleh. "Eh, Kak Allura. Makan di sini juga?"

 

"Iya nih. Bosen makan siang di kafe sendiri mulu. Kamu sama siapa?"

 

"Kenalin ini Kak Rizaldi. Pacarku."

 

Aku rada kaget sih Leci memperkenalkan pacarnya. Pasalnya Leci itu kan penampilannya kayak hijabers banget. Aku pikir dia sama kayak para ukhty, enggan pacaran.

 

"Ciyeee … yang sudah punya pacar. Berarti kamu nggak nulis senandika atau qoutes galau lagi dong."

 

Wajah Leci tersipu. "Ih, Kak Allura bisa aja."

 

Memperhatikan wajag Rizaldi aku teringat sesuatu. "Eh, kamu yang kemarin ngelamar jadi waiters di A2T Cafebook, kan?"

 

"Ah, Bu Allura masih ingat saja sama saya."

 

Berhubung Bakso Kadipolo ini penuh, mereka berdua makan baksonya satu meja denganku dan Tante Liana.

 

***

 

Aku menatap layar laptop sambil mengacak frustrasi. Belum ada satu paragraf berhasil kutulis. Padahal sudah dua jam melolotin laptop. Mana syarat dan ketentuan Lomba Cabaca mesti upload 50% dari total bab sampai tanggal 9 September. Sekarang sudah tanggal 25 Agustus, sedangkan novelku baru 4 bab.

 

Gini nih kalau nekat menuliskan karakter baru. Biasanya aku selalu menggunakan katakter novel memakai orang terdekatku. Terbukti lancar jaya bak jalan tol.

 

Aku coba telepon si tokoh utamanya, Renaldy. Novel buat Cabaca Renaldy tokoh utamanya, tapi dia sebagai Deni Arman. Siapa tahu dengan menelepon Renaldy muncul ide.

 

"Nomor yang Anda tuju sedang tidak aktif atau sedang berada di luar jangkauan. Silakan coba beberapa saat lagi." 

 

Sial, malah Mbak-mbak operator yang menyahuti panggilanku. Kenapa dia menolak panggilanku? Apa lagi sibuk?

 

*** 

 

Berhubung aku bosan di rumah, nulis novel juga ngeblank. Akhirnya pukul 18.00 ke kafe aja.

 

Kafe nggak sepi, tapi nggak begitu ramai. Hanya dua pasangan yang makan serta minum kopi di sini.

 

Aku heran meja kasir diisi oleh Renaldy. "Hay, Ren. Kok kamu bisa di sini? Adrish sama Taqi mana?"

 

"Mereka lagi salat di musala terdekat dari kafe ini. Berhubung Mbak Allura sudah datang, saya permisi balik layanin pembeli dulu." 

 

Aku heran, layanin pembeli? Orang dua pasangan di kafe ini saja sudah pada makan menu yang di hadapan mereka. Itu artinya fix, dia menghindariku. Pasti ada apa-apa dengan Renaldy selama aku nggak ada di kafe ini. Itu berhubungan dengan Adrish dan Taqi. Aku harus tanya mereka.

 

Bertepatan dengan itu datang seorang cowok penampilan rocker banget bawa gitar. Pasti musisi jalanan.

 

Taqi dan Adrish datang. "Eh, Allura. Udah nggak sakit lagi nyeri datang bulannya?" ceplos Adrish.

 

Wajahku kayak kepiting rebus ketika dia mengucapkan hal itu. "Nggak usah di sini juga kali nanyain gituannya. Malu didengar pelanggan."

 

"Maaf kemarin aku marah-marah bahkan hari ini aku ngambek sama kalian."

 

"Iya udah biasa kami menghadapi cewek PMS."

 

Pandanganku tertuju ke Renaldy yang sibuk curi-curi pandang ke kami bertiga. "Eh, dia kenapa? Kok kesannya hari ini menghindariku? Pasti ulah kalian nih."

 

"Terkadang sadar diri akan status itu penting," celetuk Taqi.

 

"Maksudnya?"

 

"Mungkin jin gentong di diri Renaldy sudah keluar makanya Renaldy langsung sadar bahwa mendekati bos demi keuntungan pribadi itu adalah sebuah kesalahan."

 

"Maksudnya Taqi itu kami nggak lakuin apa-apa hari ini ke Renaldy." Adrish buru-buru menimpali ucapan Taqi.

 

Aku yakin mereka berdua pasti bohong. Jadilah aku ke ruang ganti menanyakan langsung ke karyawan yang lain.

 

Kebetulan ada Imel dan Ira. 

 

"Mbak Allura kok baru datang?"

 

"Tadi sakit perut. Biasa cewek. Gimana kafe selama saya nggak ada?"

 

"Aman."

 

"Nggak ada drama-drama?"

 

"Nggak dong."

 

"Dua Pak Bos ada ngomelin Renaldy nggak?"

 

Imel berpandangan sama Ira. 

 

"Tadi siang kafe rame banget. Ada Tiktokers review menu kafe ini. Jadi kami nggak sempet liat Dua Pak Bos ngomelin Renaldy atau nggak."

 

Aku menatap mereka curiga. "Bener? Nggak boong?"

 

"Suer. Nggak bohong. Kalau ketauan boong, rela deh gaji Mbak Diani dipotong."

 

Diani tahu-tahu muncul di sebelah pintu. "Enak aja gajiku yang dipotong. Gajimu aja yang disunat Mbak Allura."

 

Terjadilah cekcok adu mulut. Diani sama Imel memang bagai minyak dan air. Susah disatukan. Padahal aku tahu mereka saling sayang. Ya kalau dipikir-pikir tanpa drama berantemnya mereka kafe ini suasananya jadi sepi.

Tags: twm23

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • suciasdhan

    Sukses, Mbak Arini

    Comment on chapter Chapter 1 (Kinari Allura)
Similar Tags
Project Pemeran Pembantu
6377      1935     1     
Humor
Project Pemeran Pembantu adalah kumpulan kisah nyata yang menimpa penulis, ntah kenapa ada saja kejadian aneh nan ajaib yang terjadi kepadanya dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Dalam kumpulan cerita ini, penulis menyadari sesuatu hal yang hilang di hidupnya, apakah itu?
Salon & Me
4450      1348     11     
Humor
Salon adalah rumah kedua bagi gue. Ya bukan berarti gue biasa ngemper depan salon yah. Tapi karena dari kecil jaman ingus naek turun kaya harga saham sampe sekarang ketika tau bedanya ngutang pinjol sama paylater, nyalon tuh udah kaya rutinitas dan mirip rukun iman buat gue. Yang mana kalo gue gak nyalon tiap minggu rasanya mirip kaya gue gak ikut salat jumat eh salat ied. Dalam buku ini, udah...
Toko Kelontong di Sudut Desa
5842      2029     3     
Fantasy
Bunda pernah berkata pada anak gadisnya, bahwa cinta terbaik seorang lelaki hanya dimiliki oleh ayah untuk anaknya. Namun, tidak dengan Afuya, yang semenjak usia tujuh tahun hampir lupa kasih sayang ayah itu seperti apa. Benar kata bundanya, tetapi hal itu berlaku bagi ibu dan kakeknya, bukan dirinya dan sang ayah. Kehidupan Afuya sedikit berantakan, saat malaikat tak bersayapnya memutuskan m...
Rewrite
9766      2798     1     
Romance
Siapa yang menduga, Azkadina yang tomboy bisa bertekuk lutut pada pria sederhana macam Shafwan? Berawal dari pertemuan mereka yang penuh drama di rumah Sonya. Shafwan adalah guru dari keponakannya. Cinta yang bersemi, membuat Azkadina mengubah penampilan. Dia rela menutup kepalanya dengan selembar hijab, demi mendapatkan cinta dari Shafwan. Perempuan yang bukan tipe-nya itu membuat hidup Shafwa...
Aku Benci Hujan
7585      1979     1     
Romance
“Sebuah novel tentang scleroderma, salah satu penyakit autoimun yang menyerang lebih banyak perempuan ketimbang laki-laki.” Penyakit yang dialami Kanaya bukan hanya mengubah fisiknya, tetapi juga hati dan pikirannya, serta pandangan orang-orang di sekitarnya. Dia dijauhi teman-temannya karena merasa jijik dan takut tertular. Dia kehilangan cinta pertamanya karena tak cantik lagi. Dia harus...
Different World
1044      527     0     
Fantasy
Melody, seorang gadis biasa yang terdampar di dunia yang tak dikenalnya. Berkutat dengan segala peraturan baru yang mengikat membuat kesehariannya penuh dengan tanda tanya. Hal yang paling diinginkannya setelah terdampar adalah kembali ke dunianya. Namun, ditengah usaha untuk kembali ia menguak rahasia antar dunia.
Si 'Pemain' Basket
5344      1395     1     
Romance
Sejak pertama bertemu, Marvin sudah menyukai Dira yang ternyata adalah adik kelasnya. Perempuan mungil itu kemudian terus didekati oleh Marvin yang dia kenal sebagai 'playboy' di sekolahnya. Karena alasan itu, Dira mencoba untuk menjauhi Marvin. Namun sayang, kedua adik kembarnya malah membuat perempuan itu semakin dekat dengan Marvin. Apakah Marvin dapat memiliki Dira walau perempuan itu tau ...
Between the Flowers
774      429     1     
Romance
Mentari memilih untuk berhenti dari pekerjaanya sebagai sekretaris saat seniornya, Jingga, begitu menekannya dalam setiap pekerjaan. Mentari menyukai bunga maka ia membuka toko bersama sepupunya, Indri. Dengan menjalani hal yang ia suka, hidup Mentari menjadi lebih berwarna. Namun, semua berubah seperti bunga layu saat Bintang datang. Pria yang membuka toko roti di sebelah toko Mentari sangat me...
Bee And Friends
3271      1239     1     
Fantasy
Bee, seorang cewek pendiam, cupu, dan kuper. Di kehidupannya, ia kerap diejek oleh saudara-saudaranya. Walau kerap diejek, tetapi ia memiliki dunianya sendiri. Di dunianya, ia suka sekali menulis. Nyatanya, dikala ia sendiri, ia mempunyai seseorang yang dianggap sebagai "Teman Khayalan". Sesosok karakter ciptaannya yang ditulisnya. Teman Khayalannya itulah ia kerap curhat dan mereka kerap meneman...
Selepas patah
213      173     1     
True Story
Tentang Gya si gadis introver yang dunianya tiba-tiba berubah menjadi seperti warna pelangi saat sosok cowok tiba-tiba mejadi lebih perhatian padanya. Cowok itu adalah teman sebangkunya yang selalu tidur pada jam pelajaran berlangsung. "Ketika orang lain menggapmu tidak mampu tetapi, kamu harus tetap yakin bahwa dirimu mampu. Jika tidak apa bedanya kamu dengan orang-orang yang mengatakan kamu...