Loading...
Logo TinLit
Read Story - DI ANTARA DOEA HATI
MENU
About Us  

Aroma karbol yang pekat khas rumah sakit tercium di sepanjang rumah sakit ini. Rumah sakit ini seolah tidak pernah sepi, karena di sinilah awal dan akhir dari kehidupan. Beberapa perawat dan pegawai rumah sakit lalu lalang di sepanjang koridor. Ada pula beberapa cleaning service yang sedang sibuk mengepel lantai.

Di pojok koridor yang sepi dari lalu lalang pasien dan pengunjung lain, seorang wanita berpakaian putih khas perawat di rumah sakit ini sedang berbicara dengan seorang pria. Tampaknya pembicaraan mereka sangat serius dan rahasia, karena sesekali wanita itu mengintip dan mengawasi area di sekitarnya, khawatir bila ada orang lain yang mendengar pembicaraan mereka.

“Apa kamu yakin? Ini bahaya, loh! Karir kita dipertaruhkan! Bisa-bisa kita di pecat dan nama kita di blacklist!”

Wanita itu berdecak kesal, “Iya, gue juga tahu tapi bagaimana lagi? Gue membutuhkan obat itu, gue nggak mau kehilangan dia. Please gue mohon!”

“Bener-bener udah gila lo! Lo boleh cinta sama dia, tapi nggak gini juga caranya. Apa lo nggak kasihan sama dia? Dia juga punya keluarga, punya ibu, punya saudara. Dia juga berhak untuk mengingat kembali ingatannya.”

Wanita itu sangat kesal mendengar berkali-kali penolakan dari orang itu. Dia menatapnya kesal, mata mulai membesar, dan napasnya mulai tersengal-sengal karena menahan emosi. Dia tidak ingin tujuannya berakhir sia-sia. Ambisinya untuk mendapatkan pria itu sangat besar. Apapun akan ia lakukan untuk mencapai ambisinya itu, bahkan ia rela mempertaruhkan karirnya yang selama ini diperoleh dengan susah payah.

“Jadi lo mau bantu gue atau nggak?” tanya wanita itu memaksa.

“Nggak Cantika! Gue nggak mau lagi terlibat. Gue nggak mau kehilangan pekerjaan karena ambisi lo yang gila itu!” 

“Ayolah!!”

“Cantika! Sadar dong! Lo itu udah dibutakan cinta. Nggak semua apa yang lo mau itu jadi kenyataan. Cepat atau lambat pasti ada yang mencurigai kita!”

Tanpa mereka ketahui, ada seseorang yang sedang menguping pembicaraan mereka dalam senyap. Orang itu mendengar semua apa yang mereka bicarakan.

“Siapa yang mencurigai kita? Nggak ada! Nggak ada yang tahu kalau obat itu sudah kita naikkan dosisnya. Bahkan dokterpun nggak tahu!”

Apa? Mereka menaikkan dosis obat itu? geram si penguping itu dalam hati.

“Pokoknya mulai detik ini gue sudah tidak sudi lagi berurusan dengan lo!” tegas orang itu dan langsung pergi meninggalkan Cantika yang sangat marah dan kecewa karena orang itu.

Orang itu terus mengomel di sepanjang jalan, kesal dengan permintaan Cantika yang menurutnya sudah keterlaluan.

“Kalau bukan karena sepupu gue udah habis lo gue bunuh!”

Si penguping itu masih bersembunyi di balik kegelapan, pandangan dan pendengarannya masih tajam seperti dulu. Karena ia merupakan penembak dan pengintai senyap terbaik.

Jadi ini alasannya yang membuatku kesulitan mengingat semua masa lalu. Dasar wanita licik! Ternyata hatinya tak secantik namanya. Sepertinya mulai sekarang aku harus waspada dengan wanita itu, kalau perlu aku harus berhenti minum obat itu apapun caranya.

Ternyata si penguping itu adalah Yudha. Pria itu mulai keluar dari persembunyiannya dan menatap orang itu yang sudah jauh berlalu dari jangkauan penglihatannya. Dia berencana untuk mengungkap kebenaran ini sendiri. Begitu banyak fakta yang wanita itu sembunyikan darinya.

Tak lama Cantika keluar dari tempat tersembunyi itu dan sangat terkejut melihat tubuh tegap berbalut seragam loreng tengah berdiri dengan posisi membelakangi. Kaki dan tangannya tiba-tiba bergetar, jantungnya berdetak cepat karena ketakutan. Di dalam hati ia bertanya-tanya, apakah Yudha mendengar apa yang mereka bicarakan? Kalau sampai Yudha mendengar semua habis sudah riwayatnya.

“Ma… Mas Yudha? Tumben kesini, ada apa?”

Yudha mendengar wanita itu memanggilnya, dia berusaha untuk tetap tenang seolah tidak mengetahui apa-apa walaupun dalam hati ingin rasanya memberi peringatan kepada gadis itu.

“Eh, Dek. Di sini rupanya, aku cari-cari nggak ketemu.”

“Mencariku? Untuk apa?” tanyanya. Yudha bisa merasakan gelagat mencurigakan dari sorot mata wanita yang berada di hadapannya itu.

“Ya, sebenarnya aku mau mengajakmu makan siang nanti di kantin. Sudah lama juga kan kita nggak makan siang bareng. Kamu mau kan?” ajak Yudha basa basi.

“Duh, gimana ya? Sebenarnya aku pingin banget, tapi kerjaanku lagi banyak. Akhir-akhir ini kasus demam berdarah lagi tinggi-tingginya. Bagaimana kalau lain waktu saja?”

Cantika merasa gugup, dia berusaha menolak halus ajakan Yudha untuk menutupi perasaannya.

“Apa bungkusan itu untuk ku?” tanya Cantika sambil menunjuk bungkusan yang Yudha bawa.

“Oh, ini? Iya, tadi pas mau ke sini aku ngelewatin nasi kuning favoritmu, jadi sekalian aku belikan. Nanti kamu makan, ya?” ucap Yudha sambil mengelus pelan kepala Cantika.

Sepertinya dia tidak mendengar apa yang tadi aku bicarakan syukurlah.

Cantika sedikit terperangah seakan tak percaya dengan perlakuan yang Yudha berikan. Sempat dia berpikir yang tidak-tidak tentangnya, tapi segera ia menepis pikiran itu.

“Mas baik banget, deh! Pasti Mas, pasti aku makan.”

Yudha berlalu meninggalkannya. Cantika mengelus dadanya, ia bisa bernapas lega karena Yudha sudah pergi. Dia tidak bisa membayangkan bagaimana bila Yudha mengetahui kebenaran yang sesungguhnya. Sudah pasti pria itu akan marah besar dan pasti akan meninggalkan dirinya. Dia tidak akan membiarkan itu terjadi, dia akan melakukan apapun untuk mendapatkan pria itu.

***

Satu persatu fakta baru mulai bermunculan, membuat Yudha sedikit banyak mengetahui apa yang sebenarnya terjadi. Mulai dari sekarang dia juga harus berhati-hati dengan gadis itu.

Ternyata apa yang dibicarakan para perawat itu memang benar adanya. Cantika dengan sengaja menambahkan dosis obat penenang. Pantas saja, ketika dia merasakan sakit kepala yang luar biasa akibat bersikeras untuk mengingat masa lalunya, Cantika selalu memberikan obat penenangnya itu.

Lebih baik aku berpura-pura meminum obat itu di hadapannya agar dia percaya kalau aku masih hilang ingatan.

Sesampainya di area parkir, ia sempat berpikir sebentar. Ada satu orang yang sepertinya bisa membantunya. Tapi, dia masih tidak yakin apakah orang tersebut bisa membantunya atau tidak.

“Hey! Serka Yudha!” sapa seseorang yang tiba-tiba menepuk bahunya.

Yudha terkejut dan memperhatikan kedua pria berseragam loreng yang menyapanya. Sedangkan kedua pria itu selalu melempar senyum ke arahnya.

“Siap! Saya Serka Yudha,” jawabnya dengan sikap hormat.

“Wah sudah lama sekali kita tidak bertemu,” salah satu dari mereka langsung memeluk Yudha.

Yudha merasa canggung dengan pelukan itu. Dia mencoba untuk mengingat-ingat kedua pria yang berada di hadapannya.

“KIta pernah bertugas bersama di Papua. Aku pikir kamu gugur di medan perang, syukurlah kamu selamat,” ucap pria yang bernama Malik, terlihat dari papan nama di dadanya.

“Benar, kami sempat sedih mengetahui kamu hilang. Ternyata mujizat Tuhan itu nyata adanya,” timpal pria yang satunya lagi.

“Alhamdulillah, atas izin-Nya aku masih bisa bernafas lagi,” jawab Yudha sembari tersenyum. Ia memang masih mengingat jelas peristiwa penembakan yang dialaminya saat ditugaskan ke Papua.

“Lalu bagaimana? Apa kamu sudah melamar kekasihmu itu?” tanya Malik yang membuat kening Yudha berkerut.

“Melamar? Melamar siapa?”

Malik dan rekannya, Anshar saling memandang bingung.

“Ya… ya melamar. Malam sebelum penembakan itu kamu sempat membuat video lamaran singkat. Bahkan kami berdua juga sempat membantumu. Apa kamu ingat?” jawab Anshar terbata-bata.

Yudha menatap mereka serius secara bergantian. Video lamaran? Apa aku sebelumnya sudah memiliki pacar?

“Aku tidak ingat apapun. Sebagian ingatanku hilang. Bahkan aku tidak ingat tentang video yang kalian katakan itu.”

“Begitukah?”

“Aku sudah berusaha untuk mengingat kembali, tapi yang ada kepalaku jadi semakin sakit,” jelasnya.

Kedua pria itu merasa kasihan dengan kondisi rekan sejawatnya. Mereka tidak menyangka bahwa insiden itu membuat Yudha kehilangan ingatannya.

***

Kemal dan Kanaya sedang sibuk memantau projek kliennya di daerah sekitar Depok. Gadis itu tampak sangat serius menjelaskan rancangan desain interiornya kepada para mandor di sini. Sedangkan Kemal sedang mengecek di bagian lain.

“Bagaimana? Apa ada kendala?” tanya Kemal yang langsung menghampirinya.

Kanaya menggeleng, “Nggak ada, sejauh ini semua aman terkendali.”

“Baguslah kalau begitu. Eum… sudah jam makan siang nih, bagaimana kalau kita makan siang dulu? Dengar-dengar di sekitar sini ada banyak tempat makan yang enak-enak. Bagaimana?” ajak Kemal sambil melirik ke arlojinya.

“Oh, sudah jam makan siang rupanya. Oke!”

Mereka berdua memutuskan untuk makan siang bersama. Dengan mengendarai motor sport milik Kemal, mereka berdua memilih untuk makan siang di salah satu tempat makan bergaya Korea di sekitar projek itu.

Kanaya tengah duduk sambil memilih menu yang disediakan. Sedari tadi dia hanya membolak-balikan menu dan belum memilih satupun. Kemal memperhatikan gadis itu dengan tatapan dan senyuman yang menggoda. Andai saja gadis itu memberinya kesempatan untuk mendekatinya, alangkah bahagianya dia.

“Kenapa kamu ngeliatin aku kayak gitu?”

Kemal tersenyum kecil, “Lagian kamu kelamaan milihnya.”

“Habisnya aku bingung mau pilih yang mana. kelihatannya semuanya enak-enak” celetuknya yang hanya bisa nyengir, memamerkan deretan giginya yang rapi.

“Ya sudah, samain sama punyaku saja.”

Kemal memberikan catatan pesanan kepada pelayan. Tiba-tiba saja ponsel Kanaya berbunyi, rupanya Reyhan memanggil.

“Hey, Rey!” sapa Kanaya. Melihat Kanaya sedang menerima telepon dari Reyhan, membuat raut wajahnya berubah masam. Sedikit rasa cemburu di hatinya, mengingat Reyhan yang semakin hari semakin dekat dengan Kanaya.

“Lagi apa kamu? Sudah makan siang?”

“Ini lagi makan siang, lagi nunggu pesanan.”

“Kamu makan siang sendirian?”

“Nggak, aku lagi makan siang bareng Kemal di dekat projek kantor. Bagaimana pekerjaan kamu di sana? Lancar kan?”

“Alhamdulillah lancar, ya sudah lanjutkan makan siangnya. Insya Allah nanti malam aku telpon kamu.”

Kanaya tersenyum, “Oke, aku tunggu!”

“Reyhan?” tanya Kemal.

“Iya. Dia lagi dinas di luar kota.”

“Hmm begitu rupanya.”

“Emangnya kenapa?” tanya kanaya heran.

“Kalau gitu aku punya kesempatan untuk mendekatimu dong,” ledek Kemal.

“Apaan sih!”

***

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Archery Lovers
5094      2107     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
The Sunset is Beautiful Isn't It?
2329      735     11     
Romance
Anindya: Jangan menyukai bunga yang sudah layu. Dia tidak akan tumbuh saat kamu rawat dan bawa pulang. Angkasa: Sayangnya saya suka bunga layu, meski bunga itu kering saya akan menjaganya. —//— Tau google maps? Dia menunjukkan banyak jalan alternatif untuk sampai ke tujuan. Kadang kita diarahkan pada jalan kecil tak ramai penduduk karena itu lebih cepat...
Violet, Gadis yang Ingin Mati
6691      1919     1     
Romance
Violet cuma remaja biasa yang ingin menikmati hidupnya dengan normal. Namun, dunianya mulai runtuh saat orang tuanya bercerai dan orang-orang di sekolah mulai menindasnya. Violet merasa sendirian dan kesepian. Rasanya, dia ingin mati saja.
Ludere Pluvia
1295      712     0     
Romance
Salwa Nabila, seorang gadis muslim yang selalu berdoa untuk tidak berjodoh dengan seseorang yang paham agama. Ketakutannya akan dipoligami adalah penyebabnya. Apakah doanya mampu menghancurkan takdir yang sudah lama tertulis di lauhul mahfudz? Apakah Jayden Estu Alexius, seorang pria yang tak mengenal apapun mengenai agamanya adalah jawaban dari doa-doanya? Bagaimanakah perjalanan kisah ...
Teman Berakhir (Pacar) Musuhan
797      482     0     
Romance
Bencana! Ini benar-benar bencana sebagaimana invasi alien ke bumi. Selvi, ya Selvi, sepupu Meka yang centil dan sok imut itu akan tinggal di rumahnya? OH NO! Nyebelin banget sih! Mendengar berita itu Albi sobat kecil Meka malah senyum-senyum senang. Kacau nih! Pokoknya Selvi tidak boleh tinggal lama di rumahnya. Berbagai upaya buat mengusir Selvi pun dilakukan. Kira-kira sukses nggak ya, usa...
A.P.I (A Perfect Imaginer)
187      160     1     
Fantasy
Seorang pelajar biasa dan pemalas, Robert, diharuskan melakukan petualangan diluar nalarnya ketika seseorang datang ke kamarnya dan mengatakan dia adalah penduduk Dunia Antarklan yang menjemput Robert untuk kembali ke dunia asli Robert. Misi penjemputan ini bersamaan dengan rencana Si Jubah Hitam, sang penguasa Klan Kegelapan, yang akan mencuri sebuah bongkahan dari Klan Api.
AUNTUMN GARDENIA
164      143     1     
Romance
Tahun ini, dia tidak datang lagi. Apa yang sedang dia lakukan? Apa yang sedang dia pikirkan? Apakah dia sedang kesulitan? Sweater hangat berwarna coklat muda bermotif rusa putih yang Eliza Vjeshte kenakan tidak mampu menahan dinginnya sore hari ini. Dengan tampang putus asa ia mengeluarkan kamera polaroid yang ada di dalam tasnya, kemudian menaiki jembatan Triste di atas kolam ikan berukura...
Mendung (Eccedentesiast)
9313      2304     0     
Romance
Kecewa, terluka adalah hal yang tidak bisa terhindarkan dari kehidupan manusia. Jatuh, terpuruk sampai rasanya tak sanggup lagi untuk bangkit. Perihal kehilangan, kita telah belajar banyak hal. Tentang duka dan tentang takdir yang kuasa. Seiring berjalannya waktu, kita berjalan maju mengikuti arah sang waktu, belajar mencari celah kebahagiaan yang fana. Namun semesta tak pernah memihak k...
Hyeong!
210      183     1     
Fan Fiction
Seok Matthew X Sung Han Bin | Bromance/Brothership | Zerobaseone "Hyeong!" "Aku bukan hyeongmu!" "Tapi—" "Seok Matthew, bisakah kau bersikap seolah tak mengenalku di sekolah? Satu lagi, berhentilah terus berada di sekitarku!" ____ Matthew tak mengerti, mengapa Hanbin bersikap seolah tak mengenalnya di sekolah, padahal mereka tinggal satu rumah. Matthew mulai berpikir, apakah H...
The Alpha
2197      966     0     
Romance
Winda hanya anak baru kelas dua belas biasa yang tidak menarik perhatian. Satu-satunya alasan mengapa semua orang bisa mengenalinya karena Reza--teman masa kecil dan juga tetangganya yang ternyata jadi cowok populer di sekolah. Meski begitu, Winda tidak pernah ambil pusing dengan status Reza di sekolah. Tapi pada akhirnya masalah demi masalah menghampiri Winda. Ia tidak menyangka harus terjebak d...