Loading...
Logo TinLit
Read Story - DI ANTARA DOEA HATI
MENU
About Us  

“Kamu yakin nggak mau aku antar pulang?” Sekali lagi, Kemal menawarkan diri untuk mengantar Kanaya pulang. Kepergian Reyhan ke luar kota memberinya kesempatan untuk mencoba mendekati Kanaya. Walaupun dia tahu, bahwa Reyhan berencana melamar gadis incarannya itu.

“Terima kasih. Aku bisa pulang sendiri, kok. Lain waktu saja.” Kanaya tersenyum kecil menolak halus ajakan pria berhidung mancung itu.

“Pepet terooosss!” tiba-tiba David muncul dari dalam kantor mencolek pinggang Kemal seraya meledeknya.

“Eh, David! Awas lo! Gue timpuk nih pake helm!” kesalnya dan segera mengambil ancang-ancang untuk melempar David dengan helmnya. David tertawa melihat ekspresi Kemal, sedangkan Kanaya menahan tawanya melihat tingkah kedua rekan kerjanya itu.

“Jangan dengerin dia, Nay! Sesat dia!” ejek Kemal.

Kanaya tersenyum sesekali terkekeh kecil, membuat Kemal menjadi salah tingkah, dan menggaruk belakang kepalanya yang tidak gatal itu.

“Kalau gitu aku pulang duluan, kamu hati-hati di jalan.”

Kanaya mengangguk, “Iya, kamu juga.”

Kemal berjalan pelan menuju tempat parkir. Sesekali dia menoleh ke arah belakang untuk memperhatikan gadis itu yang masih mengutak atik ponselnya. Lelaki itu terkekeh dan menggelengkan kepala. Tersenyum sendiri, ada sesuatu yang menggelitik di hatinya.

***

Sedari tadi Kanaya sibuk memperhatikan layar ponselnya, dia terus memantau pergerakan ojek online yang belum juga berubah posisi dari GPS-nya. Sedangkan langit semakin gelap, ditambah jalanan Ibukota di jam pulang kerja seperti ini pasti macet. Sudah tentu dia akan pulang telat malam ini.

Kanaya berdecak kesal, sesekali menggerutu. Ojek online itu belum juga tiba, sementara kantor mulai sepi karena seluruh karyawan sudah pulang. Tiba-tiba saja sebuah motor besar berhenti tepat di hadapannya. Membuatnya terkejut dan ketakutan, ia takut akan terjadi hal buruk seperti dulu. Dia harus selalu waspada karena tindak kejahatan di kota ini semakin brutal saja. Bisa saja orang itu hendak berbuat jahat padanya.

Kanaya yang merupakan mantan atlet Taekwondo bersiap-siap mengambil ancang-ancang apabila orang itu mulai berbuat jahat.

Orang aneh itu mulai membuka helm full facenya. Sontak itu membuat Kanaya membulatkan kedua bola matanya, mulutnya menganga saat tahu pengendara motor tersebut adalah Yudha.

“Mas Yudha?”

“Hai!” sapa pria itu dengan senyum manisnya, membuat kedua cekungan di pipinya terlihat jelas.

Kanaya tak percaya, Yudha mendatanginya, padahal ia sama sekali tidak meminta untuk menjemput.

“Mas kok ke sini?”

“Kenapa? Kamu nggak suka ya? Aku ke sini mau jemput kamu lah,” jawab Yudha santai masih dengan senyum manisnya tanpa mempedulikan Kanaya yang keheranan.

“Nggak usah repot-repot begini. Aku bisa pulang sendiri, kok,” kilah Kanaya berusaha untuk menolak ajakannya dengan halus.

“Yakin? Ojek online yang kamu pesan aja belum datang, kan?” tebak Yudha.

“Ah, Eh. Iya.”

Yudha terkekeh kecil melihat ekspresi lugu gadis itu. Lucu dan menggemaskan.

“Di jam pulang kantor seperti sekarang ini jalanan pasti macet. Mau sampai jam berapa kamu? Aku khawatir kamu kenapa-kenapa nanti. Jadi, aku mutusin buat jemput kamu.”

Kanaya sampai tidak percaya mendengar alasan pria satu ini. Satu hal yang tak pernah hilang dari diri pria itu walau ingatannya belum sepenuhnya pulih yaitu sifat kepeduliannya.

Ternyata dia masih sama seperti dulu.

“Dek?” Yudha mengibaskan tangannya di depan wajah cantik itu. Kanaya pun tersadar dari lamunannya.

“Eh, iya. Duh, aku jadi ngerepotin. Aku jadi nggak enak sama Cantika.”

Ya, meski begitu Kanaya masih menghargai Cantika, karena wanita itu masih menjadi kekasih Yudha sekarang.

Mimik wajah Yudha berubah ketika mendengar nama itu disebut.

“Dia sudah pulang bareng teman kerjanya. Aku menelponnya tadi. Sudah kamu jangan pikirin itu, aku nggak merasa direpotkan, kok. Ya sudah, keburu malam nih,” ajak Yudha.

Dengan berat hati Kanaya menaiki motor sport itu, motor yang hampir sama dengan motor kesayangan Yudha dulu. Seketika ia teringat kembali dengan memori masa lalu ketika pertama kali berboncengan dengan Yudha. Parfumnya yang khas begitu menusuk ke dalam indera penciumannya,

Ya Tuhan, andai saja aku bisa, ingin sekali memeluknya erat. Kapan ingatanmu kembali, Mas? Apa tidak ada sedikit yang kamu ingat tentangku? Tak tahukah kamu bahwa aku di sini begitu tersiksa karena merindukanmu?’ tangisnya dalam hati.

Tanpa terasa buliran bening air mata mulai jatuh dari sudut mata indahnya. Kerinduan terhadap Yudha semakin meluap tatkala pria itu memintanya untuk merangkul pinggangnya karena ia hendak menancap gas untuk menerobos kemacetan.

***

Di sepanjang perjalanan mereka berdua tenggelam dalam diam, sibuk dengan pikiran masing-masing.

Ya Tuhan, bantu aku untuk mengingat kembali semuanya. Aku hanya ingin tahu siapa wanita ini? Kenapa perasaanku mengatakan kalau gadis ini memiliki sesuatu yang berharga terhadapku. Oh God, please!

Yudha masih mengingat perkataan Anshar di parkiran rumah sakit tadi pagi, tentang dirinya yang membuat video untuk melamar kekasihnya. Tetapi, mengapa sosok Kanaya malah tergambar di pikirannya saat mendengar video lamaran itu? Apa hubungan gadis itu dengan video lamaran?

Kanaya berdecak sebal. Apa yang dikatakan Yudha memang benar, jalanan saat ini sudah padat merayap. Kalau saja dia menolak ajakannya mungkin saat ini dia masih terjebak macet.

Yudha benar-benar melajukan motornya dengan kencang. Sehingga, tidak sampai satu jam dia sudah berada di sekitar kawasan Cijantung. Hawa dingin yang begitu menusuk tulang membuat mereka singgah sebentar ke warung bakso yang berada di pinggir jalan, 

“Kita makan bakso dulu, ya? Mas yang traktir,” ajak Yudha. Kanaya tersenyum mengiyakan.

Kamu pun masih ingat dengan makanan favorit kita, Mas.

Yudha segera memesan dua mangkuk bakso dan dua gelas teh manis panas untuk minumannya.

“Nggak apa-apa kan kalau kita makan dulu di sini? Udara di sekitar sini dingin banget bikin perutku keroncongan, kamu juga belum makan malam, kan?”

Kanaya mengangguk kecil. Ingin menolak tapi rasa lapar yang luar biasa tidak dapat dipungkiri.

Tak lama pesanan mereka datang. Kepulan asap putih meninggi ke udara yang menandakan bahwa bakso tersebut masih panas, sangat cocok disantap di malam yang dingin seperti ini. Sungguh, bakso ini sangat menggugah selera makan mereka.

Tentang bakso, dia juga masih ingat bagaimana Kanaya dimarahi oleh Yudha saat menuangkan banyak sambal ke dalam bakso. Akhirnya tercetus di pikiran gadis itu untuk mencoba membuat Yudha mengingat kembali ingatannya tentang dirinya. Gadis itu langsung saja menuangkan beberapa sendok sambal ke dalam kuah baksonya. 

“Dek! Jangan banyak-banyak nanti perutmu sakit! Mas kan sudah sering bilang jangan kebanyakan nuangin sambalnya!” Spontan tangan Yudha langsung menggenggam kuat pergelangan tangan Kanaya yang masih menuangkan satu sendok sambal lagi. Terhitung sudah lima sendok kecil sambal yang Kanaya tuangkan.

Seketika Yudha diam terpaku, pandangannya kosong menatap mangkuk sambal itu lalu beralih menatap Kanaya. Raut wajah Kanaya berubah terkejut, jantungnya berdegup kencang, dan dia mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi kepada pria dihadapannya ini. Sementara Yudha seolah merasakan dejavu. Potongan-potongan ingatan masa lalunya kembali muncul, membuat kepalanya kembali terasa pusing dan merintih kesakitan.

Apa yang aku lakukan? Mengapa aku melakukan hal konyol seperti ini. Tetapi, bagaimana kalau dia mengingatnya, barusan dia berkata sama persis seperti waktu itu.

“Auch! Kepalaku!” Yudha meringis kesakitan karena efek memori masa lalunya yang kembali muncul. Kanaya bergegas mengambilkan teh hangat yang berada di dekatnya.

“Mas kenapa?” tanya Kanaya khawatir, Kanaya tidak pernah melihat kondisi Yudha kesakitan seperti ini.

“Ke–kepalaku sedikit pusing. Sepertinya aku pernah mengalami situasi ini. Kamu suka makan pedas?” Kanaya mengangguk pelan dengan kening yang berkerut sedikit cemas.

“Entah kenapa setiap aku berusaha mengingat masa lalu malah kepalaku sering sakit begini.” 

“Apa Mas membawa obat pereda nyeri? Kalau bawa, Mas harus segera meminumnya agar rasa pusingnya berkurang.”

“I–iya aku selalu membawanya. Tapi, aku memang sengaja untuk tidak meminumnya. Aku mau ingatanku cepat pulih,” ujarnya.

“Bukannya itu malah membuat kepalamu jadi semakin pusing?”

Kanaya merasa bersalah memiliki ide seperti itu, hanya untuk membuat ingatan pria itu cepat kembali. Ternyata hasilnya berlawanan, semakin Yudha berusaha untuk mengingatnya semakin sering pula rasa pusing yang ia rasakan.

“Kamu jangan cemas, aku baik-baik saja.”

*****

“Alhamdulillah. Bakso di sini ternyata enak juga, ya? Kamu sering makan di sini?” tanya Yudha seraya membersihkan bibirnya dari sisa makanan.

Gadis cantik itu tersenyum, “Iya, bakso di sini memang terkenal paling enak. Aku juga sering makan di sini bersama Reyhan.”

Kanaya mendadak terdiam, matanya melotot dan napasnya terasa tertahan di tenggorokan, dia telah salah bicara, mengucapkan nama Reyhan dihadapannya.

Yudha tersenyum kecil mendengar jawaban darinya. Ada perasaan aneh yang mengganjal di hati Yudha ketika Kanaya mengucapkan nama Reyhan. Seolah hatinya seperti tidak suka mendengar nama itu.

“Apa aku dulu mengenal baik dengan Reyhan? Kamu bisa jelasin nggak?”

“Duh, gimana ya?” Kanaya merasa gelisah dengan permintaan Yudha. Berkali-kali dia membuang muka saat Yudha mulai menatapnya. Kanaya mulai menggigit bibir bawahnya, bola matanya bergerak cepat, berkali-kali dia memainkan sendok di tangannya karena merasa gugup.

Tiba-tiba Yudha meraih tangannya dan menggenggamnya, membuat gadis itu semakin salah tingkah. Apa lagi sorot mata tajamnya itu bagai sebilah pedang yang menusuk sanubarinya.

“Tolong bantu aku untuk mengembalikan ingatanku. Aku merasa kalau kamu tahu segalanya tentangku, Dek!”

Membantumu mengingat kembali? Bagaimana jika ingatanmu pulih dan mengetahui kenyataan yang sesungguhnya bahwa aku dan Reyhan akan segera menikah, Mas?

Please!” Jantung Kanaya berdetak kencang tak karuan. Remasan tangannya masih kuat seperti dulu. Tidak ada yang berubah darinya, hanya waktu dan keadaanlah yang tak sama.

Akhirnya dengan terpaksa Kanaya mengangguk mengiyakan,

Rona bahagia terpancar dari wajah Yudha yang tampan. Senyum manisnya mulai mengembang, memperlihatkan dua cekungan di setiap sisi pipinya. Setelah itu mereka bersiap melanjutkan perjalanan lagi.

***

“Nay? Handphone mu sedari tadi bunyi terus, tuh!” panggil Anita yang sedang menidurkan Kalundra.

Kanaya bergegas mengambil handphone yang berada di samping nakas dekat ruang TV. Dia tersenyum ketika melihat siapa yang menelponnya.

“Pasti dari ayang mbeb, kan?”

“Iya. Reyhan menelpon, aku angkat telpon dulu.”

Lalu, dia berjalan menuju teras depan rumah. Foto profil Reyhan muncul menghiasi layar ponselnya. 

“Lama amat sih ngangkatnya? Sengaja ya?” kesal Reyhan di seberang sana, sementara Kanaya terkekeh kecil seraya meledek.

“Maaf aku cuma bercanda, kok. Jangan marah gitu dong! Aku baru saja pulang kerja, habis mandi makanya baru angkat telpon mu.”

“Jam segini kamu baru pulang?” Reyhan terkejut.

“Iya, jarak dari kantor ke rumah Anita tuh jauhnya. Apa lagi di jam pulang kantor pasti macet.”

“Kamu di rumah Anita?”

“Iya, aku menginap sampai kalian pulang. Bagaimana pekerjaanmu di sana?”

“Alhamdulillah lancar, hanya ada beberapa masalah kecil, tapi semua sudah aman terkendali, kok.”

“Syukurlah kalau begitu,” ucap Kanaya.

Mereka terdiam sebentar, hembusan angin malam yang dingin membuat Kanaya melipat kedua lutut ke dadanya.

“Nay?”

“Ya, Rey.”

“Apa kamu bahagia bersamaku?”

Deg!

Kanaya sangat terkejut mendengar pertanyaan Reyhan. Baru kali ini Reyhan menanyakan hal seperti itu.

“Kok kamu ngomong kayak gitu?”

Terdengar Reyhan menarik napasnya dalam-dalam dan membuangnya pelan.

“Apa kamu tahu? Sekarang ini langit di tempatku sangat cerah, bulan pun terlihat sangat indah sekali bulat sempurna, cahayanya yang terang bersinar. Kalau aku sedang merindukanmu, aku selalu memandang bulan, karena wajahmu tiba-tiba muncul disana.”

“Mulai deh ngegombal,” ledek Kanaya yang bosan mendengar Reyhan yang acap kali berlagak puitis.

“Aku nggak lagi ngegombal, aku serius loh!”

Kanaya tertawa mendengarnya. Tanpa dia ketahui, jauh didalam lubuk hatinya dia merasa bahwa gadis itu belum sepenuhnya move on dari masa lalunya. Reyhan merasa di hati Sang Kekasih masih ada Yudha dan segala masa lalu mereka.

“Nay? Kamu belum tidur, kan?”

“Belum.”

“Apa kamu serius ingin menikah denganku?” tanya Reyhan.

“Reyhan? Kamu sedari tadi bicara apa, sih? Kamu ngeraguin aku?” Kanaya berbalik tanya, Ia tidak habis pikir dengan pertanyaan-pertanyaan calon suaminya.

“Aku merasa, kalau aku tidak baik untukmu.”

Mereka kembali terdiam. Desiran angin malam berhembus membelai wajahnya. Dinginnya angin malam begitu menusuk tulang. Tapi bukan itu, perasaannya kepada Reyhan yang membuat hatinya bimbang. Bimbang hingga kebingungan untuk menjawab pertanyaan Reyhan.

***

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rekal Rara
13619      3826     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. ▪▪▪ Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
Tumpuan Tanpa Tepi
11843      3205     0     
Romance
Ergantha bercita-cita menjadi wanita 'nakal'. Mencicipi segala bentuk jenis alkohol, menghabiskan malam bersama pria asing, serta akan mengobral kehormatannya untuk setiap laki-laki yang datang. Sialnya, seorang lelaki dewasa bermodal tampan, mengusik cita-cita Ergantha, memberikan harapan dan menarik ulur jiwa pubertas anak remaja yang sedang berapi-api. Ia diminta berperilaku layaknya s...
Archery Lovers
5094      2107     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
PATANGGA
928      624     1     
Fantasy
Suatu malam ada kejadian aneh yang menimpa Yumi. Sebuah sapu terbang yang tiba-tiba masuk ke kamarnya melalui jendela. Muncul pula Eiden, lelaki tampan dengan jubah hitam panjang, pemilik sapu terbang itu. Patangga, nama sapu terbang milik Eiden. Satu fakta mengejutkan, Patangga akan hidup bersama orang yang didatanginya sesuai dengan kebijakan dari Kementerian Sihir di dunia Eiden. Yumi ingin...
ASA
5501      1714     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...
Memories About Him
4427      1853     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
Unlosing You
485      338     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
Pria Malam
1150      685     0     
Mystery
Semenjak aku memiliki sebuah café. Ada seorang Pria yang menarik perhatianku. Ia selalu pergi pada pukul 07.50 malam. Tepat sepuluh menit sebelum café tutup. Ia menghabiskan kopinya dalam tiga kali tegak. Melemparkan pertanyaan ringan padaku lalu pergi menghilang ditelan malam. Tapi sehari, dua hari, oh tidak nyaris seminggi pria yang selalu datang itu tidak terlihat. Tiba-tiba ia muncul dan be...
Percayalah , rencana Allah itu selalu indah !
165      124     2     
True Story
Hay dear, kali ini aku akan sedikit cerita tentang indahnya proses berhijrah yang aku alami. Awal mula aku memutuskan untuk berhijrah adalah karena orang tua aku yang sangat berambisi memasukkan aku ke sebuah pondok pesantren. Sangat berat hati pasti nya, tapi karena aku adalah anak yang selalu menuruti kemauan orang tua aku selama itu dalam kebaikan yaa, akhirnya dengan sedikit berat hati aku me...
My World
803      536     1     
Fantasy
Yang Luna ketahui adalah dirinya merupakan manusia biasa, tidak memiliki keistimewaan yang sangat woah. Hidup normal menyelimutinya hingga dirinya berusia 20 tahun. Sepucuk surat tergeletak di meja belajarnya, ia menemukannya setelah menyadari bahwa langit menampilkan matahari dan bulan berdiri berdampingan, pula langit yang setengah siang dan setengah malam. Tentu saja hal ini aneh baginya. I...