Loading...
Logo TinLit
Read Story - Highschool Romance
MENU
About Us  

Senin pagi yang cerah, cocok sekali untuk memulai Ujian Akhir Semester. Raut wajah tertekan terlihat jelas di wajah siswa yang sangat mengutuk adanya pelajaran hitung-hitungan yang disertai logika, seperti Fisika, Matematika, sampai Kimia.

Kaivan bahkan sudah menyerah dari jauh hari sebelum ujian dimulai. Bayangan mengenai soal-soal yang pernah Naufal berikan, beserta semua penjelasan teori Fisika dan Kimia yang Naufal paparkan. Kejadian mengerikan itu masih terekam jelas dalam benak Kaivan. Ia muak dengan semua soal berbau angka, hitungan, dan teori logika.

Di tengah terik matahari pagi yang menemani kegiatan upacara  yang baru berlangsung selama 5 menit ini, Sudah cukup banyak siswa mulai berbisik. Mereka bertanya-tanya tentang jenis soal apa yang mereka dapati nanti. Dari gossip yang beredar, dengar-dengar guru membuat 3 paket soal berbeda untuk satu mata pelajaran.

Naufal yang mendengar bisikan-bisikan anonim dari kelas sebelah, terkekeh, “Kalau lagi beruntung pasti dapat yang gampang. Ah, tapi kalau aku sih sama aja rasanya.”

Tetapi Kaivan menolak keras opini Naufal barusan dengan jeritan kecil. Membuat beberapa orang yang berdiri di dekat mereka serentak menyuruh diam.

Setelah 10 menit berlalu, Naufal mulai uring-uringan. Pemuda itu tidak suka panas-panasan. Tersengat panas secara langsung membuat pikirannya menjadi kacau.

Ketika dia berbalik menghadap ke belakang, Naufal mendapati Rafan yang tengah meneguk air minum.

Sedikit informasi, sekolah ini memperbolehkan siswa untuk membawa air minum ketika upacara. Semua upaya dilakukan SMA Grand Stellar demi mengurangi jumlah siswa yang bolos ke UKS hanya karena merasa kepanasan dan dehidrasi. Lebih tepatnya, seksi kesehatan tampak muak mengangkat murid lain yang berpura-pura pingsan supaya bisa berteduh di ruang ber-AC UKS dan mendapat minum gratis.

“Mau?” tanya Rafan.

Namun, alih-alih memberikan botol minum yang dipegang. Rafan malah meneguk habis airnya sambil mengelus tenggorokan. “Ah, nikmat…” goda Rafan seraya tertawa mengejek.

Kaivan sadar kalau sebentar lagi mereka akan cekcok. Daripada kena teguran lagi, Kaivan memutuskan segera memberi Naufal botol minum biru miliknya yang lebih besar dari botol milik Rafan.

Setidaknya dengan begitu mereka bertiga tidak terkena masalah sebelum ujian mulai.

***

Bisa-bisanya di hari pertama ujian, Ileana malah bangun kesiangan. Mungkin ini karena semalaman ia asik menulis jurnal.

Benar, jurnal. Alih-alih menulis jurnal untuk belajar, Ileana malah sibuk membuat jurnal yang berisikan tentang mengapresiasi Rafan. Tanpa satu hari pun Ileana lewati dalam mengisi jurnal tersebut.

‘Aduh, seenggaknya kalau suka sama Rafan, aku jadi lebih produktif dari biasa. Walau bukan produktif belajar sih,’ batin Ileana.

Ibu Ileana, Emily Florensia, hanya bisa menggeleng-geleng pasrah melihat anak perempuannya telat pada hari pertama Ujian Akhir Semester.

“Lea, itu rambutmu kok belum disisir sih? Berantakan sekali,” tegur ibunya sambil mempersiapkan baju kerja sang suami.

“Sudah disisir kok, Bu,” balas Ileana masih sibuk mengunyah nasi goreng mentega buatan sang Ibu.

“Masa, ah? Pakai apa coba?” Emily mendadak mengintrogasi Ileana.

Suara batuk terdengar dari mulut sang gadis, ternyata ia tersedak. Dengan segera, gadis itu mengambil air munum, lalu menjawab interogasi si Ibu. “Pakai sisir lah, Bu. Memang pakai apa lagi?”

“Sudah ya, Bu. Lea mau jalan dulu. Telat banget ini!” pamit Ileana bergegas mencium tangan Emily, lalu berlari keluar rumah, dan segera mengambil sepedanya.

Hari ini menjadi hari tersial bagi Ileana. Sudah bangun kesiangan, tiba-tiba ibunya mengintrogasi hal yang mungkin tidak perlu diperdebatkan terlalu serius, buruknya lagi, ujian hari ini terdiri dari mata pelajaran Fisika dan Bahasa Indonesia. Semakin memancing rasa panik dalam hati Ileana.

Dengan kecepatan tinggi, Ileana mengayuh pedal. Semoga saja gadis itu tidak melewati jam pertama ujian.

***

Rafan membolak-balikkan soal ujian. Tidak disangka kalau kisi-kisi yang Rafan pelajari sehari sebelum ujian, ternyata keluar di paket soal yang ia dapatkan.

Pulpennya mulai bergerak mengisi tiap soal yang mudah lebih dulu. Rafan memiliki prinsip, kalau yang susah dulu dikerjakan, nanti sisa waktu ujian malah terbuang percuma.

Melihat banyak tipe soal mudah yang Rafan dapat, seketika membuat pemuda itu berimajinasi kalau ia mampu menempati peringkat satu kali ini dan mengalahkan Naufal.

Setelah selesai mengerjakan sebagian, Rafan beralih ke soal yang sedikit sulit.

Di soal kali ini, pemuda itu memerlukan penggaris. Mengingat guru fisika kelas XI-IPA 1 suka mengurangi nilai kalau lembar kerja ujiannya kotor dan tidak rapih.

Ya, guru satu itu memang sangat anti dengan tip-x. Bisa-bisa dikira tidak belajar di hari sebelumnya karena dianggap ragu ketika mengisi lembar jawaban. Padahal kalau menurut Rafan, salah tulis itu termasuk human error, bukan murni tidak bisa menjawab. Sekali lagi, itu kalau menurutnya.

Melihat salah satu soal memerlukan penggaris, sang pemuda segera membuka tas, Rafan mendapati dua buah penggaris di dalam tas. Satunya adalah penggaris yang biasa ia bawa, dan satu lagi penggaris yang biasa ia letakkan di meja belajar.

‘Ceroboh banget sih kamu, Rafan!’ batinnya sambil merutuki kebodohan yang dia lakukan.

‘Pantas saja semalam penggaris di meja belajar tidak ada,’ lanjut Rafan sambil mengambil salah satu penggaris.

 Rafan melihat pintu kelas terbuka. Matanya menangkap sosok Ileana yang sedang panik dan kebingungan. Sekilas ia mendengar kalau gadis itu membutuhkan penggaris.

Sebelum guru pengawas ujian bertanya, apakah ada siswa yang membawa dua penggaris, Rafan sudah berjalan lebih dulu mendekati Ileana.

“Kamu butuh penggaris, ya?” tanya Rafan.

Ileana mengangguk sambil menjawab, “Iya, aku telat terus pas sampai baru sadar penggarisku ketinggalan….”

Sadar dirinya terlalu bertele-tele, Ileana langsung meminta maaf, “Aduh. Maaf, agak too much information! “

Rafan tertawa kecil. Tangan kanannya menyodorkan penggaris besi.

“Nih, aku kebetulan bawa dua. Pake aja dulu, ya. Balikinnya bisa nanti-nanti, kok,” ujar Rafan sambil menaruh penggaris besinya di tangan Ileana.

Gadis itu langsung berterima kasih berkali-kali kepada Rafan karena sudah menyelamatkan harinya. Tentu saja, sebagai teman sekelas yang baik, Rafan harus membantu, kan?

***

Naufal menatapi Ileana yang tidak berhenti tersenyum. Masalahnya, sepupunya ini sudah tersenyum sejak awal mengerjakan Fisika sampai selesai, dan masih berlanjut. Bahkan tertawa-tawa sendiri.

Bukan apa-apa, Naufal hanya takut Ileana dikira orang gila. Itu saja.

Sedangkan Kaivan langsung tahu penyebab Ileana menjadi seperti ini. Iya, secara tidak langsung Kaivan lagi-lagi menjadi saksi budak cinta Ileana ke teman sekelasnya. Siapa lagi kalau bukan Rafan.

“Ileana, bangun… Ileana! Aku tidak tahu seberapa susah soal yang kamu dapat, tapi jangan jadi gila dulu, Ileana!” bisik Naufal berusaha menyadarkan Ileana yang masih tertawa kecil.

Kaivan yang duduk di belakang Naufal pun memajukan punggung sebelum berbisik, “Dia tuh salting sebenernya. Tadi habis dipinjemin sesuatu sama Rafan,” jelas Kaivan sambil mengulum senyum.

Kedua mata Naufal membelalak. “ILEANA DIPINJEMIN SESUATU?”

Semua mata langsung tertuju pada Naufal. Guru pengawas pun yang semula diam hanya menatap layar ponsel sampai berdiri dari duduk. “Ada apa Naufal? Apa kamu melihat Ileana mendapat kertas contekan?”

Tersangka yang dituduh secara sepihak oleh guru langsung menunjukkan raut bingung dan melempar tatapan penuh kekesalan pada Naufal.

Sadar kalau ia kelepasan, Naufal langsung menggeleng, “Tidak, Pak… bukan.”

“Lalu kenapa kamu menyebut Ileana dipinjamkan sesuatu?” desak Pak Guru.

“Itu…” Naufal mencoba memutar otak. Hal apa yang mungkin terdengar masuk akal bagi orang dewasa. “Tadi Kaivan cerita kalau dia lihat mama saya meminjamkan buku merah besar yang dari ciri-cirinya saya rasa seperti buku Teori Kuantum milik saya, Pak. Saya cukup terkejut karena… Bapak tahu sendiri, kan… Ileana tidak mungkin membaca buku seperti itu.” Kebohongan sempurna itu ditutup oleh senyum ramah.

“Jadi kamu kerja sama dengan Kaivan selama ujian?”

Jelas bukan respon ini yang Naufal harap.

“Bukan Pak… bukan. Ya masa saya kerja sama dengan Naufal. Ih si Bapak mah suka gitu deh,” Naufal coba melemparkan candaan pada guru itu.

“Kalau kamu sudah selesai mengerjakan, segera keluar dari ruangan. Jangan membuat keributan dan mengganggu siswa lain yang masih harus berkonsentrasi mengerjakan ujian.”

Naufal mengangkat lembar ujiannya, “Sisa 2 nomor lagi yang esai, Pak.” Senyum Naufal tampak semakin lebar. Sementara Kaivan di belakang hanya bisa membenamkan wajah di atas meja dengan kedua tangan yang sibuk menutupi mulut agar ia tidak kelepasan tertawa.

“Kerjakan di sebelah saya. Kalau sudah segera keluar!” tegas sang Guru yang disambut dengan senyuman Naufal yang perlahan membawa lembar ujian beserta peralatan tulisnya ke meja guru.

Selama berjalan, ia bisa melihat tatapan tajam Ileana. Bibir mungil gadis itu bahkan jelas mengucapkan, ‘Mampus!’ tanpa mengeluarkan suara.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kisah Kemarin
7586      1762     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...
Rumah (Sudah Terbit / Open PO)
4057      1527     3     
Inspirational
Ini bukan kisah roman picisan yang berawal dari benci menjadi cinta. Bukan pula kisah geng motor dan antek-anteknya. Ini hanya kisah tentang Surya bersaudara yang tertatih dalam hidupnya. Tentang janji yang diingkari. Penantian yang tak berarti. Persaudaraan yang tak pernah mati. Dan mimpi-mimpi yang dipaksa gugur demi mimpi yang lebih pasti. Ini tentang mereka.
Ludere Pluvia
1295      712     0     
Romance
Salwa Nabila, seorang gadis muslim yang selalu berdoa untuk tidak berjodoh dengan seseorang yang paham agama. Ketakutannya akan dipoligami adalah penyebabnya. Apakah doanya mampu menghancurkan takdir yang sudah lama tertulis di lauhul mahfudz? Apakah Jayden Estu Alexius, seorang pria yang tak mengenal apapun mengenai agamanya adalah jawaban dari doa-doanya? Bagaimanakah perjalanan kisah ...
START
323      217     2     
Romance
Meskipun ini mengambil tema jodoh-jodohan atau pernikahan (Bohong, belum tentu nikah karena masih wacana. Hahahaha) Tapi tenang saja ini bukan 18+ πŸ˜‚ apalagi 21+πŸ˜† semuanya bisa baca kok...πŸ₯° Sudah seperti agenda rutin sang Ayah setiap kali jam dinding menunjukan pukul 22.00 Wib malam. Begitupun juga Ananda yang masuk mengendap-ngendap masuk kedalam rumah. Namun kali berbeda ketika An...
Dua Puluh Dua
452      250     2     
Short Story
Kehidupan Rion berubah total di umurnya yang ke dua puluh dua. Dia mulai bisa melihat hal-hal yang mengerikan. Kehadiran Krea di hidupnya membuat Rion jauh lebih baik. Tapi Rion harus menyelesaikan misi agar dirinya selamat.
Looking for J ( L) O ( V )( E) B
2271      929     5     
Romance
Ketika Takdir membawamu kembali pada Cinta yang lalu, pada cinta pertamamu, yang sangat kau harapkan sebelumnya tapi disaat yang bersamaan pula, kamu merasa waktu pertemuan itu tidak tepat buatmu. Kamu merasa masih banyak hal yang perlu diperbaiki dari dirimu. Sementara Dia,orang yang kamu harapkan, telah jauh lebih baik di depanmu, apakah kamu harus merasa bahagia atau tidak, akan Takdir yang da...
Drifting Away In Simple Conversation
467      318     0     
Romance
Rendra adalah seorang pria kaya yang memiliki segalanya, kecuali kebahagiaan. Dia merasa bosan dan kesepian dengan hidupnya yang monoton dan penuh tekanan. Aira adalah seorang wanita miskin yang berjuang untuk membayar hutang pinjaman online yang menjeratnya. Dia harus bekerja keras di berbagai pekerjaan sambil menanggung beban keluarganya. Mereka adalah dua orang asing yang tidak pernah berpi...
Dream Space
692      429     2     
Fantasy
Takdir, selalu menyatukan yang terpisah. Ataupun memisahkan yang dekat. Tak ada yang pernah tahu. Begitu juga takdir yang dialami oleh mereka. Mempersatukan kejadian demi kejadian menjadi sebuah rangakaian perjalanan hidup yang tidak akan dialami oleh yang membaca ataupun yang menuliskan. Welcome to DREAM SPACE. Cause You was born to be winner!
My Soulmate Coco & Koko
6842      2069     0     
Romance
Menceritakan Isma seorang cewek SMA yang suka dengan hewan lucu yaitu kucing, Di hidupnya, dia benci jika bertemu dengan orang yang bermasalah dengan kucing, hingga suatu saat dia bertemu dengan anak baru di kelasnya yg bernama Koko, seorang cowok yang anti banget sama hewan yang namanya kucing. Akan tetapi mereka diharuskan menjadi satu kelompok saat wali kelas menunjuk mereka untuk menjadi satu...
Kanvas Putih
165      144     0     
Humor
Namaku adalah Hasywa Engkak, yang berarti pengisi kehampaan dan burung hitam kecil. Nama yang memang sangat cocok untuk kehidupanku, hampa dan kecil. Kehidupanku sangat hampa, kosong seperti tidak ada isinya. Meskipun masa depanku terlihat sangat tertata, aku tidak merasakannya. Aku tidak bahagia. Wajahku tersenyum, tetapi hatiku tidak. Aku hidup dalam kebohongan. Berbohong untuk bertahan...