Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Debaran di dalam dadaku tak bisa terkontrol ketika Pranaja mengucapkan nama asliku. Untuk pertama kalinya ada yang menganggapku sebagai Renjana. Aku merasa seolah-olah dianggap keberadaannya, kemudian kunaiki undakan panggung untuk menyapa insan yang mengerti siapa diriku. Selama ini, orang-orang mengenalku sebagai orang lain yang kudiami jasmaninya. Bahkan suamiku sendiri tak pernah memanggilku sebagai Renjana padahal ia sudah mengetahui identitasku. Ia mencintaiku sebagai Nayaviva yang jelita, bukan sebagai Renjana yang pemarah.

Netraku dan Pranaja beradu, kudapati manik gelap nan sipitnya berkaca-kaca entah mengapa. Tahu-tahu lengan kurusnya merengkuhku dan tanpa sadar aku pun membalas.

Bruk! Hantaman pada pintu yang terbuka membuatku terperanjat serta jantungku kian bertalu-talu seperti ingin melepaskan diri. Tanpa memberi kesempatan untuk jantungku lebih tenang, si penghantam bertelanjang dada itu menarik kasar lenganku hingga tulang bahuku berderak dan ngilu.

"Agaknya kau belum kapok, Viva! Masih saja bermain dengan bocah itu!" Arya menekan kalimatnya, membuat rahang yang tegas itu semakin keras.

"Jangan gertak Renjana!" Pranaja mendorong Arya yang bergeming tak mendapat pengaruh dari tubuh kecil lawannya. Aku menggeleng kepada Pranaja, mengingatkan bahwa Arya tak sepadan dengan dirinya.

Pria dengan destar merah serta rambut digelung itu melepas cengkeramannya,  kemudian memberi bogeman pada muka Pranaja hingga hidungnya berdarah. Aku melaung seraya mendekap Arya dari belakang sementara Pranaja bangkit hendak membalas pukulan yang menurunkan harga dirinya.

Arya melepas tanganku dari tubuhnya kemudian meladeni Pranaja yang tak sadar dengan kemampuan bela dirinya yang tampak konyol. Aku amat yakin, segala jurus yang Pranaja keluarkan tak cukup menghindarkannya dari babak belur mendapat kepiawaian Arya yang ilmunya tak perlu diragukan sampai memiliki macan putih.

Aku meringkuk, tak sanggup melihat banyaknya darah yang menetes dari Pranaja. Lelaki keras kepala itu terus melawan walau tak membuahkan goresan sekecil pun pada tubuh Arya.

"Pranaja, mengalahlah! Kau bisa terluka parah!" seruku kemudian memekik tatkala Arya memukul tengkuk Pranaja hingga tak sadarkan diri.

"Arya! Dasar biadab. Tak cukupkah kau melukaiku selama ini?!" Aku menyeru sembari melangkah lemas menuju Pranaja yang terkapar.

"Biadab?! Kau yang membuatku seperti ini, Viva!" balas Arya sambil menunjukku dengan hina. Harga diriku tergores. Ke mana Arya yang suka menggodaku?

"Aku bukan Viva. Aku Renjana! Tak ingatkah kau dengan diriku yang sebetulnya?!" ucapku, berdiri dengan dada kembang-kempis.

"Baguslah kalau begitu. Jadi aku tidak mengenalmu dan kau bukan siapa-siapaku. Jangan kembali ke rumahku!" balas Arya penuh penekanan. Ia menyodorkan sebuah lukisan yang membuat hatiku tercebur dalam kepiluan tiada tara. “Itu adalah bukti cintaku padamu, Viva. Namun kau tak menghargainya dengan berlari ke pelukan lelaki asing yang tak jelas asal-usulnya itu.”

"Arya ... Kau berubah," lirihku dengan pandangan mengabur oleh air mata. Lukisan di tanganku yang gemetar tak lagi jelas terlihat. Aku berkedip, menitiklah air bening nan asin di atas lukisan sosok Nayaviva yang tengah memegang sekeranjang kecil buah. Bunga sepatu dan kemboja bertengger di atas gerai rambut. Wajahnya tak tampak karena waktu itu aku melengos malu.

Tanpa banyak cakap lagi, Arya bertolak diri melewati ambang pintu dengan langkah mantap dan bahu tegak. Aku paham, ia sosok lelaki tegar yang takkan sepenuhnya jadi budak cinta. Ia masih punya perempuan di rumahnya yang tak menye-menye macam diriku. Maka, tak mungkin ia sudi berbalik padaku. Tak dapat dipungkiri hatiku ketaton membayangkan hidup tanpa seseorang yang selalu membayangi masa-masa manis di tengah sawah.

Kami sudah berakhir.

Aku memandang sendu Pranaja yang terkapar dengan banyak darah di wajahnya. Kuletakkan lukisan di amben, kemudian mengecup pipi Pranaja sebelum berlalu ke hutan mencari herbal untuk membuat ramuan. Aku tak tahu alasan melakukan itu, padahal aku baru saja dicampakkan lelaki yang kucintai.

Tak mau memikirkannya terlalu dalam, aku terbengong mendapati diriku tak mahir membuat ramuan. Namun aku harus membuat Pranaja cepat pulih. Bagaimanapun ia telah berpihak padaku sampai babak belur begini.

Aku memetik beberapa jenis daun yang bisa menjadi obat; daun jintan, daun kemangi, dan daun binahong sembari memutar otak bagaimana meracik tanaman itu hingga menjadi obat manjur.

"Permisi, Nyisanak. Sedang mencari apa?" Suara pria tua membuatku terperanjat.

"Ini, Kisanak. Saya mencari bahan untuk membuat ramuan," sahutku. Timbul perasaan bersalah setelah sadar kemungkinan pria itu pemilik tumbuhan yang tengah kujumput.

"Maaf bila tumbuhan yang saya petik ini milik Kisanak. Saya akan membayarnya," kataku seolah-olah aku punya banyak keping gobong. 

"Ah tidak perlu, dan panggil saya Ki Suro. Omong-omong, untuk siapakah ramuannya?"

"Teman saya, Ki. Sejujurnya saya tidak pandai membuat ramuan," kataku lalu ki Suro menawarkan untuk membantu.

Aku pun lega mendapati seseorang yang dengan senang hati mengulurkan tangan di saat-saat seperti ini. Ki Suro membantuku mengangkat Pranaja ke amben, kemudian membuatkan ramuan untuknya yang kesadarannya mulai pulih.

"Terima kasih banyak, Ki. Saya tidak tahu apa yang terjadi bila tidak ada Ki Suro." Pria tua dengan pakaian serba hitam dan rambut putih uban itu mengangguk sambil tersenyum memperlihatkan giginya yang tinggal beberapa.

Ki Suro mengucapkan sesuatu, seperti mantra ke air putih yang kemudian dicipratkan ke wajah Pranaja. Ia juga memberi mantra pada ramuan hijau pekat sebelum diminum oleh empu keras kepala yang sok menandingi pawang harimau.

Setelah menelan habis ramuan, Pranaja mengeluarkan isi perutnya dengan bonus gumpalan darah.

"Tenang, itu pertanda baik. Tak lama lagi dia pasti sembuh," ucap ki Suro menenangkanku yang resah dan mulai menangis. Rupanya dicampakkan amat berpengaruh terhadap psikisku hingga cengeng seperti ini.

Ki Suro menyuruh Pranaja istirahat. Ia berkata, "Aku tabib di desa ini. Kalau kau butuh bantuan, bisa bertandang ke rumahku di dekat persimpangan Alas Ringin."

Aku mengiakan dengan senang hati. Kami duduk di dekat kaki Pranaja sementara Ki Suro menanyakan sebab pemuda ini terluka.

"Aku dan suamiku terlibat pertengkaran dan Pranaja membelaku. Mereka beradu, tentu saja Pranaja kalah dari suamiku yang punya ilmu kanuragan sekaligus aji-ajian tinggi."

"Mungkin suamimu tidak menyukai kedekatanmu dengan pemuda itu."

"Memang. Dan bukan hanya itu, ia mulai membenciku karena aku tak kunjung memberikan keturunan. Sedangkan istri barunya sudah mau mitoni*," jelasku.

"Sabar. Pasrahkan semua pada Sang Hyang Taya."

Aku mengangguk sadrah. Memangnya apa lagi yang bisa kuperbuat selain sabar?

Aku bertolak menuju dapur untuk mengambil minuman buat Ki Suro. Pranaja sepertinya tidak pernah membubuk teh atau kopi karena di dapur hanya ada kendi berisi air putih rebusan. Setelah keluar dari dapur, Ki Suro sudah menghilang dari pandangan. Aku mencari di setiap sudut ruangan, tetap juga tak menemukannya.

Mungkin di pelataran.

"Eh?!" seruku makin tercengang. Di pelataran yang memaparkan langsung aliran sungai, tak kutemukan kehadiran tabib sepuh yang membuatku amat terbantu. Lalu ke mana perginya Ki Suro? Secepat itukah ia pulang?
 _______

*Mitoni atau Tingkeban adalah salah satu tradisi selamatan kehamilan anak pertama yang menginjak usia kandungan tujuh bulan. Tradisi ini dilakukan dengan tujuan mendoakan bayi yang dikandung agar terlahir dengan normal, lancar, dan dijauhkan dari berbagai kekurangan dan berbagai bahaya. (Wikipedia)

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
One-Week Lover
1977      983     0     
Romance
Walter Hoffman, mahasiswa yang kebosanan saat liburan kuliahnya, mendapati dirinya mengasuh seorang gadis yang entah dari mana saja muncul dan menduduki dirinya. Yang ia tak tahu, adalah fakta bahwa gadis itu bukan manusia, melainkan iblis yang terlempar dari dunia lain setelah bertarung sengit melawan pahlawan dunia lain. Morrigan, gadis bertinggi badan anak SD dengan gigi taring yang lucu, meng...
Teman Berakhir (Pacar) Musuhan
797      482     0     
Romance
Bencana! Ini benar-benar bencana sebagaimana invasi alien ke bumi. Selvi, ya Selvi, sepupu Meka yang centil dan sok imut itu akan tinggal di rumahnya? OH NO! Nyebelin banget sih! Mendengar berita itu Albi sobat kecil Meka malah senyum-senyum senang. Kacau nih! Pokoknya Selvi tidak boleh tinggal lama di rumahnya. Berbagai upaya buat mengusir Selvi pun dilakukan. Kira-kira sukses nggak ya, usa...
Asoy Geboy
6331      1742     2     
Inspirational
Namanya Geboy, motonya Asoy, tapi hidupnya? Mlehoy! Nggak lengkap rasanya kalau Boy belum dibandingkan dengan Randu, sepupu sekaligus musuh bebuyutannya dari kecil. Setiap hari, ada saja kelebihan cowok itu yang dibicarakan papanya di meja makan. Satu-satunya hal yang bisa Boy banggakan adalah kedudukannya sebagai Ketua Geng Senter. Tapi, siapa sangka? Lomba Kompetensi Siswa yang menjadi p...
Ketos pilihan
816      561     0     
Romance
Pemilihan ketua osis adalah hal yang biasa dan wajar dilakukan setiap satu tahun sekali. Yang tidak wajar adalah ketika Aura berada diantara dua calon ketua osis yang beresiko menghancurkan hatinya karena rahasia dibaliknya. Ini kisah Aura, Alden dan Cena yang mencalonkan ketua osis. Namun, hanya satu pemenangnya. Siapa dia?
Bittersweet My Betty La Fea
5075      1599     0     
Romance
Erin merupakan anak kelas Bahasa di suatu SMA negeri. Ia sering dirundung teman laki-lakinya karena penampilannya yang cupu mirip tokoh kutu buku, Betty La Fea. Terinspirasi dari buku perlawanan pada penjajah, membuat Erin mulai berani untuk melawan. Padahal, tanpa disadari Erin sendiri juga sering kali merundung orang-orang di sekitarnya karena tak bisa menahan emosi. Di satu sisi, Erin j...
Tanpa Kamu, Aku Bisa Apa?
129      101     0     
Romance
Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan Anne dan Izyan hari itu adalah hal yang terbaik bagi kehidupan mereka berdua. Anne tak pernah menyangka bahwa ia akan bersama dengan seorang manager band indie dan merubah kehidupannya yang selalu menyendiri menjadi penuh warna. Sebuah rumah sederhana milik Anne menjadi saksi tangis dan canda mereka untuk merintis 'Karya Tuhan' hingga sukses mendunia. ...
Kiara - Sebuah Perjalanan Untuk Pulang
3307      1379     2     
Romance
Tentang sebuah petualangan mencari Keberanian, ke-ikhlasan juga arti dari sebuah cinta dan persahabatan yang tulus. 3 Orang yang saling mencintai dengan cara yang berbeda di tempat dan situasi yang berbeda pula. mereka hanya seorang manusia yang memiliki hati besar untuk menerima. Kiara, seorang perempuan jawa ayu yang menjalin persahabatan sejak kecil dengan Ardy dan klisenya mereka saling me...
Seharap
8297      2735     2     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Just For You
6493      2078     1     
Romance
Terima kasih karena kamu sudah membuat hidupku menjadi lebih berarti. (Revaldo) *** Mendapatkan hal yang kita inginkan memang tidak semudah membalik telapak tangan, mungkin itu yang dirasakan Valdo saat ingin mendapatkan hati seorang gadis cantik bernama Vero. Namun karena sesuatu membuatnya harus merelakan apa yang selama ini dia usahakan dan berhasil dia dapatkan dengan tidak mudah. karen...
Acropolis Athens
5735      2090     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.