Loading...
Logo TinLit
Read Story - Asmaraloka Jawadwipa (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Kesadaranku mencapai ambang batas, kakiku lemas tak dapat menopang tubuh yang kemudian lekas dirangkul Pranaja. Firasatku benar, doaku tak terkabulkan. Tak sanggup aku bertanya pada Kakung yang tengah berada di atas pohon enau. Mataku tak rabun untuk memeriksa sekeliling yang hanya memampang pepohonan dan belukar. Tak ada Jasrin, ia raib entah ke mana. Kucoba menenangkan pikiran dengan meyakini bahwa Jasrin cuma berkeliling sekitar sini, tetapi tak ayal praduga lain lebih menggerogoti.

"Kakung, di mana Jasrin?" seru Pranaja yang mendongak pada Kakung di atas pohon.

"Lah tadi di situ." Kakung menunjuk tempat kami berpijak. "Kenapa Renjana letoi seperti itu?"

"Terlambat, Kakung terlambat menolong Jasrin. Dia sudah hilang," kataku tercekat.

"Tak mungkin. Wong dia barusan di situ."

Kami mencarinya hingga antarala* rebah di malam kelam, yang tak membuahkan apa-apa. Kami pulang dengan perasaan yang dipendam masing-masing, Kakung tampak bersalah sekali dan tak memedulikan nasib niranya yang entah akan jadi gula Jawa atau tidak karena telat diolah.

Berhari-hari tak ada perkembangan, tak ada petunjuk barang sekecil biji kacang pun akan keberadaan dan keadaan Jasrin. Tak usah ditanya perasaanku. Setiap ibu merasakan hal yang sama ketika kehilangan anaknya. Hampir gila. Setiap hari menguras air mata yang kering. Dadaku sakit. Mataku berat untuk melek, tetapi aku mesti memikirkan cucian yang menggunung dan Pranaja yang membutuhkan makanan. Siapa lagi jika bukan aku yang mengerjakan? Aku tak mau kehadiranku di ujung timur Jawa ini membuat Mbah Sepi dan Kakung terbebani. Tapi cuma mereka harapanku untuk mengembalikan Jasrin atas seizin Sang Hyang Widhi.

Sepekan berlalu tanpa senyum terpatri di bibirku. Kakung sudah berupaya semampunya, bahkan meminta bantuan pada teman-temannya yang sekiranya juga memiliki ilmu spiritual tinggi. Jangankan yang tinggi, Kakung pun meminta saran dan bantuan pada kenalan yang baru memiliki ilmu dasar, barangkali mereka lebih tahu apa yang terjadi pada Jasrin. Namun, sepekan ini hasilnya nihil. Hanya pengutaraan yang membuatku kian patah arang.

"Aku tak mampu membawa Jasrin kembali, karena dia sudah terikat dengan orang di sana."

Aku rebah di dada Pranaja dengan kuyu. Lampu bohlam kekuningan di ruang tamu tak sepadan dengan hatiku yang mendung. Mbah Sepi yang biasanya banyak bicara, kini bergeming menatapku nanar.

"Apa kami harus kehilangan Jasrin untuk selamanya? Bagaimana menjelaskan pada pihak sekolah dan teman-temannya?" Pranaja mewakili pertanyaanku yang tak sanggup membuka mulut.

"Caranya kembali, ialah dengan cara yang sama sebagaimana Renjana dahulu. Dia mesti membuat orang yang punya ikatan dengannya merelakan ketiadaannya.

"Siapa orang itu?" Mbah Sepi menimpali, sementara Kakung mengedikkan bahu.

Amarahku hendak meledak, tetapi masih dapat kutahan sebelum menyadari ketiga anggota keluargaku memberi tatapan iba. Aku tak suka mereka tampak pasrah begitu, seakan-akan aku yang paling menderita dan mereka tak dapat membantu. Aku tak suka dianggap perempuan lemah.

"Kalau saja Kakung tak mengajak Jasrin, semua ini dapat dicegah!" Bara yang menggandrung dalam benak meletup.

"Jasrin sendiri yang mau ikut." Kakung tak mau disalahkan.

"Kalau Kakung dan Mbah Sepi tak mengizinkan, dia takkan pergi."

"Kau tahu sendiri Jasrin itu keras kepala. Ini sudah takdir, Renjana. Tak menutup kemungkinan ia bisa kembali," timpal Mbah Sepi.

"Jasrin pasti bisa kembali seperti kita dahulu." Pranaja ikut menenangkan, tetapi amarahku tak kunjung mereda.

Aku dapat melupakan kenahasan itu ketika benar-benar lelah dan mataku sungguh berat. Aku tertidur meski matahari masih merangkak menuju ufuk barat.

🌼

Satu warsa berlalu tanpa isyarat Jasrin akan kembali. Ia bak ditelan bumi. Raib tanpa pamit. Lenyap tanpa keterangan. Aku menjalani hari dengan terpuruk, tak peduli tubuhku tak terurus.

"Makan, Renjana. Tak ada gunanya meratapi nasib. Makan atau tidak, keadaan tetap seperti ini." Pranaja masih memegang sendok berisi nasi dan ikan tongkol di depan mulutku. "Aku sudah kehilangan Jasrin, aku tak mau kehilanganmu juga."

"Maksudmu, kau merelakan Jasrin begitu saja?!"

"Bukan begitu. Hanya saja ... mau bagaimana lagi? Aku tak bisa apa-apa selain pasrah."

"Bilang saja tak mau berusaha." Kemudian aku insaf, telah memancing amarah dari lelaki yang jarang naik darah.

"Jadi kau pikir begitu? Selama ini aku sabar menghadapimu, Jana. Setiap waktu aku berdoa supaya anak kita kembali dengan selamat. Apa harus berkoar bahwa aku juga sama sedihnya sepertimu? Ini takkan terjadi jika dari awal keluargamu tak menganut ilmu perdukunan."

"Astaga kau menyalahkan Kakung? Kaubilang dukun?! Kau cuma tak paham, Kangmas Pran! Ilmu itu turun-temurun dan Kakung tak bisa mengelak. Selama ini dia menggunakannya untuk membantu orang. Apa buktinya Kakung seorang dukun yang sarat akan ilmu hitam?"

"Ya, aku tak paham! Terus saja anggap diriku bodoh! Kakung bisa saja melenyapkan ilmu sesat itu dengan membuang segala jimatnya, termasuk kalung yang kaupakai itu."

"Rupanya tak ingat dulu pernah kutolong saat kau tiba di Majapahit. Tak ingat kau mengemis bantuan padaku dan Arya untuk membuatkanmu rumah? Jika aku tak ada, bisa saja kau tak selamat dari zaman itu, apalagi kau pernah melukai kuda Mahapatih Gajah Mada." Aku tak pernah mau kalah dalam perdebatan meski dengan suamiku sendiri. Keteguhanku tak pandang bulu. Aku tak peduli jika tindakanku dianggap durhaka pada suami. Dan aku tahu, sifat keras kepala ini menurun pada Jasrin. Mendapati Pranaja bergeming, aku semakin gencar memojokkannya biar tahu rasa dan sadar bahwa penilaiannya terhadap Kakung tak ada benarnya. "Jika ini kesalahan Kakung, kenapa dulu kau ikut kesasar di Majapahit? Kita belum mengenal, mana mungkin Kakung sengaja membuatmu terlempar ke sana sementara ia tak tahu kau ini siapa."

"Kau tak pernah berubah, Renjana. Menyebalkan memang, tapi aku senang melihatmu tak lagi diam terpuruk di pojok kamar." Tak kusangka ia malah tersenyum dan mendekapku, padahal aku sudah merangkai kalimat lagi jika ia hendak melanjutkan sawala. "Saat ini kita hanya perlu berdoa dan menyerahkan semuanya pada Sang Kuasa."

Hatiku lebih plong. Kubalas rengkuhannya dan kesejukan menjalar di kepala yang tadinya mengepul, sementara kehangatan merebak pada kalbu yang mulanya penuh kegelisahan. Meski kekanakan, Pranaja tak pernah benar-benar murka padaku untuk waktu yang lama. Itulah yang membuatku mencintainya meski kadang terbayang sosok lain. Arya Buntara.

Semakin tak mudah mengembalikan Jasrin yang lenyap ke lain zaman, sebab Jasrin semakin terikat oleh anak yang dikandungnya dari benih seorang Tuan Belanda.
~Wiyata Saujana~

_______
*Antarala : Angkasa.

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Wanita Di Sungai Emas (Pendek)
586      395     3     
Fantasy
Beberapa saat kemudian, aku tersandung oleh akar-akar pohon, dan sepertinya Cardy tidak mengetahui itu maka dari itu, dia tetap berlari... bodoh! Akupun mulai menyadari, bahwa ada sungai didekatku, dan aku mulai melihat refleksi diriku disungai. Aku mulai berpikir... mengapa aku harus mengikuti Cardy? Walaupun Cardy adalah teman dekatku... tetapi tidak semestinya aku mengikuti apa saja yang dia...
The Maze Of Madness
5620      1966     1     
Fantasy
Nora tak banyak tahu tentang sihir. Ia hidup dalam ketenangan dan perjalanan normal sebagai seorang gadis dari keluarga bangsawan di kota kecilnya, hingga pada suatu malam ibunya terbunuh oleh kekuatan sihir, begitupun ayahnya bertahun-tahun kemudian. Dan tetap saja, ia masih tidak tahu banyak tentang sihir. Terlalu banyak yang terjadi dalam hidupnya hingga pada saat semua kejadian itu merubah...
The Maiden from Doomsday
10843      2423     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
1'
4719      1559     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...
Rekal Rara
13618      3826     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. ▪▪▪ Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
Premium
SHADOW
6496      1913     0     
Fantasy
Setelah ditinggalkan kekasihnya, Rena sempat mencoba bunuh diri, tapi aksinya tersebut langsung digagalkan oleh Stevan. Seorang bayangan yang merupakan makhluk misterius. Ia punya misi penting untuk membahagiakan Rena. Satu-satunya misi supaya ia tidak ikut lenyap menjadi debu.
Archery Lovers
5093      2107     0     
Romance
zahra Nur ramadhanwati, siswa baru yang tidak punya niat untuk ikut ekstrakulikuler apapun karena memiliki sisi trauma saat ia masih di SMP. Akan tetapi rasa trauma itu perlahan hilang ketika berkenalan dengan Mas Darna dan panahan. "Apakah kau bisa mendengarnya mereka" "Suara?" apakah Zahra dapat melewati traumanya dan menemukan tempat yang baik baginya?
Acropolis Athens
5735      2090     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.
Heliofili
2851      1228     2     
Romance
Hidup yang sedang kami jalani ini hanyalah kumpulan berkas yang pernah kami tandatangani di kehidupan sebelumnya— dari Sastra Purnama
Teman Berbagi
3860      1398     0     
Romance
Sebingung apapun Indri dalam menghadapi sifatnya sendiri, tetap saja ia tidak bisa pergi dari keramaian ataupun manjauh dari orang-orang. Sesekali walau ia tidak ingin, Indri juga perlu bantuan orang lain karena memang hakikat ia diciptakan sebagai manusia yang saling membutuhkan satu sama lain Lalu, jika sebelumnya orang-orang hanya ingin mengenalnya sekilas, justru pria yang bernama Delta in...