Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kala Badai Menerpa
MENU
About Us  

"Kebo, bangun, kebo. Jangan mentang-mentang liburan sekolah malah bangun siang, lo! Sana mandi!" bentak seorang lelaki di balik pintu. Ia adalah Xizaki Theonardo Bagaswara. Lelaki dengan rambut tebal, tetapi garis tipis ke samping dan matanya yang sedikit sipit adalah abang dari seorang Raya. 

"Duh, jadi cowok cerewet banget, si! Pacarnya pasti tertekan," sindir  seorang gadis yang baru saja terbangun dari tidurnya lamanya. 

Ya, dia adalah Azzura Arraya Bagaswara. gadis berambut hitam sebahu dan mata sipit berwarna cokelat itu seorang gadis kelahiran Bandung. Saat umur lima tahun sampai dengan sepuluh tahun ia tinggal di Jepang bersama keluarganya. Tak heran jika serang Raya tak terlalu mahir menggunakan bahasa daerah. 

Kini umur Raya telah beranjak dewasa, yaitu 18 tahun. Ia duduk di bangku SMA dan selalu menjadi delegasi public speaking di sekolahnya. Ahli dalam bidang olahraga dan pandai di bidang akademik menyempurnakan diri Raya. 

Dengan kelebihan yang dimilikinya iu tak pernah menyombangkan diri. Justru ia selalu memberikan contekan teman sekelnya, apalagi satu circle-nya. 

"Kriiing, kriiing." Suara deringan notif ponsel yang berasal dari atas meja samping ranjang. Ia mengambil ponsel miliknya dan mulai mengecek pesan daring di dalamnya.

 

O Trio Ank Ngartis 

Rea: Eh, seleb! @Faura @Raya katanya Kyoo cogan kelas kita yang mukanya kek bule-bule Arab, tuh, jadian sama Zyra. Nih, gue gak salah denger apa, ya? 

Fawra: Loh? Tiga hari yang lalu perasaan dia bilang ke gue kalau dia naksir ama Raa. 

Rea: GILA! PLAYBOY JUGA TERNYATA. 

Fawra: Eh, tapi bisa aja, lah, beritanya cuma hoax. Kyoo naksir banget ama Raya. 

Rea: @Raya, menurut lu, Ra? 

Raya: IDC, gue udah bilng ke dia berkali-kali jangan naruh hati ke gue, apalagi berharap. 

Raya: Kalau dia jadian ama Zyra, yaudah aja, sih, gue. Gak naksir juga. 

Raya mematikan ponsel dan meletakkannya di atas meja. Ia beranjak dari kasur lembut berwarna ungu miliknya dan menuju ke lemari besar di dekat pintu kamar. 

Ia meraih gagang pintu lemari dan membukanya. Raya memilih hoodie berwarna hitam sebagai outfit-nya pagi ini. 

Raya adalh gadis yang disiplin, meskipun sikap malas sering kali muncul di dalam dirinya. 

Alvino Artheano Bagaswara, seorang papa dari Zaki dan Raya. Vino mendidik anak-anaknya dengan keras. Tujuannya hanyalah agar mereka menjadi anak yang berprestasi nantinya. 

Selesai mandi, Raya menyalakan speaker di atas meja rias miliknya. Lagu "Somewhere Only We Know" karya James Arthur pun ia nyalakan. 

Raya menyisir rambutbasahnya dan menyemprot parfum khusus rambut atau hairspray. 

"Udah mandinya? Cepetan turun. Kita makan bareng Papa," ujar Zaki yang tiba-tiba nongol karena pintu kamar sedikit terbuka. 

"Nggak boleh absen. Gue mau skincare-an dulu. Dan itu bakalan lama. Jadi, gue absen aja." 

"Lo pikir lagi sekolah? Kalo nggak hadir bisa absen? Ini makan bareng Papa, lo. Dan, Papa dapetin waktu buat kita, tuh, gak mudah, Dek." 

"Brak!" Raya memukul meja dengan keras dan sedikit melirik ke abangnya yang mulai menginjak ke lantai kamarnya. 

"Gue ngerti, Bang. Gue paham. Papa sibuk. Papa kerja buat hidupin kita. Gue seneng-seneng aja kalau Papa bisa kumpul bareng kita. Tapi, bisa gak, Papa waktu kumpul gak usah bahas nilai sama lomba-lomba? Gue muak, Bang. Sesekali, lah, kita rekreasi atau healing satu keluarga. Selaa ini kita gak pernah, lho, Bang, ngerasain family time," bentak sinis Raya. 

Zaki tercengang mendengar bentakan adiknya yang ia ucapkan dari lubuk hati terdalam. Raya menyadari bahwa perkataannya tadi sedikit menyakiti hati sang abang. Namun, ia enggan meminta maaf duluan. 

Kelemahan Raya adalah sifat egoisnya sendiri. Sejak umur sepuluh tahun, rasa atau sifat egois Raya mulai muncul. Bahkan, rasa marah yag berlebihan terbentuk dari dalam dirinya. 

Dulu, ia hampir disebut gadis gila saat ia duduk di bangku kelas lima SD karena ia tidak bisa mengendalikan emosinya sendiri. Papa Raya kecewa kepadanya dan selalu menamparnya ketika ia sedang berusaha melawan anger issue-nya itu. 

Karena terlalu banyak tuntutan untuk menjadi sempurna, Raya selalu ingin menyendiri ketika penyakit anehnya itu kambuh. Bahkan, ia memukul dirinya sendiri ketika ia tak sengaja melampiaskannya kepada orang lain. 

"Gue tahu perasaan lo, Dek. Gue juga ngerasa gitu. Tapi, gimana lagi. Kali ini yang kena gue." Zaki menghampiri Raya dan menepuk pundaknya. 

"Emang Abang ngapain?" 

"Gagal di ujian debat, kalah adu mulut sama cewek." 

Raya terdiam sejenak, mencerna kata-kata abangnya. Seketika ia tertawa, "Hahaha." Raya tertawa terbahak-bahak hingga hampir terjungkal dari atas kursi. 

Zaki mengangkat alis kanan miliknya karena terheran-heran dengan mood adik perempuannya itu yang berubah begitu cepat. Zaki tersenyum dan mengelus lembut rambut adiknya yang terurai rapi setelah disisir. Ia membisikkan sesuatu ke telinga Raya, "Reza baling Bandung, Dek. Siap gamon?" 

"Hah? Wah!" 

 

***

 

"Buang-buang waktu punya anak gak ada yang bisa dibanggain sama sekali. Selalu terlambat!" celoteh seorang lelaki yang memakai jas hitam yang sedang duduk di kursi meja makan. Lelaki itu memandangi tangga melingkar yang berada di dekat pintu kamar pembantu. Hingga dua sosok remaja muncul dari bagian atas tangga. 

"Maaf, Pa, kalau kita lama datangnya. Si aRaya mandinya wacana, mau jalan-jalan dulu. Jadi, lama, hehehe," ujar Zaki mencari alasan agarmereka berdua tidak berdua tidak teerkena marah dari sang tuan besar. Meskipun kata-kata pedas tetap keluar dari mulut Alvino. 

"Lima belas menit waktu Papa terbuang sia-sia cuma buat nungguin kalian. Padahal, 15 menit bisa buat Papa pakai buat nyalin lima artikel di internet," jawab Papa dengan wajah berkerut. 

"Nggak ada yang minta ditungguin juga," lirih Raya di dalam hati. 

Zaki dan Raya duduk bersebelahan menghadap Papa. Hanya sajaterhalang meja makan yang di atasnya telah tersedia stik potato dan orange juice sebagai penyegar. Suasana sedikit hening, tetapi dengan kecerdasan otak Zaki, iamenimbulkan topik di dalam benaknya,  "Lain kali, Papa nggak usah nunggin kita. Inget kata Dilan, menunggu itu berat. Jadi, aku aja yang nunggu," celetuknya sembari melipat tangan di dada. 

Raya menepuk keras bahu Zaki dan berkata, "Ah, ngarang, lu, Bang! Orang Dilan bilangnya rindu, bukan nunggu!" 

"Nah, kan, itu Dilan yang ngomong, bukan Zaki!" sahut Zaki menyenggol bahu adiknya. 

"Apa Papa harus sita ponsel kalian? Biar kalau lagi kumpul bahasnya perkalian, bukan Dilan," sela Papa yang membuat Zaki dan Raya terdiam. 

Tanpa berlama-lama, mereka mulai menyantap sarapan yang dibuat sepenuh hati oleh Bi Enggi. Enggiena Dewatara, pembantu keluarga Bagaswara yang telah bekerja setelah tujuh tahun lamanya. Rambut panjang sepantat disemir cokelat dan hidung mancungnya yng mepesona kini telah berumur 40 tahun. Bi Enggi sudah dianggap ibu kedua setelah mama kandung Zaki dan Raya. Karena ketulusan dan hati baik Bi Enggi kepada Zaki dan Raya, kedua saudara itu menyayangi Bi Enggi. 

Di tengah-tengah makan bersama, Papa tiba-tiba menghela napas dan berkata, "Bagaimana, Bang, ujiannya? Sempurna nilainya?" 

Zaki yang sedang asyik melahap makanannya langsung meletakkan sendok di sebelah piring. "Jadi, gini, lho, Pa. Waktu Abang mau debat buat ujian akhir, Abang itu kebelet berak dulu, jadi Abanke toilet dulu," jelas Zaki. 

 

*** 

 

"Lega, ih, habis berjang," seru Zaki berjalan ke ruang debat. Ia membuka pintu ruang debat. Kursi tensi penuh oleh peserta-peserta. Kursi paling depan diisi oleh dosen-dosen yang menilai. 

Ini adalah ujian akhir, setelah itu mereka akan melaksanakan wisuda. Kasus kali ini adalah hubungan KDRT. Ini adalah final dan seorang Xizaki Theonardo Bagaswara adalah lah satu finalis. Untuk mendapatkan nilai tertinggi, Zaki harus melawan seorang gadis bernama Zaraya Faraya Algeri, saingan terberat Zaki saat masuk ke Fakultas Hukum. Kini, mereka bersaing lagi. Zara sebagai pembela dan Zaki sebagai penuntut. 

Zaki dan Zara duduk di kursi masing-masing. 

"Baik, penuntut sudah siap?" 

" Siap." Zaki mengangguk. 

"Pembela sudah siap?" 

"Siap." 

Tok, tok, tok! Palu telah dipukul ke bawah oleh sang hakim. Perdebatan pun dimulai. 

Hakim: Kasus kali ini adalah masalah KDRT fatal yang telah dilakukan oleh sang suami. KDRT kali ini bukan sekadar karena pukul-memukul, melainkan hampir saling bunuh-membunuh. Bagaimana pendapat Anda, pembela? 

Zara: Baik. Tersangka memanglah bersalah atas kejadian ini. Namun, korban karena bersalah karena melawan sang tersangka lebih fatal. Tersangka awalnya memang mengawali, tetapi ia memuku l dengna tangan kosong, sedangkan koraban membalas pukulan menggunakan benda atau dengan kayu. Menurut saya, itu tidaklh adil bagi sang tersangka. 

Hakim: Pembela diterima. Bagaimana penuntut? 

Zaki berdiri menghadap ke arah Zara. 

Zaki: Korban melakukan itu sebagai pembelaan terhadap apa yang telah tersangka lakukan kepadanya. Apalagi, seperti isi berkas yan telah saya baca, bahwa KDRT sudah terjadi selama dua bulan. Saya yakin, dulu korban pernah, bahkan lebih diperlakukan kasar seperti yang ia lkukan kepada tersangka. Bukankah begitu, Yang Mulia? 

Zara memukul meja. Brak! 

Zara: Yang lalu, biarlah berlau, Tuan. Tak usah diungkit kembali. Saya yakin, sang korban pun sudah melupakan kejadian yang lalu. 

Zaki: Memangnya semudah itu memaafkan dan melupakan kekerasan? Apa tersangka telah melanturkan kata maaf kepada korban? Apakah luka yang lalu telah sembuh? 

Zara: Anda punya bukti bahwa dua bulan yang lalu, tersangka melakukan kekerasan yang lebih berat? 

Zaki: Tentu, saya punya. 

Zara: Hah? bagaimana mungkin? 

Zaki: Karena saya lah, yang melihat kejadian-kejadian itu sendiri. 

Deg! Peserta satu ruangan ternganga. 

Zara ikut diam terbungkam mendengar ucapan Zaki yang terlihat tak ada bohong-bohongnya. 

"Pfft. Kalian serius banget. Saya hanya bercanda! ya, alasannya cukup bagus untuk diadu dengan Nona Zara yang cukup cerdas ini, bukan?" kekeh Zaki. 

Jujur saja, raut wajah Zara saat ini mengerut, paham tentang apa yang Zaki bicarakan. 

"Yang Mulia, pembela telah memberi alasan yang cukup jelas untuk menuntut sang korban. Memang, ya, korban tak sepenuhnya korban, bisa jadi pelaku," lanjut Zaki. 

"Za--" 

"Sepertinya sidang ini tak usah dilanjutkan. Bagi saya, Nona ZAara telah memenangkan kasus kali ini. Pada dasarnya, pembelaan diri memang tak ada. Meskipun korban pernah terkena KDRT di masa lalu, maka biaranlah berlalu. yang kita bahasa adalah akasus sekarang di mana korban telah melukai pelaku dengan kayu, sedangkan  pelaku hanya melukai korban dengan tangan kosong. Jika KDRT sudah lama dilakukan, maka mengapa sang korban tak pernah melapor? Apa karena dirinya takut KDRT akan bertambah parah? Atau, karena ia dikurung di dalam rumah? Atau ..."

--

Agaar anak-anaknya masih bisa mendapat kasih sayang dari seorang ayah, walaupun nyatanya selu dikekang dan dituntut menjadi sempurna. 

--

"Kita tak akan pernah tahu jika belum merasakanny sendiri, bukan?" Zaki mengusap air matanya yang tak sengaja menetes di pipinya. Ia berjalan tegar meninggalkan ruangan persidangan yang belum dinyatakan keputusannya. Bisa dikatakan Zara-lah yang paling unggul di ujian kali ini. 

 

***

 

Plak! tamparan keras mengenai pipi Zaki. Zaki pun tertunduk tak berani menatap, walaupun sebentar wajar papanya itu. Alvino geram dengan perilaku anaknya yang selalu menganggap segalanya hanyalah sebagai candaan. Ia tak segan-segan menarik kerah baju Zaki dan membentaknya. 

"Kamu ini bodoh, ya? Apa maksudmu, ha? Semua yang Abang katakan di persidangan itu, maksudnya apa?" 

Alvino mencoba memaki, mengejek perbuatan Zaki yang menganggap remeh ujian. namun, Alvino pun tak bisa berkata-kata. Ia sadar, semua penjelasan Zaki ada hubungannya dengan kisahnya bersama istri yang sangat ia cintai dulu. Sekarang, entah di mana ia berada. 

Di sisi lain, Raya ikut tertunduk. Pahit, rasanya sangatlah pahit. Raya tak mengerti ap maksud Papa yang tak terima dengan alasan yang Zaki berikan. Namun, ia ikut berpikir. Apa dulu papanya sempat terlibat dalam kasus tersebut? 

Kini, Zara telah mengetahui alasan ia lama tak berjumpa dengan ibunya itu. 

How do you feel about this chapter?

0 0 1 0 0 0
Submit A Comment
Comments (1)
  • luthfiaray

    Kerenn bangeeet. Semangaat!

    Comment on chapter Bab 1. Hujan Rintik-Rintik
Similar Tags
RIUH RENJANA
574      405     0     
Romance
Berisiknya Rindu membuat tidak tenang. Jarak ada hanya agar kita tau bahwa rindu itu nyata. Mari bertemu kembali untuk membayar hari-hari lalu yang penuh Renjana. "Riuhnya Renjana membuat Bumantara menyetujui" "Mari berjanji abadi" "Amerta?"eh
Daybreak
4405      1837     1     
Romance
Najwa adalah gadis yang menyukai game, khususnya game MOBA 5vs5 yang sedang ramai dimainkan oleh remaja pada umumnya. Melalui game itu, Najwa menemukan kehidupannya, suka dan duka. Dan Najwa mengetahui sebuah kebenaran bahwa selalu ada kebohongan di balik kalimat "Tidak apa-apa" - 2023 VenatorNox
Premium
Claudia
7376      1844     1     
Fan Fiction
Ternyata kebahagiaan yang fana itu benar adanya. Sialnya, Claudia benar-benar merasakannya!!! Claudia Renase Arditalko tumbuh di keluarga kaya raya yang amat menyayanginya. Tentu saja, ia sangat bahagia. Kedua orang tua dan kakak lelaki Claudia sangat mengayanginya. Hidup yang nyaris sempurna Claudia nikmati dengan senang hati. Tetapi, takdir Tuhan tak ada yang mampu menerka. Kebahagiaan C...
Cinta Tiga Meter
785      488     0     
Romance
Fika sudah jengah! Dia lelah dengan berbagai sikap tidak adil CEO kantor yang terus membela adik kandungnya dibanding bekerja dengan benar. Di tengah kemelut pekerjaan, leadernya malah memutuskan resign. Kini dirinya menjadi leader baru yang bertugas membimbing cowok baru dengan kegantengan bak artis ibu kota. Ketika tuntutan menikah mulai dilayangkan, dan si anak baru menyambut setiap langkah...
ASA
5499      1714     0     
Romance
Ketika Rachel membuka mata, betapa terkejutnya ia mendapati kenyataan di hadapannya berubah drastis. Kerinduannya hanya satu, yaitu bertemu dengan orang-orang yang ia sayangi. Namun, Rachel hanya diberi kesempatan selama 40 hari untuk memilih. Rachel harus bisa memilih antara Cinta atau Kebencian. Ini keputusan sulit yang harus dipilihnya. Mampukah Rachel memilih salah satunya sebelum waktunya ha...
Tanpa Kamu, Aku Bisa Apa?
129      101     0     
Romance
Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan Anne dan Izyan hari itu adalah hal yang terbaik bagi kehidupan mereka berdua. Anne tak pernah menyangka bahwa ia akan bersama dengan seorang manager band indie dan merubah kehidupannya yang selalu menyendiri menjadi penuh warna. Sebuah rumah sederhana milik Anne menjadi saksi tangis dan canda mereka untuk merintis 'Karya Tuhan' hingga sukses mendunia. ...
Gunay and His Broken Life
8736      2540     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...
Drifting Away In Simple Conversation
467      318     0     
Romance
Rendra adalah seorang pria kaya yang memiliki segalanya, kecuali kebahagiaan. Dia merasa bosan dan kesepian dengan hidupnya yang monoton dan penuh tekanan. Aira adalah seorang wanita miskin yang berjuang untuk membayar hutang pinjaman online yang menjeratnya. Dia harus bekerja keras di berbagai pekerjaan sambil menanggung beban keluarganya. Mereka adalah dua orang asing yang tidak pernah berpi...
Cinta Sebelum Akad Itu Palsu
144      113     1     
Inspirational
Hayy dear...menurut kalian apa sih CINTA itu?? Pasti kalian berfikir bahwasanya cinta itu indah, menyenangkan dan lainnya. Namun, tahukah kalian cinta yang terjadi sebelum adanya kata SAH itu palsu alias bohong. Jangan mudah tergiur dan baper dengan kata cinta khususnya untuk kaum hawa niii. Jangan mudah menjatuhkan perasaan kepada seseorang yang belum tentu menjadi milikmu karena hal itu akan ...
I love you & I lost you
7216      2572     4     
Romance
Kehidupan Arina berubah 180 derajat bukan hanya karena bisnis ayahnya yang hancur, keluarganya pun ikut hancur. orang tuanya bercerai dan Arina hanya tinggal bersama adiknya di rumah, ayahnya yang harus dirawat karena mengalami depresi berat. Di tengah hancurnya keluarganya, Arina bertemu kembali dengan teman kecilnya, Arkan. Bertemunya kembali mereka membuka sebuah lembaran asmara, namun apa...