Loading...
Logo TinLit
Read Story - MARIA
MENU
About Us  

Sudah hari ke sekian, di sekolah Maria belum juga bisa dekat dengan teman perempuannya. Jujur, sebenarnya Maria ingin bergaul tetapi dari raut wajah teman-temannya sangat risi melihat dirinya. Menurut Maria, lebih baik dia selalu di samping Jun daripada harus berbaur dengan mereka.


Maria sedang duduk di gazebo, seperti biasa dia ditemani oleh Jun. Jun sibuk dengan ponselnya, sementara Maria sibuk membaca novel sambil sesekali melihat ke arah teman-teman perempuannya yang sedang berkumpul. 


“Sampai kapan gue kayak gini terus? Kenapa gue dicuekin sama teman-teman gue?” batin Maria.


“Woi!” Jun mengageti Maria yang sedang melamun.
“Astaghfirullah Jun ... ngagetin gue tahu nggak!” Maria kaget.


“Lo ngapain lihatin mereka? Pengen kumpul. Ya sana coba gih.” Jun memang pintar menebak isi hati orang layaknya seorang cenayang.
“Iya, sih pengen. Tapi gue males nanti dijulidin sumpah,” jawab Maria terus terang.


“Jangan negatif thinking mulu ah. Hobi banget dah kayaknya lo,” ledek Jun sambil menahan tawanya.
“Hihhh! Iya waktu pulang, deh gue coba. Untung gue bawa snowy nggak nebeng lo!” ucap Maria geram.


“Anak pintar.” Jun mencubit pipi Maria gemas lalu melanjutkan bermain game.
“Sakit Jun, ya ampun. Pusing gue,” rengek Maria. Setelah itu dia fokus kembali membaca novel yang dibawanya.


   Baru saja akan membaca novelnya kembali, Maria ingat kalau dia belum menanyakan video kemarin kepada Jun. Karena Jun berjanji untuk mengeditnya sendiri, padahal sebenarnya Maria juga bisa mengedit video. Mereka jago dengan hal-hal seperti itu, tidak heran kalau mereka memilih masuk di jurusan broadcasting.


“Junkuy,” panggil Maria sambil meledek.
“Apa Mar? Gue asik ngegame padahal.” Dengan pasrah Jun tidak melanjutkannya dan memilih untuk meletakkan hpnya ke dalam saku.


“Lo udah ngedit apa belum?” tanya Maria to the point.
“Udah,” jawab Jun singkat dan santai.
“Kok nggak bilang, sih? Tapi belum lo upload, kan?” protes Maria karena Jun tidak memberitahunya kalau video mereka sudah jadi.


“Ya belum lah, ada, kok di hp gue. Mau lihat sekarang apa gimana?” ujar Jun.
“Sekarang aja, deh, Jun. Gue penasaran banget.” Maria menyodorkan tangannya di depan Jun. Dia meminta agar Jun segera mengeluarkan ponselnya dari saku.


“Hmm ... iya.” Jun mengeluarkan ponselnya, mencari video tersebut. Setelah itu memberikannya kepada Maria.
“Thank you,” ucap Maria sambil bertingkah imut lalu melihat hasil editan Jun dengan fokus.


“Gimana gimana?” Jun iseng melihat ekspresi Maria yang masih menonton video tersebut. Durasinya sebentar lagi akan selesai.
“Sumpah lo keren. Gue ajarin, dong ngedit kayak gini!” Wajah Maria benar-benar sangat puas setelah melihat video tersebut.


“Lo suka?” tanya Jun.
“Iya lah, gila kali kalau gue nggak suka. Gue ajarin Jun,” rengek Maria.
“Iya gampang,” jawab Jun.


Jam istirahat telah berakhir, Maria benar-benar muak. Karena setelah ini adalah waktunya pelajaran Matematika, Maria benci dengan pelajaran itu walaupun kurang lebih ada sedikit manfaat di kehidupan nyata.


“Yahh ... udah masuk Jun.” Maria putus asa.
“Ya iya masuk memang. Kenapa, kok sedih?” tanya Jun kebingungan.


“Lo, kan tahu gue nggak suka sama MTK. Pusing banget!” Maria memegang kepala dengan kedua tangannya. Lalu bersandar di bahu Jun.


“Ngeluh mulu, nanti malah nggak bisa-bisa. Tenang ada gue.” Jun mendorong kepala Maria menggunakan jari telunjuknya, berniat untuk membangunkan Maria agar segera masuk ke kelas.


“Lo emang dari sononya udah encer Jun,” ledek Maria sambil memutar kedua bola matanya.
“Ya udah ayo,” Jun beranjak dari posisi duduknya lalu menarik lengan Maria serta menggenggamnya.


********
   Suara yang paling ditunggu oleh semua murid di sekolah telah berbunyi, apalagi kalau bukan bel pulang sekolah? Pasti teman-teman perempuan satu kelas Maria berencana untuk pergi bersama, karena mereka terlihat terburu-buru menata barangnya. Maria hanya bisa melihatnya, sepertinya dia tidak bisa melakukan apa yang dia katakana sendiri pada Jun tadi.


“Diem aja, Neng. Ayo sana coba nimbrung ke mereka.” Jun menyenggol lengan Maria. Menyadarkan Maria yang terlarut dengan lamunannya.
“Apaan, sih,” protes Maria.


“Ayo tadi lo bilang ke gue pulang sekolah mau coba ngapain?” Jun mengingatkan ucapan Maria tadi ketika berada di gazebo.
“Aaa ... iya. Ngajak ngobrol mereka, ngajak mereka keluar,” rengek Maria dengan pasrahnya.


“Nah pintar. Ya udah sana keburu mereka pulang, gue pulang duluan. Oke?” Jun menggenggam tangan Maria lalu mencium punggung tangannya. Pamit untuk pulang terlebih dahulu.
“Ya hati-hati,” gerutu Maria. Jun hanya bisa menahan tawanya melihat Maria yang terlihat tersiksa dengan keadaan ini.

Tetapi mau tidak mau Maria harus melakukannya, barangkali saja teman-temannya selama ini takut mengajak Maria bicara karena Maria terlihat sangat pendiam dan judes.


   Jun sudah menghilang dari pandangan Maria, Maria menarik napas dalam-dalam untuk mempersiapkan nyali yang cukup besar. Dia harus siap-siap jika nanti fisiknya akan menjadi bahan bully. Maria memberanikan diri beranjak dari bangkunya lalu mendekati teman-temannya.


“Hai,” sapa Maria kepada mereka semua. Mereka menatap Maria dengan aneh, ya mungkin karena Maria tiba-tiba muncul begitu saja.
“Hai hai, ada apa?” tanya Vina dengan nada bicara yang ketus.


“Heh ... jangan gitu!” Amel teman dekat Vina menegurnya.
“Ada apa, Mar?” tanya Amel kepada Maria begitu lembut. Memang, sifat atau tingkah laku Vina dan Amel ada beberapa yang memiliki kemiripan. Namun menurut Maria, Amel jauh lebih baik dan sopan daripada Vina.


“Mau nanya, dong, kalian mau ke mana? Gue boleh gabung nggak?” tanya Maria.
“Dih!” Vina berdecak kesal. Meskipun dia berusaha memelankan suaranya, Maria masih bisa mendengar. Indra pendengaran Maria dari lahir sudah sangat tajam, dia peka dengan suara apapun yang pelan.


“Boleh, kok boleh. Boleh, kan guys, teman kita, lho?” jawab Amel sambil menanyakan pendapat yang lainnya.
“Iya boleh,” jawab mereka serempak.
“Ya udah ayo kita berangkat,” ajak Vina beranjak dari kursi yang didudukinya lalu mengenakan tasnya.
  
 Semua berdiri mengikuti perintah Vina, ya, di kelas broadcasting perempuan yang paling berkuasa adalah Vina. Geng itu adalah hal yang paling dibenci Maria. Jadi dia risi ketika melihat tingkah Vina yang sok berkuasa. Maria sengaja berjalan paling belakang, untuk mempersilakan temannya berjalan terlebih dahulu.


Maria kira di belakangnya sudah tidak seseorang lagi, tetapi ternyata ada satu teman di belakangnya yang bernama Naya. Naya menatap Maria dengan senyumannya yang begitu manis, lesung pipit yang dimilikinya membuat semua orang terkesima.


“Maria,” sapanya lalu berjalan mendekat ke arah Maria.
“Hai Naya,” ujar Maria.


“Mar, kapan-kapan gue boleh main ke rumah lo nggak? Gue baru tahu kalau rumah kita lumayan dekat,” ujar Naya.
“Oh, ya? Gue nggak tahu. Boleh boleh, gue senang banget!” jawab Maria begitu ceria. Dia senang akhirnya mendepatkan teman lagi yang rumahnya dekat dengannya.


“Haha ... thank you. Btw lo ke parkiran, kan, ambil vespa?” tanya Naya.
“Iya.” Maria mengangguk.
“Ya udah ayo barengan. Gue juga ambil motor gue,” kata Naya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Kisah Kemarin
7582      1762     2     
Romance
Ini kisah tentang Alfred dan Zoe. Kemarin Alfred baru putus dengan pacarnya, kemarin juga Zoe tidak tertarik dengan yang namanya pacaran. Tidak butuh waktu lama untuk Alfred dan Zoe bersama. Sampai suatu waktu, karena impian, jarak membentang di antara keduanya. Di sana, ada lelaki yang lebih perhatian kepada Zoe. Di sini, ada perempuan yang selalu hadir untuk Alfred. Zoe berpikir, kemarin wak...
Teman Hidup
6987      2514     1     
Romance
Dhisti harus bersaing dengan saudara tirinya, Laras, untuk mendapatkan hati Damian, si pemilik kafe A Latte. Dhisti tahu kesempatannya sangat kecil apalagi Damian sangat mencintai Laras. Dhisti tidak menyerah karena ia selalu bertemu Damian di kafe. Dhisti percaya kalau cinta yang menjadi miliknya tidak akan ke mana. Seiring waktu berjalan, rasa cinta Damian bertambah besar pada Laras walau wan...
Cinta dalam Impian
144      116     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?
The Flower And The Bees
3998      1663     9     
Romance
Cerita ini hanya berkisah soal seorang gadis muda keturunan Wagner yang bersekolah di sekolah milik keluarganya. Lilian Wagner, seorang gadis yang beruntung dapat lahir dan tumbuh besar dilingkungan keluarga yang menduduki puncak hierarki perekonomian negara ini. Lika-liku kehidupannya mulai dari berteman, dipasangkan dengan putra tunggal keluarga Xavian hingga berujung jatuh cinta pada Chiv,...
EPHEMERAL
148      134     2     
Romance
EPHEMERAL berarti tidak ada yang kekal, walaupun begitu akan tetap kubuktikan bahwa janji kita dan cinta kita akan kekal selamanya walaupun nanti kita dipisahkan oleh takdir. Aku paling benci perpisahan tetapi tanpa perpisahan tidak akan pernah adanya pertemuan. Aku dan kamu selamanya.
The Arcana : Ace of Wands
176      152     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Adiksi
8272      2416     2     
Inspirational
Tolong ... Siapa pun, tolong aku ... nafsu ini terlalu besar, tangan ini terlalu gatal untuk mencari, dan mata ini tidak bisa menutup karena ingin melihat. Jika saja aku tidak pernah masuk ke dalam perangkap setan ini, mungkin hidupku akan jauh lebih bahagia. Aku menyesal ... Aku menyesal ... Izinkan aku untuk sembuh. Niatku besar, tetapi mengapa ... mengapa nafsu ini juga sama besarnya!...
Lebih Dalam
191      166     2     
Mystery
Di sebuah kota kecil yang terpencil, terdapat sebuah desa yang tersembunyi di balik hutan belantara yang misterius. Desa itu memiliki reputasi buruk karena cerita-cerita tentang hilangnya penduduknya secara misterius. Tidak ada yang berani mendekati desa tersebut karena anggapan bahwa desa itu terkutuk.
Premium
Aksara yang Tak Mampu Bersuara
20504      2020     0     
Romance
Ini aku. Aku yang selalu bersembunyi dibalik untaian kata indah yang menggambarkan dirimu. Aku yang diam-diam menatapmu dari kejauhan dalam keheningan. Apakah suatu saat nanti kau akan menyadari keberadaanku dan membaca semua tulisanku untukmu?
Romance is the Hook
5165      1696     1     
Romance
Tidak ada hal lain yang ia butuhkan dalam hidupnya selain kebebasan dan balas dendam. Almira Garcia Pradnyani memulai pekerjaannya sebagai editor di Gautama Books dengan satu tujuan besar untuk membuktikan kemampuannya sendiri pada keluarga ibunya. Namun jalan menuju keberhasilan tidaklah mudah. Berawal dari satu kotak cinnamon rolls dan keisengan Reynaldo Pramana membuat Almira menambah satu ...