Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kembali Bersama Rintik
MENU
About Us  

Liburan akan segera berakhir, hari ini adalah hari sabtu artinya hari libur hanya tinggal besok saja. Yara mempersiapkan terlebih dulu alat-alat sekolahnya karena takut akan gugup jika menyiapkannya dengan buru-buru. Ponselnya kembali berdering di sela-sela ia sedang merapikan alat sekolah dan kamarnya, ia mengambil ponselnya, terlihat di layar nama, “Kak Vino, ngapain telpon ya?” Tak ambil pusing ia segera mengangkat telpon tersebut,

“Hallo Yar,” Bahkan suara Vino yang lembut itu tetap terdengar lewat ponsel.

“Hallo kak, ada apa ya?” Tanpa basa basi, Yara segera ingin tahu tujuan dari Vino menghubunginya.

“Nanti aku mau ke taman kota, soalnya katanya ada bazar hari ini, kamu mau nggak temenin aku? Soalnya aku nggak ada kenalan juga di sana.” Yara diam sejenak dan melihat jam dindingnya terlihat pukul 09.00 pagi.

“Boleh deh kak, nanti kita janjian di sana aja ya.” Yara menyarankan agar mereka berangkat sendiri-sendiri saja agar bisa menghemat waktu juga.

“Eh jangan, aku gaenak, nanti aku jemput kamu aja ya, kamu kirim lokasinya.” Sebenarnya Yara bingung, mau setuju atau tidak, ia takut mamanya bakal melarang.

“Sebentar ya kak, aku ijin mama dulu, nanti aku kabarin lagi.”

“Oke deh.” Yara mematikan ponselnya, ia pergi keluar kamar untuk mencari dimana keberadaan mamanya itu yang ternyata sedang memotong buah di dapur.

“Ma, aku mau bazar di taman kota, boleh?” Mamanya menganggukkan kepalanya sambil memakan buah yang sudah dipotongnya, “Tapi sama cowok,” Mamanya berhenti memotong buah dan melihat ke Yara, “Ta tapi ini temen ma, kasihan dia sendirian.”

“Boleh kok,” Yara tersenyum karena mamanya mengijinkannya, “Tapi jangan lama-lama ya.”

“Okey ma, siap.” Yara kembali berlari ke kamarnya untuk mengabari Vino dan sekalian bersiap-siap. Tak berselang lama terdengar suara motor di depan rumahnya, Yara melihat dari jendela dan benar itu adalah Vino. Ia segera pergi ke luar dan tak lupa bersalaman pada mamanya.

Vino terlihat kurang yakin apakah ini benar rumah Yara, ia melihat sekeliling dan turun dari motornya, baru saja ia akan memencet bel rumahnya Yara sudah keluar, Vino tersenyum melihat Yara.

“Aku kira tadi salah rumah,” Ujar Vino kepada Yara, Yara membalas senyumannya.

Tanpa sepengetahuan mereka berdua, terlihat Al melihat semua kejadian itu dari balkon rumahnya, ia melihat sambil duduk dan terlihat santai dengan minuman di tangannya, saat melihat Yara naik ke motor Vino, Al seketika meremas minuman kaleng yang ada di tangannya. Ia pergi ke dalam. Terlihat Yara dan Vino telah pergi dalam perjalanan menuju taman kota dan tidak butuh waktu lama akhirnya mereka sampai, suasananya sangat ramai dan terlihat meriah.

“Ayo Yar, kita ke arah sana yuk, kayaknya seru.” Terlihat ia menuju sebuah stand boneka. Yara memegang sebuah boneka kecil yang lucu,

“Kamu mau?” Yara melihat Vino.

“Enggak kok, aku udah gede juga.” Yara sebenarnya berbohong, ia sangat suka dengan boneka tapi tidak mungkin jika ia membelinya pada usianya saat ini.

“Mas ini berapa?” Tanpa bertanya lagi Vino segera membeli boneka tersebut.

“Buat mas dan mbk nya yang so sweet ini, saya kasih 50 aja dah.” Vino mengeluarkan uangnya dan membelikannya untuk Yara.

“Wiii, makasih mas, semoga langgeng ya.” Yara merasa semua ini tidak benar, ia ingin menjelaskan kepada penjual tersebut dengan raut wajah bingung namun dicegah oleh Vino.

“Aduhh, maaf ya malah ngrepotin, maaf juga tadi dianggap yang enggak-enggak sama penjual tadi, kakak pasti risih ya,” Yara merasa tidak enak hati dengan kejadian yang dialaminya sebelumnya.

“Udah, nggak usah dipikirin, ini sebagai tanda rasa terimakasih aku,” Vino membelai lembut rambut Yara dan melanjutkan perjalanan mereka. Dari kejauhan ada seseorang yang memperhatikan mereka, dia menjadi semakin dekat dan berjalan berlawanan arah dengan Vino dan Yara, sampai akhirnya,

“BRAKKKK...” Pemuda misterius itu menabrak Vino, ia mengangkat wajahnya yang tadinya tertunduk di tambah lagi ia memakai topi. Yara melihat dengan seksama karena merasa tidak asing dengan pemuda ini dan yang benar saja, ternyata dia,

“Al? Kamu di sini juga?” Itu adalah Al, yang sepertinya dengan sengaja menabrak Vino.

“Maaf, nggak sengaja.” Ia meminta maaf pada Vino karena sudah menabrak.

“Iya, gapapa kok.” Jawab Vino.

“Kamu sama siapa Al?” Yara kembali melontarkan pertanyaan pada Al karena masih membuatnya penasaran.

“Sendirian,” Jawab Al singkat.

“Oh kalo gitu gabung sama kita aja, iya kan kak?” Yara menoleh ke arah Vino, Vino memberikan senyuman palsu tanpa jawaban.

“Boleh.” Al menyetujui ajakan dari Yara dan mereka sekarang jalan bertiga dengan Yara berada di tengah. Vina dan Al saling pandang dengan tatapan sinis tanpa sepengetahuan Yara sedangkan Yara malah asik melihat orang-orang berjualan.

Al maju menyejajarkan langkahnya dengan Yara, ia melihat boneka di tangannya,

“Udah gede beli boneka.” Al melontarkan kata-kata tajamnya kembali, Yara bodoamat dengan kata-kata Al itu.

“Bodoamat wekkk.” Ia malah mengejek Al dengan memasang muka konyol, Vino yang melihat hal tersebut tentu saja tidak tinggal diam. Ia tidak mau kalau harus kalah saing, ia juga segera mengejar mereka berdua yang berada di depannya.

“Yar, nanti habis ini kita mampir cari makan yuk.” Ajak Vino pada Yara.

“Nggak bisa.” Tapi Al malah menolak ajakan Vino yang mengajak Yara, sontak keduanya langsung menoleh ke arah Al.

“Gue kan ngajak Yara, tapi kalo lo mau ikut boleh.” Yara hanya bisa terdiam di antara keduanya, ia belum menjawab ajakan Vino itu, “Gimana Yar?” Vino kembali bertanya  pada Yara yang masih bingung.

“Mama lo suruh cepet pulang.” Al mengeluarkan jurus yang pasti akan sangat manjur untuk membuat Yara menolak ajakan Vino.

“Aduh maaf ya kak, kayaknya nggak bisa.” Vino memandang Al dengan kesal namun raut wajahnya langsung  berubah setelah melihat Yara.

“Iya, nggak papa kok, lain kali kita bisa pergi lagi, berdua.” Vino seperti menekankan kata ‘berdua’ sambil melirik Al sekilas yang berada di samping Yara. Yara mengangguk sambil tersenyum, Al memutar bola matanya dan mengalihkan pandangannya melihat Yara selalu tersenyum ke Vino.

Setelah lelah berjalan-jalan di taman dan melihat banyak hal menarik, mereka memutuskan untuk pulang siang itu.

“Ayo Yar, kita pulang,” Vino mengajaknya untuk pulang, namun saat baru selangkah maju, Al menarik tangan Yara untuk menghentikannya,

“Pulang bareng gue aja, kasian kak Vino harus muter-muter nganter lo.” Al meminta agar Yara pulang bersamanya.

“Enggak kok, nggak papa.” Vino berusaha menjelaskan bahwa itu sama sekali tidak merepotkannya, tapi karena Yara tipe yang tidak enakan jadinya dia setuju dengan saran Al.

“Nggak papa kak, bener kata Al, rumah kita kan searah, jadinya aku pulang bareng Al aja biar kakak bisa langsung pulang.” Yara memberikan penjelasan panjang lebar pada Vino.

“Tapi Yar,” Vino sebenarnya tetap ingin untuk mengantarnya.

“Udah kak, Yara biar sama gue aja.” Dengan senyuman licik Al sekali lagi membuat Vino tak bisa berbuat apa-apa.

“Okey, gue balik dulu, hati-hati ya kalian.” Akhirnya Vino pergi sendiri, tak lupa Yara melambaikan tangan dengan tersenyum.

“Lo nggak capek dari tadi senyum mulu?” Tanya Al pada Yara yang masih melambikan tangannya.

“Capek? Enggak, kamu juga harus belajar senyum Al, senyum kayak gini nih,” Yara memperlihatkan senyum manisnya itu, Al sedikit membungkuk dan ia juga memperlihatkan juga senyumannya yang jarang itu,

“Kayak gitu ya?” Yara segera memutar badannya, wajahnya merah dan jantungnya kembali berdetak kencang.

“Nggak, nggak kayak gitu, itu berlebihan.” Ia masih saja membelakangi Al yang heran dengan tingkahnya, kenapa ia berbicara sambil membelakangi Al.

“Yaudah, ayo pulang, nanti aku dimarahin mama.” Kata Yara sambil melangkah pergi meninggalkan Al. Tapi ia kembali berhenti setelah beberapa langkah, “Ngomong-ngomong, motor kamu dimana?” ia menanyakannya dengan sedikit malu.

Al melangkah maju mendekati Yara, “Di mana ya....?” Ia melewati Yara begitu saja sembari pura-pura berlagak bingung letak motornya.

“Ishh, nyebelin banget.” Yara dari belakang mengikuti kemana perginya Al. Setelah berhasil menemukan motornya, tentu saja mereka pulang. Tapi Al malah membelokkan motornya di salah satu rumah makan, tidak langsung pulang. Tentu saja hal tersebut membuat Yara bertanya-tanya dalam benaknya.

“Kamu mau makan dulu Al?” Al membuka mematikan motornya dan membuka helm.

“Hmm.” Jawab Al singkat. Saat ia akan masuk Yara hanya terdiam saja di samping motor , tidak mengikuti Al yang akan masuk, “Lo nggak ikut masuk, nggak laper?”

Yara menggelengkan kepalanya, tapi perutnya tiba-tiba berbunyi dan tidak bisa diajak kompromi, Yara tersenyum malu.

“Gue nggak mau anak orang pingsan, ayo ikut.” Yara akhirnya mengikuti Al ke dalam, ia memesan makanan untuk dimakan di sana.

“Tapi Al, kata kamu aku disuruh mama cepet pulang?”

“Udah, kalo sama gue nggak papa, percaya aja.” Yara menganggukkan kepala, ia memilih untuk percaya sama Al, meskipun ada sedikit rasa takut dalam dirinya. 

Selesai makan, mereka keluar dari sana, Yara mengeluarkan uangnya, “Punyaku berapa Al?”

“Gausah, gue traktir.”

“Bener? Makasih kalo gitu.” Yara tersenyum dan memasukkan kembali uangnya. Al melihat Yara masih saja menggendong boneka beruang kecil yang dibelikan Vino.

“Lo suka banget sama tu boneka?” Yara melihat bonekanya yang lucu itu, ia mengangkatnya tinggi-tinggi.

“Suka, lihat nih lucu banget kan?” Ia memperlihatkan bonekanya lebih dekat pada Al, tepat di depan wajah. Al segera memalingkan wajahnya dan Yara menarik kembali boneka tersebut. Ia mengusap-ngusap kepala boneka tersebut dengan lembut.

“Gue cowok, masak suka sama boneka.” Al memakai helmnya dan melihat Yara sepertinya tidak mendengar jawabannya dan malah asyik seandiri dengan bonekanya. Al mengambil helmnya dan memakaikannya pada Yara, “Mau nginep disini atau pulang?” Yara merapikan helmnya yang dipakaikan dengan asa oleh Al. Al menyalakan motrnya dan Yara segera naik.

Sesampainya di rumah Yara segera mencari mamanya yang ternyata sedang bersantai di halaman belakang sambil memakan rujak buatannya.

“Loh, kok sudah pulang? mama kira bakal sampai sore.” Yara merasa aneh dengan pertanyaan mamanya itu.

“Bukannya mama nyuruh Yara pulang cepet? Makanya Yara langsung nyari mama.” Mamanya juga bingung dengan pertanyaan Yara itu.

“Enggak, kata siapa?”

“Kata,” Baru saja akan menyebut nama Al, tapi ia menahannya, “Kata aku, hehe.” Yara memilih menyembunyikan yang sebenarnya terjadi.

“Yaudah sini, mama habis ngrujak.” Yara mendekat dan makan bersama dengan mamanya, ia hanya makan sedikit dan memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

“Yara ke dalam dulu ya ma, mau istirahat sama tidur siang, hehe.” Yara mengambil boneka yang diletakkan di sampingnya dan bersiap untuk kembali ke dalam.

“Kamu beli boneka lagi sayang?” Yara melihat bonekanya itu.

“Iya ma, tadi dibeliin teman Yara.”

“Cie-cie, teman yang tadi ganteng juga loh,” Mamanya malah menggoda Yara, “Tapi kamu makan dulu sana, pasti lapar.”

“Nggak deh ma, tadi udah makan.”

“Sama siapa? Sama teman yang beliin boneka juga?” Tanya mamanya penasaran.

“Sama Al.” Mamanya bingung dengan situasi ini, bukankah tadi Yara keluar bersama temannya, tapi kenapa ia malah makan bersama Al.

“Kok bisa?”

“Panjang ma ceritanya, dari Sabang sampai Merauke, udah ya Yara ke kamar dulu.” Iya melambaikan tangannya pada mamanya dan langsung pergi begitu saja. Mamanya tak ambil pusing dengan hal tersebut dan kembali menyantap rujak buatannya sendiri yang tak ada bandingannya.

Yara rebahan di kasur kesayangannya dengan memandangi langit-langit kamarnya, ia mengangkat boneka beruang kecilnya dan mulai bicara dengan boneka itu, “Kamu tahu nggak, kenapa Al harus bohong ya?” Bonekanya tentu saja tidak menjawab pertanyaan Yara, “Apa dia cemburu ya, akhhhh.” Ia berguling-guling seperti orang kesurupan, ia merasa malu sendiri dengan pikirannya yang aneh itu, meskipun kemungkinannya juga benar.

Ia bangkit dari rebahannya dan tersadar, “Haduh, otak ini pasti mikir yang aneh-aneh, jangan terlalu berharap dong, nanti kalo jatuh sakit.” Yara berbicara pada dirinya yang hampir saja kehilangan kontrol diri.

Ia bangkit dan meletakkan boneka itu di lemari koleksi bonekanya, tak sengaja perhatiannya tertuju pada boneka kelinci merah muda yang ada di sana, ia mengambilnya dan merogoh saku dari boneka tersebut, ada sebuah kertas bertuliskan, ‘Kelinci merah muda untuk Yara.’

“Kenapa aku merasa aneh sama boneka ini, seperti ada cerita di baliknya. Aku juga nggak ingat pasti sejak kapan aku punya ini? dan siapa yang membelinya, tapi dia terasa berharga.” Yara bergumam sendiri bersama boneka itu, sepertinya ada rahasia di balik boneka tersebut. “Mungkin dia boneka pertama aku kali ya, waktu kecil.” Ia mengembalikan boneka tersebut di tempatnya.

Sementara itu di rumah Al, Al memasuki kamarnya dan rebahan sambil melihat langit-langit kamarnya dan kemudian mengambil boneka kecil di pojok ranjangnya, boneka itu sangat mirip dengan punya Yara yang berwarna pink, namun boneka yang ini berwarna biru, "Kapan dia sadar." Al bergumam sambil mengelus boneka tersebut. 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Unlosing You
487      339     4     
Romance
... Naas nya, Kiran harus menerima keputusan guru untuk duduk sebangku dengan Aldo--cowok dingin itu. Lambat laun menjalin persahabatan, membuat Kiran sadar bahwa dia terus penasaran dengan cerita tentang Aldo dan tercebur ke dalam lubang perasaan di antara mereka. Bisakah Kiran melepaskannya?
Tanpa Kamu, Aku Bisa Apa?
130      101     0     
Romance
Tidak ada yang pernah tahu bahwa pertemuan Anne dan Izyan hari itu adalah hal yang terbaik bagi kehidupan mereka berdua. Anne tak pernah menyangka bahwa ia akan bersama dengan seorang manager band indie dan merubah kehidupannya yang selalu menyendiri menjadi penuh warna. Sebuah rumah sederhana milik Anne menjadi saksi tangis dan canda mereka untuk merintis 'Karya Tuhan' hingga sukses mendunia. ...
One-Week Lover
1978      983     0     
Romance
Walter Hoffman, mahasiswa yang kebosanan saat liburan kuliahnya, mendapati dirinya mengasuh seorang gadis yang entah dari mana saja muncul dan menduduki dirinya. Yang ia tak tahu, adalah fakta bahwa gadis itu bukan manusia, melainkan iblis yang terlempar dari dunia lain setelah bertarung sengit melawan pahlawan dunia lain. Morrigan, gadis bertinggi badan anak SD dengan gigi taring yang lucu, meng...
Dandelion
7314      1872     0     
Romance
Kuat, Cantik dan Penuh Makna. Tumbuh liar dan bebas. Meskipun sederhana, ia selalu setia di antara ilalang. Seorang pemuda yang kabur dari rumah dan memilih untuk belajar hidup mandiri. Taehyung bertemu dengan Haewon, seorang gadis galak yang menyimpan banyak masalah hidup.
Bimbang (Segera Terbit / Open PO)
6358      2031     1     
Romance
Namanya Elisa saat ini ia sedang menempuh pendidikan S1 Ekonomi di salah satu perguruan tinggi di Bandung Dia merupakan anak terakhir dari tiga bersaudara dalam keluarganya Tetapi walaupun dia anak terakhir dia bukan tipe anak yang manja trust me Dia cukup mandiri dalam mengurus dirinya dan kehidupannya sendiri mungkin karena sudah terbiasa jauh dari orang tua dan keluarganya sejak kecil juga ja...
Premium
Claudia
7449      1844     1     
Fan Fiction
Ternyata kebahagiaan yang fana itu benar adanya. Sialnya, Claudia benar-benar merasakannya!!! Claudia Renase Arditalko tumbuh di keluarga kaya raya yang amat menyayanginya. Tentu saja, ia sangat bahagia. Kedua orang tua dan kakak lelaki Claudia sangat mengayanginya. Hidup yang nyaris sempurna Claudia nikmati dengan senang hati. Tetapi, takdir Tuhan tak ada yang mampu menerka. Kebahagiaan C...
Premium
MARIA
8449      2410     1     
Inspirational
Maria Oktaviana, seorang fangirl akut di dunia per K-Popan. Dia adalah tipe orang yang tidak suka terlalu banyak bicara, jadi dia hanya menghabiskan waktunya sebagian besar di kamar untuk menonton para idolanya. Karena termotivasi dia ingin bercita-cita menjadi seorang idola di Korea Selatan. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Lee Seo Jun atau bisa dipanggil Jun...
Lebih Dalam
191      166     2     
Mystery
Di sebuah kota kecil yang terpencil, terdapat sebuah desa yang tersembunyi di balik hutan belantara yang misterius. Desa itu memiliki reputasi buruk karena cerita-cerita tentang hilangnya penduduknya secara misterius. Tidak ada yang berani mendekati desa tersebut karena anggapan bahwa desa itu terkutuk.
Rembulan
1281      726     2     
Romance
Orang-orang acap kali berkata, "orang yang gagal dalam keluarga, dia akan berhasil dalam percintaan." Hal itu tidak berlaku bagi Luna. Gadis mungil dengan paras seindah peri namun memiliki kehidupan seperti sihir. Luna selalu percaya akan cahaya rembulan yang setiap malam menyinari, tetapi sebenarnya dia ditipu oleh alam semesta. Bagaimana rasanya memiliki keluarga namun tak bisa dianggap ...
DAMAGE
3844      1329     2     
Fan Fiction
Kisah mereka berawal dari rasa penasaran Selgi akan tatapan sendu Sean. Ketidakpuasan takdir terhadap pertemuan singkat itu membuat keduanya terlibat dalam rangkaian cerita selanjutnya. Segalanya pun berjalan secara natural seiring kedekatan yang kian erat. Sean, sang aktor terkenal berperan sangat baik untuk bisa menunjukkan kehidupannya yang tanpa celah. Namun, siapa sangka, di balik ...