Loading...
Logo TinLit
Read Story - Kembali Bersama Rintik
MENU
About Us  

Berhari-hari mereka telah melakukan perjalanan yang menyenangkan dan penuh dengan wawasan yang berharga. Ini adalah hari-hari terakhir mereka disini dan kunjungan ke semua tempat telah dilewati, hari ini mereka akan diberikan waktu untuk beristirahat atau sekadar untuk jalan-jalan di dekat kawasan hotel mereka.

“HAHHHH!!!” Yara tiba-tiba saja bersuara yang mengagetkan Hasya dan Winda yang sedang bersantai karena pagi ini mereka baru saja mandi dan sarapan.

“Kenapa? Kenapa lo?” Winda langsung mendekati Yara yang berada di depan jendela sambil melihat ke arah ponselnya. Karena Yara yang diam saja, Winda langsung berinisiatif melihat apa yang sedang dilihat Yara dari ponselnya.

“Ya ampun, gue kira apaan.” Winda kembali mundur dan kembali duduk di kursi yang tersedia.

“Ada apaan emang Win?” Hasya yang selalu dengan sikap santainya sambil membenahi riasannya.

“Vino ngajakin Yara jalan.” Dengan santainya Winda menjawab.

“Aku harus bilang apa ya? Kalian ikut yuk.” Winda dan Hasya secara bersamaan langsung memandangi Yara secara bersamaan.

“Gue sih nggak bisa Yar soalnya udah janjian mau jalan sama my baby, sorry.” Hasya juga ada rencana sendiri untuk hari ini. Kemudian Yara menoleh ke arah Winda yang sibuk dengan gamenya, melihat Yara yang memandanginya tentu saja Winda langsung paham apa maksut dan tujuan dari tatapan Yara tersebut.

“He, he, gue juga nggak bisa Win, lagi sibuk ini.” Dengan nyengir, Winda memberikan alasan yang kurang bagus, “Udah, nggak papa, lo berangkat sendiri aja, lagian deket dari sini kan?”

Yara menunduk ia tak enak jika harus menolak ajakan Vino, jadi ia memutuskan untuk pergi sendiri ke tampat tersebut, tempatnya adalah sebuah cafe yang tidak jauh dari hotel, jadi Yara hanya perlu untuk berjalan kaki saja.”Okey deh.” Yara akhirnya beranjak dari sana dan segera untuk bersiap-siap.

Ia sudah akan berjalan keluar dari hotel tersebut, saat melewati resepsionis, ia tidak menyadari bahwa Al sedang berdiri di sana karena sebuah urusan. Al melihat Yara melewatinya begitu saja,

“Mau kemana lo?” Al menghentikan langkah kaki Yara seketika itu juga.

“Loh Al, ngapain di sini?” Yara malah bertanya balik pada Al dan tidak menjawab pertanyaan dari Al.

“Gue juga nginep di sini.” Jawab Al, “Lo belum jawab pertanyaan gue.”

“Oh, gue mau ke cafe depan itu sebentar.” Sambil menunjuk cafe yang ada di seberang hotel itu. Al melihat kemana arah yang ditunjuk oleh Yara.

“Ngapain?” Langkahnya kembali terhenti dengan pertanyaannya, ia kembali berbalik badan ke arah Al.

“Ini kak Vino ngajak ketemuan sebentar, ” Yara menjelaskan semuanya tanpa ragu.

“Sendirian? Nggak takut lo, kalau diculik orang gimana?” Al menatakan semuanya seperti ada rasa khawatir dalam dirinya.

“Ya ampun Al, aku kan udah gede, siapa juga yang mau nyulik.” Yara tersenyum mendengar pertanyaan Al, “Aku pergi dulu ya.” Yara memegang pundak Al untuk meyakinkannya dan melambaikan tangan sebelum ia pergi.

Al tak menjawab sepatah kata apapun dan hanya melihat Yara yang semakin jauh darinya. Tanpa berpikir lagi, Al langsung mengikuti Yara, di saat akan keluar dari pintu hotel, Ari dan Angga melihatnya.

“Lah, mau kemana tuh Al, disuruh minta kunci serep malah pergi.” Angga menunjuk Al yang sedang berjalan keluar, ternyata tujuan Al ke resepsionis adalah untuk meminta kunci cadangan karena kunci mereka tertinggal di dalam dan mereka terkunci dari luar.

“Pantesan lama banget, sampai kita kayak gembel.” Keluh Ari, “WOI Al, MAU KEMANA LOO??” Ari meneriaki Al yang membuat ia menjadi pusat perhatian.

“Aduh, lo kalu mau malu-maluin jangan ajakin gue dong.” Angga hanya bisa senyam senyum ketika semua mata tertuju pada mereka berdua. Meskipun telah mengorbankan rasa malunya, Al sama sekali tidak menjawab dan terus melanjutkan langkah kakinya. Akhirnya mereka berdua menyerah dan mengambil sendiri kunci cadangan tersebut.

“Yar, tunggu.” Al berhasil mengejar Yara yang berada cukup jauh di depannya.

“Loh Al, kamu mau ikut?” Langkah kaki Yara sontak terhenti.

“Gue bosen aja, sama pengen nyobain cafe di sini.” Al memberi alasan yang cukup baik.

Mereka telah sampai dalam cafe tersebut, Yara masuk duluan dan Vino telah berada di dalamnya sambil melambai ke arah Yara dengan senyuman yang merekah. Namun senyuman itu seketika hilang dari wajah Vino setelah Al memasuki ruangan tersebut.

“Dia kok iku Yar?” Vino penasaran kenapa Al bisa muncul kembali di saat seperti ini.

“Oh katanya dia bosen di hotel, jadi ikut deh.” Yara menjelaskan apa adanya.

“Emang nggak punya temen? Sampai ikut tanpa diajak.” Vino tersenyum sinis sambil menyindir Al yang berada di depannya.

“Apa nggak kebalik, harus banget ngajakin anak SMA keluar tanpa pengawasan? Lagian zaman sekarang orang asing kan bahaya banget.” Al membalas sindiran Vino. Keadaan disana sangat tegang, Yara yang berada di antara mereka jadi bingung harus berbuat apa. Di saat yang tept, akhirnya pesanan mereka datang, Yara merasa sedikit lega karena suasanya jadi sedikit berubah.

“Makasih kak.” Yara menerima pesanan tersebut, “Kita minum dulu yuk, ayo-ayo minum dulu.” Yara menyuruh Al dan Vino untuk segera meminum pesanannya dan berharap setelah ini kepalanya bisa dingin.

Gagal sudah hari ini rencana Vino untuk berdua bersama Yara karena Al yang tiba-tiba saja muncul tanpa undangan, tapi itu semua tidak menyurutkan tekat Vino untuk mengambil kesempatan lain kali.

Yara dan Al berjalan pulang, saat perjalanan pulang Al melihat taman di dekat sana, “Yar, nanti malem lo sibuk nggak?” Tiba-tiba saja Al menanyakan hal tersebut.

“Enggak, kenapa Al?” Yara sudah menantikan apa yang ingin dikatakan Al selanjutnya.

“Nanti aku tunggu di taman ini.” Yara melihat ke arah taman tersebut. Ia mengangguk dengan semangat, ia sangat menantikan momen-momen ini. Yara kembali ke kamarnya dengan perasaan yang berbunga-bunga, Winda yang melihatnya merasa heran.

“Kenapa lo Yar?” Winda segera bertanya pada sahabatnya itu, “Lo jadian sama kak Vino ya?”

“Ih ngaco banget.” Yara langsung membantah tebakan Winda.

“Terus kenapa lo? Seneng banget kayaknya.” Yara langsung mendekati Winda yang sedang rebahan di kasur.

“Al nanti malam ngajakin aku ketemuan.” Yara dengan senyum-senyum menceritakan semuanya pada Winda.

“Tuh kan, apa gue kata, jangan gampang nyerah.” Winda memberi semangat pada Yara, “Udah lo tenang aja, gue sama Hasya pasti bantuin lo.” Yara mengangguk dengan senang.  

Malam yang ditunggu akhirnya datang, mereka sangat sibuk dengan Hasya dan Winda yang membantu bersiap-siap dan Yara yang semakin deg-deg an karena akan bertemu Al.

Yara akan berangkat sendiri, namun akan tetap diantar oleh Hasya dan Winda sampai depan taman tersebut. Meskipun ini bukan kencan Winda dan Hasya, namun mereka tak kalah semangatnya.

“Oke Yar, lo masuk ke taman sendirian ya.” Mereka telah sampai di depan taman, Yara mengangguk paham dengan ucapan Hasya.

Yara sangat bahagia, ia berjalan dengan bersenandung ria, sampai akhirnya ia melihat Al di sana, namun ada yang aneh di sini. Ternyata Al tidak sendirian, Zaviya sudah berdiri tepat di depannya sambil memegang tangan Al, entah apa yang mereka obrolkan, yang pasti hal tersebut sudah berhasil membuat keretakan dalam hati Yara.

Yara segera berbalik badan dengan menahan tangisnya, ia berlari untuk kembali pulang. Yara berlari tanpa memedulikan sekitar, sampai akhirnya ia akan menyebrang sebuah jalan.

“TIIINNNNN!!!!” Hampir saja, Al langsung menarik tangan Yara sebelum terjadi hal yang sama seperti 9 tahun yang lalu.

“Lo gila ya? Kalo ketabrak gimana?” Al menarik Yara ke tepi jalan dan memarahinya karena rasa khawatirnya.

Yara hanya memandang Al dengan menahan rasa ingin menangisnya, mukanya merah. Karena hal tersebut Al merasa sedikit bersalah karena memarahinya. “Lo nggak papa?” Yara seketika malah menangis dengan sejadi-jadinya.

“Al, kenapa kamu dulu ninggalin aku?” Al kaget dengan pernyataan yang baru saja keluar dari mulu Yara, “Kamu lama banget baliknya.” Dengan sesenggukan Yara mengatakan semua itu.

Al memeluk Yara dan ikut menangis bersama Yara, tangis mereka bersama pecah dalam kegelapan malam. Akhirnya mereka kembali berjalan ke taman bersama untuk menenangkan diri bersama.

“Lo udah inget Yar?” Tanya Al untuk memastikan.

“Akhir-akhir ini aku sering dapat ingatan yang terpenggal-penggal, sampai akhirnya aku dapat ingatan itu dengan jelas waktu mau ketabrak. He he.” Yara menjelaskan semua yang dialaminya selama ini.

Terlihat senyuman di wajah Al, “Aku lega dengernya.” Al dengan wajah lega. “Usaha gue ternyata nggak sia-sia.”

Mereka tersenyum lega, “Tapi Al, kamu bener lagi suka sama Zaviya?”

Al mengernyitkan dahinya, “Enggak, kata siapa?” Al bingung dengan pertanyaan Yara.

“Kata Ari, kamu suka sama Zaviya, lagian tadi kamu juga di taman sama Zaviya, jadinya aku balik deh.” Yara menceritakannya dengan wajah yang masam.

“Oh, lo cemburu?” sekarang giliran Yara yang mengernyitkan dahinya.

“Sok tahu ye,” Yara menjawab dengan ketus.

“Gue selalu nunggu lo dan akan selalu akan ada di sisi lo. Itu janji gue saat lo sakit.” Yara merasa terharu bercampur senang dalam hatinya. Mulai sekarang mereka akan selalu bersama.

“Makasih Al, maaf kalo aku lupa tentang kita.” Yara menyenderkan kepalanya di pundak Al, Al merangkul Yara dengan hangatnya, semua rahasia di antara mereka telah sirna. Sekarang mereka bisa melewati hari tanpa ada beban yang dikubur, ditemani dengan langit yang indah di penuhi bintang-bintang. Tak terasa hujan bisa mempertemukan mereka dalam sebuah kisah yang penuh dengan rahasia.

TAMAT.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Cinta di Sepertiga Malam Terakhir
7633      1689     1     
Romance
Seorang wanita berdarah Sunda memiliki wajah yang memikat siapapun yang melihatnya. Ia harus menerima banyak kenyataan yang mau tak mau harus diterimanya. Mulai dari pesantren, pengorbanan, dan lain hal tak terduga lainnya. Banyak pria yang datang melamarnya, namun semuanya ditolak. Bukan karena ia penyuka sesama jenis! Tetapi karena ia sedang menunggu orang yang namanya sudah terlukis indah diha...
Seharap
8269      2735     2     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
Marry
1670      792     0     
Fantasy
Orang-orang terdekat menghilang, mimpi yang sama datang berulang-ulang, Marry sempat dibuat berlalu lalang mencari kebenaran. Max yang dikenal sebagai badut gratis sekaligus menambatkan hatinya hanya pada Orwell memberi tahu bahwa sudah saatnya Marry mengetahui sesuatu. Sesuatu tentang dirinya sendiri dan Henry.
DAMAGE
3841      1327     2     
Fan Fiction
Kisah mereka berawal dari rasa penasaran Selgi akan tatapan sendu Sean. Ketidakpuasan takdir terhadap pertemuan singkat itu membuat keduanya terlibat dalam rangkaian cerita selanjutnya. Segalanya pun berjalan secara natural seiring kedekatan yang kian erat. Sean, sang aktor terkenal berperan sangat baik untuk bisa menunjukkan kehidupannya yang tanpa celah. Namun, siapa sangka, di balik ...
Niscala
363      246     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
Premium
MARIA
8447      2410     1     
Inspirational
Maria Oktaviana, seorang fangirl akut di dunia per K-Popan. Dia adalah tipe orang yang tidak suka terlalu banyak bicara, jadi dia hanya menghabiskan waktunya sebagian besar di kamar untuk menonton para idolanya. Karena termotivasi dia ingin bercita-cita menjadi seorang idola di Korea Selatan. Hingga suatu ketika, dia bertemu dengan seorang laki-laki bernama Lee Seo Jun atau bisa dipanggil Jun...
The Maiden from Doomsday
10848      2423     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
Si Neng: Cahaya Gema
191      161     0     
Romance
Neng ialah seorang perempuan sederhana dengan semua hal yang tidak bisa dibanggakan harus bertemu dengan sosok Gema, teman satu kelasnya yang memiliki kehidupan yang sempurna. Mereka bersama walau dengan segala arah yang berbeda, mampu kah Gema menerima Neng dengan segala kemalangannya ? dan mampu kah Neng membuka hatinya untuk dapat percaya bahwa ia pantas bagi sosok Gema ? ini bukan hanya sede...
Orange Haze
552      383     0     
Mystery
Raksa begitu membenci Senja. Namun, sebuah perjanjian tak tertulis menghubungkan keduanya. Semua bermula di hutan pinus saat menjelang petang. Saat itu hujan. Terdengar gelakan tawa saat riak air berhasil membasahi jas hujan keduanya. Raksa menutup mata, berharap bahwa itu hanyalah sebuah mimpi. "Mata itu, bukan milik kamu."
Nyanyian Burung di Ufuk Senja
4178      1430     0     
Romance
Perceraian orangtua Salma membuatnya memiliki kebimbangan dalam menentukan suami masa depannya. Ada tiga pria yang menghiasi kehidupannya. Bram, teman Salma dari semenjak SMA. Dia sudah mengejar-ngejar Salma bahkan sampai menyatakan perasaannya. Namun Salma merasa dirinya dan Bram berada di dunia yang berbeda. Pria kedua adalah Bagas. Salma bertemu Bagas di komunitas Pencinta Literasi di kampu...