Loading...
Logo TinLit
Read Story - Seharap
MENU
About Us  

“Lho, aku kira kamu enggak ke sini, Dek.”

Tisha memutar kepala, melihat Sawala berdiri di dekat tempat penyimpanan. Segera saja dia memangkas jarak. “Maaf tidak langsung menemui Kakak, tadi aku harus melakukan sesuatu dulu.” Dia memilih untuk tidak mengatakan yang sebenarnya secara gamblang, tidak mau dianggap pamrih. Yang tadi cukup jadi rahasianya. Namun, kenapa diksinya mengikuti Sawala, ‘melakukan sesuatu’? Ah, sepertinya dia mulai terkontaminasi.

Tisha berdeham. Sebelum Sawala menyelidiki, segera dia mengalihkan. “Kakak tadi di mana?”

“Oh!” Sawala menunjukkan jempol ke belakang. “Setelah menemani yang nyari buku, aku urus buku-buku di sini.”

Alis Tisha terangkat sebelah. “Ada buku baru?”

Sawala mengangguk cepat. “Banyak banget, mana seru-seru lagi. Jadi, enggak sabar, deh, buat masukin ke pojok-pojok baca, biar yang lain bisa ikut menikmatinya.”

“Apa aku boleh bantu masukin ke sana.”

“Gimana?” Sawala mengerjap-kerjap.

“Itu ....” Tisha menggaruk tangan. Mungkin ucapan impulsifnya membuat Sawala menganggapnya aneh. Namun, Tisha sudah bertekad untuk berani dalam menyelesaikan tantangan tambahan. Jadi, bagaimanapun tanggapan Sawala, Tisha tidak akan mundur dari mengikuti kegiatannya. “Aku ingin membantu Kakak.

Sawala berdeham, menetralkan ekspresi. “Sekarang?”

Tisha mengangguk mantap. “Kalau Kakak mau dan bukunya udah siap.”

Sawala mengeleng. “Sayangnya bukunya masih belum siap, belum dibuka dan ditandatangani petugas. Jadi, aku akan buka dulu sekarang.”

Tisha menggigit bibir. “Aku boleh ikut buka juga?”

“Boleh banget. Ayo!” Sawala menggandeng Tisha.

Setelahnya mereka sibuk membongkar buku-buku baru.

“Wah!” Sorakan Sawala menghentikan keheningan.

Tisha melihat Sawala sedang mengacungkan sebuah buku. “Apa, Kak?” Tisha bingung campur senang. Dia bersyukur bisa mendengar lagi Sawala membuka pembicaraan random.

Sawala menyodorkan buku itu pada Tisha. “Ini cocok buat kamu kayaknya.”

“Resep Makanan Fungsional.” Tisha membaca judulnya.

“Iya,” sahut Sawala semangat, bahkan sampai bertepuk tangan sekali. “Kemarin di panti Ibu Riana bilang kamu suka masak, berarti kamu suka baca buku resep, kan?”

Tisha meringis dalam hati. Sebenarnya dia tidak terlalu suka membaca. Biasanya untuk mempelajari resep baru, Tisha lebih suka menonton video tutorial di internet. Namun, untuk menghargai, Tisha menerimanya. “Terima kasih.”

Sunyi kembali. Sawala sibuk menumpuk buku sesuai genre, sementara Tisha yang melihatnya malah menggigit bibir bawah, ingin kembali mengobrol, tetapi bingung bagaimana memulainya.

“Kakak ... suka baca?” Buntu, Tisha hanya bisa mengatakan itu.

Sawala menoleh sambil manggut-manggut. “Sangat. Sejak kecil aku suka membaca.”

Tisha baru memikirkan pertanyaan lainnya. Namun, Sawala sudah lebih dulu melanjutkan.

“Mau fiksi ataupun non-fiksi aku suka. Aku pembaca segala pokoknya. Karena dengan membaca aku jadi bisa mengeksplorasi banyak hal yang kadang di nyata belum tentu aku lihat atau datangi. Makanya aku betah banget di perpus ini, soalnya bukunya beragam banget.”

Seketika Tisha ingat ucapan Riana tentang kesediaan Sawala sebelum tantangan dimulai. Tisha jadi penasaran alasan Sawala. Mungkinkah Riana juga menjanjikan hadiah pada Sawala? “Uhm ... kenapa Kakak mau disuruh Teh ..., maksuduku Bu Riana, buat dekat sama aku?”

Sawala melepas buku di tangan. Memfokuskan pandangan pada Tisha sepenuhnya. “Karena aku ingin punya teman.”

Tisha mengerutkan kening. Bukannya Sawala sudah punya banyak teman, ya? Melihat kedekatannya dengan para anggota Rohis, Tisha yakin Sawala berteman atau bahkan bersahabat dengan mereka.

“Maksudku yang mau jadi pengunjung setia perpustakaan. Itu belum ada. Teman yang lain pada kurang suka di sini.” Sawala melanjutkan karena Tisha hanya diam. “Padahal aku pengin banget di sini ramai. Karena meskipun membaca memang membutuhkan ketenangan, tapi kalau sendirian di ruangan sebesar ini mah sepi banget, kayak krik krik gitu.”

Sawala menjeda dengan kekehan kecil. “Makanya saat Bu Santi nanya mau ditemani adiknya Bu Riana, enggak? Ya jelas aku langsung mau.”

“Meskipun Kakak enggak kenal aku?”

Sawala berdeham. “Sebenarnya aku udah lama tertarik sama kamu. Bukan dalam arti dalam tanda kutip, ya. Tapi lebih ke penasaran aja gitu kok ada anak yang berani duduk sendirian di belakang kelas yang sepi. Cuma aku enggak sempat mulu buat ngajak kamu kenalan, takut juga nanti jadi ganggu kamu. Makanya pas Bu Riana ngasih sedikit info sekaligus nunjukin foto kamu, aku makin semangat buat bersama kamu.”

Tisha meremas jemari. Perasaannya tak keruan. Ini jatuhnya dia jadi pemberi harapan palsu bukan, sih? Soalnya kan Tisha tidak sesuai dengan yang Sawala harapkan. Tisha tidak hobi membaca, tidak juga terlalu suka perpustakaan. Tisha jadi dilema. Haruskah dia jujur tentang kesukaannya?

“Ya, meskipun cuma dua minggu, dan sekarang tinggal tersisa beberapa hari lagi, tapi aku sangat bersyukur.” Bagai monolog, Sawala terus bicara sendiri. “Tapi ... aku berharap kamu bakal kecanduan.”

“Hah?” Tisha terkesiap. 

Lagi, Sawala tertawa renyah. Tampak terhibur dengan respons Tisha yang menggemaskan. “Aku berharap kamu bisa terus jadi pengunjung setia perpus bareng aku, hehe.”

“Itu ....” Tisha menggigit bibir.

“Apa tetap mau jadi penunggu belakang kelas?” Sawala memotong. “Kalau boleh tahu apa kelebihan di sana?”

Bibir Tisha mulai sakit, jadilah dia menghentikan gigitan. Menelan ludah susah. “Di sana ... sunyi,” ucapnya parau.

“Nah!” Sawala bertepuk tangan. “Di sini kan juga sunyi. Jadi, terus di sini aja, ya? Plis ... terus jadi teman aku, ya.” Mata Sawala berkedip-kedip. Merayu.

Sawala salah tingkah. Bagaimana ini? Rencananya setelah tantangan selesai kan dia akan kembali menjadi penyendiri. Namun, jika langsung memberikan penolakan, kok Tisha tidak tega, ya?

“Kalau kamu terus jadi pengunjung setia, nanti aku bisa mewujudkan rencana buat bikin klub buku.” Sawala masih menggebu-gebu.

“Gimana?” Tisha menelengkan kepala.

“Aku tuh pengin bikin kumpulan siswa buat baca dan diskusi buku bareng.” Sawala memajukan jari telunjuk pada tengah ruangan. “Lihat meja itu. Harusnya diisi banyak orang, tapi selama aku jadi pengunjung di sini belum pernah lihat yang gitu. Nanti kalau ada teman, terus bikin kumpulan, aku mau bikin kampanye buat narik siswa ke sini. Nunjukin kelebihan dari buku yang ada.”

Tisha mengedip lamat. Sungguh rencana Sawala begitu keren. Tisha jadi tertarik. Eh?

Sawala menghela napas. “Soalnya pojok baca masih belum efektif. Kamu lihat kan waktu itu debunya sampai banyak gitu saking enggak adanya yang pinjam di sana.”

Bahkan aku aja enggak tahu ada yang seperti itu, bisik Tisha dalam hati. Dulu di masa pengenalan lingkungan sekolah tidak ada penjelasan tentang pojok baca. “Itu juga rencana Kakak?” Tisha menebak.

Sawala menggeleng. “Kalau itu emang program sekolah, baru dibikin tiga bulan lalu. Yang ngurus awalnya guru perpus, terus aku ngajuin diri buat bantu urus. Tapi kalau kamu nanti gabung, enggak perlu ikut urus. Kamu cukup temenin aku di perpus.”

Duh, Tisha tidak tahu harus apa.

“Hey, udah bel!” Riana melongok di ambang pintu. “Asyik banget ngobrolnya sampai enggak denger gitu.”

Tisha dan Sawala saling pandang, lalu tersenyum canggung. 

“Yuk, ke kelas.” Sawala bangkit lebih dulu dan mengulurkan tangan untuk membantu Tisha berdiri. Saat akan berpisah di pelataran perpustakaan, Sawala berbisik, “Tolong dipertimbangkan, ya, Dek. Jadi pengunjung setia juga.”

Tisha bergidik sambil memperhatikan Sawala yang menjauh. Meresahkan. Sawala diam, Tisha takut. Sawala kembali agresif, Tisha makin horor. Dua minggu kok berasa lama banget, ya?

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Premium
Claudia
7449      1844     1     
Fan Fiction
Ternyata kebahagiaan yang fana itu benar adanya. Sialnya, Claudia benar-benar merasakannya!!! Claudia Renase Arditalko tumbuh di keluarga kaya raya yang amat menyayanginya. Tentu saja, ia sangat bahagia. Kedua orang tua dan kakak lelaki Claudia sangat mengayanginya. Hidup yang nyaris sempurna Claudia nikmati dengan senang hati. Tetapi, takdir Tuhan tak ada yang mampu menerka. Kebahagiaan C...
Rumah (Sudah Terbit / Open PO)
4098      1529     3     
Inspirational
Ini bukan kisah roman picisan yang berawal dari benci menjadi cinta. Bukan pula kisah geng motor dan antek-anteknya. Ini hanya kisah tentang Surya bersaudara yang tertatih dalam hidupnya. Tentang janji yang diingkari. Penantian yang tak berarti. Persaudaraan yang tak pernah mati. Dan mimpi-mimpi yang dipaksa gugur demi mimpi yang lebih pasti. Ini tentang mereka.
DI ANTARA DOEA HATI
1388      691     1     
Romance
Setelah peristiwa penembakan yang menewaskan Sang mantan kekasih, membuat Kanaya Larasati diliputi kecemasan. Bayang-bayang masa lalu terus menghantuinya. "Siapapun yang akan menjadi pasanganmu akan berakgir tragis," ucap seorang cenayang. Hal tersebut membuat sahabat kecilnya Reyhan, seorang perwira tinggi Angkatan Darat begitu mengkhawatirkannya. Dia berencana untuk menikahi gadis itu. Disaa...
Under The Moonlight
2346      1134     2     
Romance
Ini kisah tentang Yul dan Hyori. Dua sahabat yang tak terpisahkan. Dua sahabat yang selalu berbagi mimpi dan tawa. Hingga keduanya tak sadar ‘ada perasaan lain’ yang tumbuh diantara mereka. Hingga keduanya lupa dengan ungkapan ‘there is no real friendship between girl and boy’ Akankah keduanya mampu melewati batas sahabat yang selama ini membelenggu keduanya? Bagaimana bisa aku m...
Bittersweet My Betty La Fea
5098      1606     0     
Romance
Erin merupakan anak kelas Bahasa di suatu SMA negeri. Ia sering dirundung teman laki-lakinya karena penampilannya yang cupu mirip tokoh kutu buku, Betty La Fea. Terinspirasi dari buku perlawanan pada penjajah, membuat Erin mulai berani untuk melawan. Padahal, tanpa disadari Erin sendiri juga sering kali merundung orang-orang di sekitarnya karena tak bisa menahan emosi. Di satu sisi, Erin j...
Highschool Romance
2878      1199     8     
Romance
“Bagaikan ISO kamera, hari-hariku yang terasa biasa sekarang mulai dipenuhi cahaya sejak aku menaruh hati padamu.”
Tulus Paling Serius
9985      1115     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
Memoreset (Sudah Terbit)
3985      1486     2     
Romance
Memoreset adalah sebuah cara agar seluruh ingatan buruk manusia dihilangkan. Melalui Memoreset inilah seorang gadis 15 tahun bernama Nita memberanikan diri untuk kabur dari masa-masa kelamnya, hingga ia tidak sadar melupakan sosok laki-laki bernama Fathir yang menyayanginya. Lalu, setelah sepuluh tahun berlalu dan mereka dipertemukan lagi, apakah yang akan dilakukan keduanya? Akankah Fathir t...
Aku baik-baik saja ¿?
4060      1475     2     
Inspirational
Kayla dituntut keadaan untuk menjadi wanita tangguh tanpa harus mengeluh, kisah rumit dimulai sejak ia datang ke pesantren untuk menjadi santri, usianya yang belum genap 17 tahun membuat anak perempuan pertama ini merasa banyak amanah yang dipikul. kabar tentang keluarganya yang mulai berantakan membuat Kayla semakin yakin bahwa dunianya sedang tidak baik-baik saja, ditambah dengan kisah persaha...
Cinta dalam Impian
144      116     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?