Loading...
Logo TinLit
Read Story - Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

“Hari ini kita bakal main basket. Gue diminta Pak Sony buat bagi kelompok, jadi dengar baik-baik ya.”

“Iya, Danuu,” seru para personel geng perayu.

Aku sudah tahu siapa saja anggota kelompokku. Selama ada Dinda, aku tidak perlu bekerja ekstra untuk memperoleh poin. Sambil menunggu giliran bermain, aku memilih pergi ke kantin untuk membeli minuman dan mau tak mau harus bertemu dengan sekumpulan anak lelaki yang tidak terlalu kukenal, karena sebelumnya di kelas X maupun XI aku memang tak pernah sekelas dengan mereka. Hanya Jonathan dan Dino yang aku kenal.

Mendekati kantin, aku mencoba berjalan dan bersikap normal.

“Pak, tolong buatin satu jus mangga buat Ana ya!” 

Jonathan mendadak berteriak dari atas meja kantin saat aku baru saja ingin memesan pesanan yang serupa. 

“Lo mau beli minuman kesukaan lo itu, 'kan? Jangan heran kalau seorang Jonathan tau,” katanya tersenyum dengan kedua alis terangkat sewaktu aku menoleh padanya. 

Akibat tidak tahu harus menanggapi seperti apa, jadi sebisa mungkin aku tetap bersikap biasa saja. Menunggu. Berdiri memunggungi para lelaki di belakang dengan perasaan canggung. Membuatku mau tak mau terpaksa ikut mendengar perbincangan mereka yang tidak penting, mengenai siapa saja junior perempuan yang cantik di tahun ini. 

Dasar. Apa hal seperti itu sudah menjadi tema obrolan wajib bagi lelaki?

Selesai menunggu, aku mengambil dan membayar jus yang sudah dibuat oleh bapak kantin. 

“Makasih, Jon—” kalimatku terpotong saat tidak menemukan Jonathan di meja kantin.

Dino yang menyadari bahwa aku mencari Jonathan, langsung menunjuk ke satu arah dan … oh, di sanalah aku menemukan lelaki itu sedang berbincang dengan seorang perempuan. Playboy. Tidak pernah bisa sekali saja mengabaikan perempuan-perempuan cantik yang lewat di dekatnya. Selalu mempergunakan kesempatan yang datang dengan sebaik mungkin. Kelihatannya aku memang tidak boleh terbang tinggi terlalu mudah, karena kenyataannya Jonathan akan bersikap baik pada banyak perempuan. 

Sesaat kupikir untuk apa memperhatikannya begitu lama?

Saat aku berbalik dengan cepat, tanpa diduga tubuhku bertubrukkan dengan seseorang yang tahu-tahu melintas tepat di belakangku. Menyebabkan gelas plastik jus mangga yang kugenggam terlepas dan terjatuh ke atas lantai. Nasib. Padahal jus itu belum sempat kucicipi.

“Wah, lo kalau jalan liat-liat dong, Yogi!” seru Dino yang berlari kecil menghampiriku. Aku hanya bisa meratapi sepatu serta kaus olahraga yang tak sengaja terkena cipratan jus.

“Aduh, maaf banget. Sebentar ya!”

Tidak tahu kenapa aku masih berdiri di sini. Seharusnya aku bisa saja langsung pergi menuju kamar mandi untuk membersihkan semua ini. Namun, sewaktu mendengar Yogi memintaku agar tetap di sini, aku justru menurutinya.

“Tisu?"

Sesosok tangan yang menggenggam sebungkus tisu terjulur dari arah belakangku. Melihat wajahnya, otakku langsung bekerja. Mencari-cari informasi yang kumiliki tentang dirinya. Sayangnya tidak satu pun yang kutahu. 

Aku menerima tisu yang dia tawarkan.

Thanks," kataku.

You're welcome.”

Lelaki ini pun melangkah melewatiku dan sekilas kudapati dia duduk di kursi kantin untuk kembali memakan makanannya. Sedangkan aku sibuk membersihkan noda jus pada kaus.

“Ini pakai tisu,” ujar Yogi yang kembali datang. Panik. Seketila matanya langsung tertuju pada tanganku yang sudah menggenggam sebungkus tisu. “Eh, gue telat ya? Sorry baju lo jadi kotor gini. Mau gue bantu bersihin?”

Tiba-tiba botol plastik air mineral melayang dan mendarat sempurna pada bahu Yogi. 

“Yakali, Yog! Bisa aja cari kesempatan,” timpal Dino setengah tertawa.

“Yailah apa salahnya berbuat baik?” sahut Yogi.

“Alah, itu sih cuma kedok lo doang!” 

“Sialan lo.” Yogi melempar balik botol plastik tadi. Keduanya tertawa.

Sebaliknya, perasaanku malah jadi tidak enak. Berada di antara orang-orang ini membuatku merasa risi. Aku serasa berdiri di tengah-tengah para penyamun yang hendak berniat jahat.

Suara remukan sterofoam terdengar ngilu di telinga. Ternyata itu ulah si lelaki pemberi tisu.

“Maksudnya Dino … kalau mau cari kesempatan, ajak-ajak,” cetusnya sambil beranjak dari kursi, kemudian berjalan menuju tempat sampah untuk membuang sterofoam bekas makanannya. 

“Haha ini orang lebih sialan lagi,” komentar Yogi.

“Ayo cabut,” kata si lelaki pemberi tisu pada Yogi dan Dino, tapi dia menyempatkan waktu untuk berhenti sebentar di dekatku. “Gue saranin jangan deket-deket sama mereka berdua. Apalagi Dino,” tambahnya, setelah itu benar-benar pergi.

“Sial. Lagak lo udah kayak pahlawan kesiangan, Randa. Woy, tunggu!” 

Dino berteriak seraya berlari mengejar Randa. Sekarang nama itu terdengar familier di telingaku. Seperti semacam nama yang sering diperbincangkan anak perempuan di kelasku sewaktu kelas X dulu. 

“Hei Ana, sekali lagi maaf ya. Ini lo bawa aja tisu dari gue. Gue pergi dulu. Hati-hati jangan sampai ketabrak lagi. Bye!” ujar Yogi diakhiri dengan senyuman tipis, dimana setelahnya dia langsung bergerak pergi menyusul dua orang temannya tadi.

Tubuhku jadi beraroma mangga. Jika tercampur dengan keringat usai bermain basket nanti, akan jadi seperti apa baunya? Sudah dicuci dengan air sabun yang ada di toilet, tetap saja noda kuningnya tidak hilang. Tapi aku masih terbilang beruntung. Setidaknya bukan kuah sup, santan, atau semacamnya yang tumpah.

“Ana! Ayo main!” Dinda memanggilku dari tengah lapangan. Dia berdiri di sana layaknya seorang pemain basket profesional yang sudah siap mencetak skor. Meski kenyataannya, dia memang mengikuti ekskul basket.

Dua tim sudah siap bermain. Entah kenapa pertandingan ini menjadi semacam pertandingan antara tim garang melawan tim sorak-sorai. Kurasa Danu membaginya tidak terlalu adil. Aku senang dengan anggota kelompokku, tapi merasa kasihan dengan anggota tim lawan. Mereka berisikan lima orang dengan tipe pemain seperti Bella, Tasya, dan Joy. Pemain yang lebih banyak berteriak histeris selama pertandingan berlangsung dibanding dengan men-dribble bola.

“Ayo Tasya! Ambil bolanya, Tasya! Aduh,” teriak para lelaki di pinggir lapangan. Kehebohan Tasya dan Joy ketika bermain basket menjadi pemandangan asyik tersendiri buat mereka.

Kami bermain kurang lebih dua puluh menit. Namun, Danu memberi tahu bahwa masih ada lima menit lagi dan skor yang diperoleh sudah 11-0. Jangan tanya tim mana yang masih belum berhasil memecah telur, juga jangan tanya siapa yang berkali-kali mencetak skor hingga sebanyak itu.

“Joy, lempar!”

PRAK!

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Niscala
362      245     14     
Short Story
Namanya Hasita. Bayi yang mirna lahirkan Bulan Mei lalu. Hasita artinya tertawa, Mirna ingin ia tumbuh menjadi anak yang bahagia meskipun tidak memiliki orang tua yang lengkap. Terima kasih, bu! Sudah memberi kekuatan mirna untuk menjadi seorang ibu. Dan maaf, karena belum bisa menjadi siswa dan anak kebanggaan ibu.
Memories About Him
4419      1853     0     
Romance
"Dia sudah tidak bersamaku, tapi kenangannya masih tersimpan di dalam memoriku" -Nasyila Azzahra --- "Dia adalah wanita terfavoritku yang pernah singgah di dalam hatiku" -Aldy Rifaldan --- -Hubungannya sudah kandas, tapi kenangannya masih berbekas- --- Nasyila Azzahra atau sebut saja Syila, Wanita cantik pindahan dari Bandung yang memikat banyak hati lelaki yang melihatnya. Salah satunya ad...
GAARA
8813      2634     14     
Romance
"Kalau waktu tidak dapat menyembuhkan luka, maka biarkan aku menjadi mentari yang dapat membuat hidupmu bahagia." Genandra Mahavir Aditama, si kutub Utara yang dipaksa untuk mencintai seorang perempuan bernama Akira Magenta Valencia, dalam kurun waktu lima belas hari saja. Genandra diminta agar bersikap baik dan memperlakukan gadis itu sangat spesial, seolah-olah seperti dia juga mencin...
Tulus Paling Serius
9971      1113     0     
Romance
Kisah ini tentang seorang pria bernama Arsya yang dengan tulus menunggu cintanya terbalaskan. Kisah tentang Arsya yang ingin menghabiskan waktu dengan hanya satu orang wanita, walau wanita itu terus berpaling dan membencinya. Lantas akankah lamanya penantian Arsya berbuah manis atau kah penantiannya hanya akan menjadi waktu yang banyak terbuang dan sia-sia?
Fallin; At The Same Time
3395      1486     0     
Romance
Diadaptasi dari kisah nyata penulis yang dicampur dengan fantasi romansa yang mendebarkan, kisah cinta tak terduga terjalin antara Gavindra Alexander Maurine dan Valerie Anasthasia Clariene. Gavin adalah sosok lelaki yang populer dan outgoing. Dirinya yang memiliki banyak teman dan hobi menjelah malam, sungguh berbanding terbalik dengan Valerie yang pendiam nan perfeksionis. Perbedaan yang merek...
DAMAGE
3819      1324     2     
Fan Fiction
Kisah mereka berawal dari rasa penasaran Selgi akan tatapan sendu Sean. Ketidakpuasan takdir terhadap pertemuan singkat itu membuat keduanya terlibat dalam rangkaian cerita selanjutnya. Segalanya pun berjalan secara natural seiring kedekatan yang kian erat. Sean, sang aktor terkenal berperan sangat baik untuk bisa menunjukkan kehidupannya yang tanpa celah. Namun, siapa sangka, di balik ...
Acropolis Athens
5705      2087     5     
Romance
Adelar Devano Harchie Kepribadian berubah setelah Ia mengetahui alasan mendiang Ibunya meninggal. Menjadi Prefeksionis untuk mengendalikan traumanya. Disisi lain, Aram Mahasiswi pindahan dari Melbourne yang lamban laun terkoneksi dengan Adelar. Banyak alasan untuk tidak bersama Aram, namun Adelar terus mencoba hingga keduanya dihadapkan dengan kenyataan yang ada.
ALMOND
1158      663     1     
Fan Fiction
"Kamu tahu kenapa aku suka almond?" Anara Azalea menikmati potongan kacang almond ditangannya. "Almond itu bagian penting dalam tubuh kita. Bukan kacang almondnya, tapi bagian di otak kita yang berbentuk mirip almond." lanjut Nara. "itu amygdala, Ra." Ucap Cio. "Aku lebih suka panggilnya Almond." Nara tersenyum. "Biar aku bisa inget kalau Almond adalah rasa yang paling aku suka di dunia." Nara ...
The Maiden from Doomsday
10841      2422     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
Premium
Dunia Tanpa Gadget
12223      3092     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...