Loading...
Logo TinLit
Read Story - Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

“Woy bengong aja!” seru Dinda sambil menepuk bahu kencang kananku. Membuyarkan lamunan.

 

 “Gue pikir lo ngga balik lagi.” 

 

Kedua tanganku tak henti mengusap-usap kedua lengan. Sesekali bergidik ketika udara malam berembus. 

 

 “Niatnya begitu, tapi gara-gara ada yang nitip sesuatu buat lo, jadi sebagai seorang teman yang baik gue harus menyampaikan,” ujarnya seraya memberikan sebuah jaket padaku. 

 

 Apa jaket ini yang dimaksud Dinda sebagai ‘sesuatu’ yang dititipkan itu? Aku menunggu Dinda menjelaskan lebih, tapi dia justru sudah lebih dulu bertanya pada Danu mengenai siapakah tokoh perempuan dalam cerita tadi, karena dia sudah melewatkannya.

 

 “Ayunda. Udah dijawab sama Oni. Kata kuncinya ada di kata perahu sama kertas yang mengarah ke nama Maudy Ayunda,” jelas Danu dan bersamaan dengan itu kulihat tiga sekawan, yaitu Eca, Yogi, dan Randa juga baru saja kembali dari vila.

 

 “Ayunda? Kok kayaknya asing ya?” tanya Dinda bingung.

 

 “Kan udah gue bilang …” Sigap tangan Rangga menangkap lemparan sebungkus camilan dari Yogi. “Dia ngga seterkenal gue.” 

 

Sebuah ranting langsung melesat tepat di depan wajah Rangga. Arah lemparannya sudah jelas berasal dari Jonathan. Lelaki itu selalu tidak terima jika ada orang selain dirinya yang merasa terkenal di sekolah.

 

 “Eh, tunggu. Itu yang jawab Oni? Emang lo bisa jawab, On? O-on?” tanya Eca dengan maksud meledek. Sepanjang sejarah aku mengenal Eca, tidak pernah sekali saja, ucapannya itu gagal menimbulkan tawa atau sekadar senyum.

 

 Oni—seorang perempuan yang tak pernah peduli akan penampilan, terutama rambut keritingnya yang jarang disisir, juga nilai-nilainya yang hampir selalu remedial—langsung mengangkat wajahnya ketika mendengar namanya terpanggil.

 

 “Selama itu bukan pelajaran, gue bisa jawab kok,” jawab Oni jujur mengedikkan bahu.

 

 Meski itu bukan lelucon, tapi cukup membuat beberapa dari kami yang mendengar jadi ikut tertawa. Hal seperti ini sebenarnya sudah biasa terjadi di dalam kelas. Kalau tidak Eca yang menghibur dengan celetukan-celetukannya, sudah pasti Oni yang akan bersedia menggantikan.

 

 Sayangnya saraf tertawaku kali ini sedang tidak bekerja. Dan itu dikarenakan oleh jaket asing yang diberikan Dinda.

 

 “Siapa yang titip ini ke lo?”

 

 Dinda mendesah. “Ya menurut lo siapa lagi? Katanya dari tadi dia udah ngeliat lo mulai kedinginan. Heran deh. Sampe sekarang masih aja gue jadi perantara.”

 

 Perkataan Dinda tadi kurasa benar-benar berasal dari hati. Belum pernah kudengar dia protes seperti tadi. “Maaf ya, Dinda,” kataku menyesal dan Dinda hanya memberikan senyumannya yang langka padaku.

 

 Jaket pemberian ini hanya bisa kutatap tanpa ada niat untuk memakainya. Lagi pula lelaki itu—lelaki yang sudah kembali duduk di sana itu—kenapa dia tidak memberikannya langsung padaku? Mengapa harus lewat Dinda? Pantas saja dia langsung ikut pergi ke dalam vila ketika tahu Dinda pergi, lalu ikut kembali setelah Dinda kembali.

 

 Aku sungguh tidak mengerti. Ada apa dengannya? Bagaimana sebenarnya perasaannya? Dia peduli juga perhatian padaku, tapi apa aku salah jika aku yang menunggunya bicara lebih dulu?

 

 “Untuk cerita pertama ini, selamat buat Maya sama Oni. Ditunggu aja hadiah spesial dari kita ya.” 

 

Tepukan tangan Danu menarik kami semua ikut serta. Dicampur dengan siulan nyaring milik Rangga sendiri. Heran. Cerita cintanya yang buruk itu tersebarluaskan, tapi dia tidak terlihat menyesal sama sekali.

 

“Kalau gitu, kita lanjut ke cerita kedua.”

 

 “Apa aku boleh membacakannya lagi?” tanya Jeff antusias.

 

"Ah, jangan. Ganti yang lain aja," protes Jonathan.

 

"Sebenarnya ngga masalah sih kalau Jeff mau bacain lagi. Daripada ngga ada yang mau sama sekali," sahut Danu menggaruk pelipisnya.

 

"Okay fine. Gue cabut kalau gitu."

 

"Ih, Jojo ngambekan kayak anak kecil," ledek Joy menjulurkan lidah saat Jonathan memelotot padanya.

 

"Jadi boleh ngga ikutan nih?" Eric tetiba langsung nimbrung. Air mukanya mendadak segar. 

 

"Ngga  boleh. Harus ikut," tegas Sonya memancarkan sinar laser dari matanya.

 

Eric seketika memberengut. "Danu, cari pembaca lain aja. Biar ada variasi. Biar ngga pada kabur juga," lanjutnya memberi saran. 

 

Danu tampak menghela napas selagi membenarkan posisi kacamatanya. "Oke. So sorry, Jeff."

 

"It's okay."

 

Aku melirik Jeff yang mungkin agak merasa kecewa. "Kita tebak bareng-bareng ya," kataku dan Jeff mengangguk tersenyum.

 

"Aku pasti akan berusaha untuk bantu kamu."

 

"Ana doang nih yang dibantu? Gue ngga?" celetuk Dinda yang tengah memakan kuaci. 

 

Jeff mengembangkan senyumnya lagi. "Aku juga pasti bantu Dinda."

 

"Aduh, Jeff. Sampai kapan sih lo mengumbar-umbar senyuman maut lo itu ke banyak perempuan?" tanya Dinda kesal. 

 

Dinda memang tomboi, tapi bukan berarti dia tidak suka lelaki. Apalagi yang semenarik Jeff. Bahkan Dinda secara terang-terangan mengaku padaku, andai saja Jeff tidak lugu dan tidak merepotkan seperti ini, dia pasti akan benar-benar kepincut dan mungkin dia akan rela mengubah diri menjadi lebih perempuan untuk menarik perhatian Jeff.

 

Jeff menoleh bingung padaku. "Apa aku salah?"

 

Aku tertawa menanggapi itu. "Ngga kok. Senyum itu bagus. Cuma maksud Dinda, mungkin jangan terlalu mudah memberi senyum ke lawan jenis."

 

"Kenapa?"

 

Kali ini aku melihat Dinda. Meminta bantuan.

 

"Gue nyerah," katanya mengangkat tangan dan langsung berpaling ke depan.

 

Sial.

 

"Soalnya, perempuan itu terkadang mengartikan senyuman laki-laki sebagai … tanda suka, tanda kalau dia tertarik," jelasku mengamati reaksi Jeff. Berharap dia tidak bertanya lebih jauh. "Padahal sebenarnya ngga bermaksud begitu."

 

Jeff bergeming sesaat. "Begitu rupanya. Aku cuma ingin dianggap ramah oleh banyak orang, karena yang aku tahu senyum itu melambangkan keramahan dan jika kita ramah, kita bisa memiliki lebih banyak teman."

 

Kali ini berganti aku yang bergeming. Entah sudah berapa detik terlewat hanya untuk menatap Jeff.

 

"Udah, hei. Ada yang ngeliatin tuh," tegur Dinda.

 

Segera mataku tercabut paksa dari Jeff. Beralih melihat ke depan dan kutemukan dia langsung melengos dengan wajah gusar.

 

 Bukan bermaksud apa-apa, aku hanya merasa kagum dengan apa yang dipikirkan dan dilakukan Jeff. Rasa semangatnya untuk berbaur tidak pernah hilang, padahal aku tahu walau sudah hampir dua tahun Jeff bersekolah di tempat kami, tetap saja dia merasa kesulitan. Aku tahu karena dia pernah bercerita mengenai masalah itu padaku. Membuat seseorang yang melihat menjadi kesal—seperti yang baru saja terjadi. Seingatku, itulah pertama kalinya aku diperlakukan ketus olehnya.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
Rekal Rara
13577      3826     0     
Romance
"Kita dipertemukan lewat kejadian saat kau jatuh dari motor, dan di pisahkan lewat kejadian itu juga?" -Rara Gleriska. "Kita di pertemukan oleh semesta, Tapi apakah pertemuan itu hanya untuk sementara?" -Rekal Dirmagja. ▪▪▪ Awalnya jatuh dari motor, ehh sekarang malah jatuh cinta. Itulah yang di alami oleh Rekal Dirmagja, seorang lelaki yang jatuh cinta kepada wanita bernama Rar...
The Skylarked Fate
7446      2159     0     
Fantasy
Gilbert tidak pernah menerima takdir yang diberikan Eros padanya. Bagaimanapun usaha Patricia, Gilbert tidak pernah bisa membalas perasaannya. Seperti itu terus pada reinkarnasi ketujuh. Namun, sebuah fakta meluluhlantakkan perasaan Gilbert. Pada akhirnya, ia diberi kesempatan baru untuk berusaha memperbaiki hubungannya dengan Patricia.
Mendung (Eccedentesiast)
9217      2295     0     
Romance
Kecewa, terluka adalah hal yang tidak bisa terhindarkan dari kehidupan manusia. Jatuh, terpuruk sampai rasanya tak sanggup lagi untuk bangkit. Perihal kehilangan, kita telah belajar banyak hal. Tentang duka dan tentang takdir yang kuasa. Seiring berjalannya waktu, kita berjalan maju mengikuti arah sang waktu, belajar mencari celah kebahagiaan yang fana. Namun semesta tak pernah memihak k...
Premium
SHADOW
6470      1910     0     
Fantasy
Setelah ditinggalkan kekasihnya, Rena sempat mencoba bunuh diri, tapi aksinya tersebut langsung digagalkan oleh Stevan. Seorang bayangan yang merupakan makhluk misterius. Ia punya misi penting untuk membahagiakan Rena. Satu-satunya misi supaya ia tidak ikut lenyap menjadi debu.
Lebih dari Cinta Rahwana kepada Sinta
3670      1810     0     
Romance
Pernahkan mendengarkan kisah Ramayana? Jika pernah mendengarnya, cerita ini hampir memiliki kisah yang sama dengan romansa dua sejoli ini. Namun, bukan cerita Rama dan Sinta yang akan diceritakan. Namun keagungan cinta Rahwana kepada Sinta yang akan diulas dalam cerita ini. Betapa agung dan hormatnya Rahwana, raksasa yang merajai Alengka dengan segala kemewahan dan kekuasaannya yang luas. Raksas...
Cinta dalam Impian
144      116     1     
Romance
Setelah ditinggal oleh kedua orang tuanya, seorang gadis dan abangnya merantau untuk menjauh dari memori masa lalu. Sang gadis yang mempunyai keinginan kuat untuk meraih impian. Voska belajar dengan rajin, tetapi dengan berjalannya waktu, gadis itu berpisah dengan san abang. Apa yag terjadi dengan mereka? Mampukah mereka menyelesaikan masalahnya atau berakhir menjauh?
Cinta Sebelum Akad Itu Palsu
142      111     1     
Inspirational
Hayy dear...menurut kalian apa sih CINTA itu?? Pasti kalian berfikir bahwasanya cinta itu indah, menyenangkan dan lainnya. Namun, tahukah kalian cinta yang terjadi sebelum adanya kata SAH itu palsu alias bohong. Jangan mudah tergiur dan baper dengan kata cinta khususnya untuk kaum hawa niii. Jangan mudah menjatuhkan perasaan kepada seseorang yang belum tentu menjadi milikmu karena hal itu akan ...
KELANA [Kenzie - Elea - Naresh]
5710      1964     0     
Fan Fiction
Kenzie, Elea, Naresh, tiga sahabat yang ditakdirkan menjadi seorang bintang. Elea begitu mengagumi Naresh secara diam-diam, hingga dia amat sangat peduli terhadap Naresh. Naresh yang belakangan ini sering masuk lambe turah karena dicap sebagai playboy. Bukan tanpa sebab Naresh begitu, laki-laki itu memiliki alasan dibalik kelakuannya. Dibantu dengan Kenzie, Elea berusaha sekuat tenaga menyadarka...
Premium
Dunia Tanpa Gadget
12223      3092     32     
True Story
Muridmurid SMA 2 atau biasa disebut SMADA menjunjung tinggi toleransi meskipun mereka terdiri dari suku agama dan ras yang berbedabeda Perselisihan di antara mereka tidak pernah dipicu oleh perbedaan suku agama dan ras tetapi lebih kepada kepentingan dan perasaan pribadi Mereka tidak pernah melecehkan teman mereka dari golongan minoritas Bersama mereka menjalani hidup masa remaja mereka dengan ko...
Teman Berakhir (Pacar) Musuhan
791      481     0     
Romance
Bencana! Ini benar-benar bencana sebagaimana invasi alien ke bumi. Selvi, ya Selvi, sepupu Meka yang centil dan sok imut itu akan tinggal di rumahnya? OH NO! Nyebelin banget sih! Mendengar berita itu Albi sobat kecil Meka malah senyum-senyum senang. Kacau nih! Pokoknya Selvi tidak boleh tinggal lama di rumahnya. Berbagai upaya buat mengusir Selvi pun dilakukan. Kira-kira sukses nggak ya, usa...