Loading...
Logo TinLit
Read Story - Through This Letter (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

Good luck, babe,” ujar Dinda menepuk-nepuk pelan bahuku begitu dia dan Jeff memutuskan pergi bersama dengan yang lain. Berbondong-bondong masuk ke dalam vila seperti sekumpulan zombie yang tak memiliki semangat hidup lagi.

 

Sekilas kulihat Yogi juga Eca tersenyum seraya mengacungkan ibu jarinya ke arahku, kemudian keduanya bergabung berjalan bersama Dinda dan Jeff. 

 

Mereka semua serius meninggalkanku di saat seperti ini? 

 

Tapi ini memang masalahmu, Ana. Jangan bawa-bawa orang lain. Segera selesaikan, jangan biarkan menggantung terus, dan pastinya jangan terus merepotkan orang lain.

 

Aku menghela napas sebelum akhirnya memutuskan untuk mengambil langkah pertama mendekat pada Randa, yang sialnya justru berdiam diri di dekat api unggun tanpa berniat menghampiriku lebih dulu. Harusnya dia yang mendekatiku, bukan sebaliknya. Namun, Randa adalah Randa. Jalan pikirnya memang berbeda dari yang lain dan aku sudah terbiasa dengan itu.

 

“Ternyata cocok juga,” cetusnya ketika jarak di antara kami tersisa kurang lebih lima langkah. Benar dengan yang dikatakan Adis sebelumnya: Randa yang sebenarnya telah kembali.

 

Mengerti apa yang dimaksud olehnya, bola mataku meluncur turun memandangi jaket yang kukenakan. 

 

“Punya Yogi?” tanyaku melipat lengan di dada. Teringat perkataan Yogi yang mengatakan bahwa sebenarnya dia ingin memilih jaket yang lebih tebal daripada yang kupakai sekarang. 

 

Randa mengedikkan bahu. Kalung rantai yang tersembunyi di balik kaus oblong hitamnya berkilau seperti taburan bintang yang ada di langit. Beruntung cuaca puncak malam hari ini cerah, jadi aku berkesempatan melihat hiasan langit yang indah setelah bosan melihat langit Jakarta yang begitu-begitu saja.

 

“Aku ngga bawa jaket,” katanya yang cukup menimbulkan tanda tanya di kepalaku. Tubuhku pun meremang usai mendengar kata ‘aku’ yang akhirnya diucapkan oleh Randa setelah sekian lamanya kami saling membisu. 

 

“Kita pergi ke Puncak, tapi kamu justru ngga bawa jaket?” tanyaku sedikit tertawa heran. “Semua orang tau kalau Puncak itu udah pasti dingin, Randa. Mau pagi, siang, sore, ataupun malam.”

 

“Ya, soalnya aku emang ngga butuh,” akunya dan aku hanya mengangkat alis. “Aku hangat, Ana. Kalau ngga percaya, sini.”

 

“Heh, ngaco!” semburku meninju dadanya ketika Randa membuka tangannya. Sialnya ucapannya tadi sudah lebih dulu membuatku tersipu. Sampai-sampai wajahku harus berpaling dan merapatkan bibir untuk menyimpan rasa maluku.

 

Mataku menangkap pergerakan tangan Randa yang terulur ke arahku. Memberikan amplop merah jambu yang berisikan secarik kertas bertuliskan tulisannya yang berhasil buatku luluh—seperti halnya yang dirasakan Adis. 

 

Aku menggigit bibir memandangi amplop itu. Mengambilnya dengan hati-hati.

 

“Kamu tau kalau kamu ngga perlu repot-repot buat surat kayak gini. Aku cuma butuh kamu bilang langsung,” kataku berganti menatapnya. “Jadi kamu sengaja ngga ajak aku ngomong beberapa hari ini karena kamu udah punya rencana untuk minta maaf lewat surat ini di sini? Kamu sendiri yang buat masalah kita jadi berlarut-larut, Randa. Sementara aku terus-terusan dibuat bingung sama sikap kamu yang terus aja perhatian, padahal status kita sendiri ngga ada kejelasan setelah kita break.”

 

“Aku cuma mau cari waktu dan cara yang tepat supaya kamu jauh lebih percaya.”

 

“Percaya kalau perasaan kamu ngga main-main?” sambungku melengkapi. “Lalu setelah aku percaya, apa?”

 

“Mulai sekarang kita lanjut lagi?”

 

Ya ampun. Dia memang begitu blak-blakan.

 

Aku memberikan amplop ini lagi padanya. “Coba kamu sampaikan ke aku lewat tulisan aja. Kelihatannya bakal jauh lebih baik.”

 

Randa tersenyum tipis dan menggeleng. “Ngga lagi.”

 

“Oh, ayolah. Kata-kata kamu jauh lebih baik kalau lewat tulisan. Aku suka.”

 

“Jangan rayu-rayu begitu.”

 

Aku tertawa, tapi tak lama setelahnya berhenti untuk menarik napas panjang. Akhirnya aku bisa menatapnya lagi, selama yang kumau. 

 

“Makasih, Randa,” tuturku begitu dalam. “Ini surat pertama dan terbaik yang pernah aku terima. Kamu memang selalu punya cara buat aku speechless. Jadi, kira-kira kamu rela lakuin apa lagi buat aku?” Randa melengos seraya mendesah. Pengakuan jika dia rela melakukan apa pun untukku, bak sebuah bumerang yang siap menyerangnya lagi. “Randa?” ledekku dengan mengikuti ke mana arah matanya pergi. “Kenapa juga kamu harus pakai Anastasia Steele sebagai petunjuk buat aku? Kok kamu bisa tau dia?”

 

Randa terus berusaha menolak bertemu dengan mataku. Beruntung dia lebih tinggi, jadi bukan hal yang sulit untuknya menghalau keberadaanku yang sudah berjinjit-jinjit di depannya.

 

“Aku ngga punya ide lagi untuk buat petunjuk, oke?”

 

“Pasti kamu nonton filmnya, iya, ‘kan?” desakku. Semakin tertebak ketika Randa justru tertawa menanggapi pertanyaanku. “Ish, dasar.”

 

“Hei, ayolah. Aku udah susah payah dapat maaf kamu, terus sekarang kamu jadi marah lagi?” Randa meraih satu lenganku yang masih bersedekap. Ternyata dia memang tidak bercanda. Entah bagaimana bisa, di tengah suasana malam Puncak yang super dingin ini, tangannya masih saja terasa hangat. 

 

Diam-diam aku tengah menyerap seluruh rasa hangatnya ke dalam diriku. 

 

“Ya, ngga lah. Aku ngga bisa atur-atur kamu ngga boleh nonton ini itu.”

 

Randa menggenggam tanganku semakin erat.

 

So, aku benar-benar udah dapat maaf kamu?”

 

“Apa masih kurang jelas?” tanyaku dimana Randa mengedikkan bahu. “Udah pasti aku bakal menyesal kalau aku ngga maafin kamu. Aku mau kita baikan dan lanjutin hubungan kita. Seperti yang kamu bilang, aku ngga bisa diem-dieman begini sama kamu dan aku juga ngga bisa kalau kita putus. Bayangin kalau setelah lulus ini aku ngga bisa ketemu kamu sesering sekarang aja, aku ngga bisa.”

 

“Tapi faktanya kita masih akan satu kampus.”

 

Aku mendengkuskan tawa. “Yah, satu kampus tapi kita putus, buat apa?”

 

Kedua tangan Randa terjulur. Mengaitkan beberapa helai rambut di belakang telingaku. Dia memang suka begitu. Bahkan dia bisa menghabiskan waktu sekian lama hanya untuk memandangiku dan berakhir mengaitkan rambutku.

 

“Oke. Jangan bahas-bahas soal putus lagi,” cetusnya menggertakkan gigi.

 

Mataku memicing. “Kamu kedinginan, ‘kan?”

 

“Gimana ngga jadi dingin, kalau semua panasnya kamu ambil.”

 

Kali ini aku meninju lengannya. Sayangnya terlalu padat. “Resek!”

 

Randa melingkarkan lengannya di bahuku. Membuatku berada di dalam rangkulannya dan aku makin terasa hangat. Sungguh aku tidak bisa tidak menyukai aroma parfum yang menguar di sekelilingnya. 

 

"Kamu masih cemburu kalau aku ngobrol berdua sama Jeff?" tanyaku hati-hati.

 

"Menurut kamu?"

 

"Okay, aku tau jawabannnya," cetusku menyudahi sendiri topik pembicaraan yang aku mulai. “Kenapa kamu ngga pernah kasih tau aku alasan kamu lebih pilih antar aku ke rumah Adis daripada antar aku langsung ke rumah?” tanyaku begitu kami berdua mulai berjalan menuju orang-orang yang sudah menghangatkan diri di dalam vila. Kulihat Eca, Yogi, Sonya, dan Dino—yang bukannya beristirahat untuk persiapan pulang esok hari—malah sedang sibuk menyiapkan barbeque grill.

 

Randa masih diam.

 

“Juga alasan kamu ada di barisan paling depan waktu upacara. Kamu tau kalau munculnya kamu di situ bisa buat aku blank sama tugas aku?”

 

Aku menoleh dan Randa menggaruk pelipisnya.

 

“Sebenarnya aku memang ngga pernah berencana buat kasih tau ke siapa pun. Surat ini benar-benar di luar rencana.”

 

 “Apa pun tentang kamu memang di luar dugaan,” kataku mendesah pelan.

 

 “Tapi justru itu yang buat kamu tertarik, ‘kan?”

 

 “Dan blak-blakan, resek, judes, ketus, dingin—”

 

 “Yakin aku dingin? Malahan aku pikir kamu udah terlalu nyaman sekarang.”

 

 “Shut up, Randa,” kataku tak bisa untuk tidak merona.

 

 

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
The Flower And The Bees
3995      1662     9     
Romance
Cerita ini hanya berkisah soal seorang gadis muda keturunan Wagner yang bersekolah di sekolah milik keluarganya. Lilian Wagner, seorang gadis yang beruntung dapat lahir dan tumbuh besar dilingkungan keluarga yang menduduki puncak hierarki perekonomian negara ini. Lika-liku kehidupannya mulai dari berteman, dipasangkan dengan putra tunggal keluarga Xavian hingga berujung jatuh cinta pada Chiv,...
SI IKAN PAUS YANG MENYIMPAN SAMPAH DALAM PERUTNYA (Sudah Terbit / Open PO)
5947      1953     8     
Inspirational
(Keluarga/romansa) Ibuk menyuruhku selalu mengalah demi si Bungsu, menentang usaha makananku, sampai memaksaku melepas kisah percintaan pertamaku demi Kak Mala. Lama-lama, aku menjelma menjadi ikan paus yang meraup semua sampah uneg-uneg tanpa bisa aku keluarkan dengan bebas. Aku khawatir, semua sampah itu bakal meledak, bak perut ikan paus mati yang pecah di tengah laut. Apa aku ma...
ALMOND
1158      663     1     
Fan Fiction
"Kamu tahu kenapa aku suka almond?" Anara Azalea menikmati potongan kacang almond ditangannya. "Almond itu bagian penting dalam tubuh kita. Bukan kacang almondnya, tapi bagian di otak kita yang berbentuk mirip almond." lanjut Nara. "itu amygdala, Ra." Ucap Cio. "Aku lebih suka panggilnya Almond." Nara tersenyum. "Biar aku bisa inget kalau Almond adalah rasa yang paling aku suka di dunia." Nara ...
Seharap
8208      2732     2     
Inspirational
Tisha tidak pernah menyangka, keberaniannya menyanggupi tantangan dari sang kakak untuk mendekati seorang pengunjung setia perpustakaan akan menyeretnya pada sebuah hubungan yang meresahkan. Segala kepasifan dan keteraturan Tisha terusik. Dia yang terbiasa menyendiri dalam sepi harus terlibat berbagai aktivitas sosial yang selama ini sangat dihindari. Akankah Tisha bisa melepaskan diri dan ...
1'
4699      1555     5     
Romance
Apa yang kamu tahu tentang jatuh cinta? Setiap kali ada kesempatan, kau akan diam-diam melihatnya. Tertawa cekikikan melihat tingkah konyolnya. Atau bahkan, kau diam-diam mempersiapkan kata-kata indah untuk diungkapkan. Walau, aku yakin kalian pasti malu untuk mengakui. Iya, itu jarak yang dekat. Bisa kau bayangkan, jarak jauh berpuluh-puluh mil dan kau hanya satu kali bertemu. Satu kese...
Premium
Di Bawah Langit yang Sama dengan Jalan yang Berbeda
22626      2000     10     
Romance
Jika Kinara bisa memilih dia tidak ingin memberikan cinta pertamanya pada Bian Jika Bian bisa menghindar dia tidak ingin berpapasan dengan Kinara Jika yang hanya menjadi jika karena semuanya sudah terlambat bagi keduanya Benang merah yang semula tipis kini semakin terlihat nyata Keduanya tidak bisa abai walau tahu ujung dari segalanya adalah fana Perjalanan keduanya untuk menjadi dewasa ti...
Violet, Gadis yang Ingin Mati
6649      1918     1     
Romance
Violet cuma remaja biasa yang ingin menikmati hidupnya dengan normal. Namun, dunianya mulai runtuh saat orang tuanya bercerai dan orang-orang di sekolah mulai menindasnya. Violet merasa sendirian dan kesepian. Rasanya, dia ingin mati saja.
The Arcana : Ace of Wands
176      152     1     
Fantasy
Sejak hilang nya Tobiaz, kota West Montero diserang pasukan berzirah perak yang mengerikan. Zack dan Kay terjebak dalam dunia lain bernama Arcana. Terdiri dari empat Kerajaan, Wands, Swords, Pentacles, dan Cups. Zack harus bertahan dari Nefarion, Ksatria Wands yang ingin merebut pedang api dan membunuhnya. Zack dan Kay berhasil kabur, namun harus berhadapan dengan Pascal, pria aneh yang meminta Z...
Wanita Di Sungai Emas (Pendek)
585      395     3     
Fantasy
Beberapa saat kemudian, aku tersandung oleh akar-akar pohon, dan sepertinya Cardy tidak mengetahui itu maka dari itu, dia tetap berlari... bodoh! Akupun mulai menyadari, bahwa ada sungai didekatku, dan aku mulai melihat refleksi diriku disungai. Aku mulai berpikir... mengapa aku harus mengikuti Cardy? Walaupun Cardy adalah teman dekatku... tetapi tidak semestinya aku mengikuti apa saja yang dia...
Dear N
15883      1829     18     
Romance
Dia bukan bad boy, tapi juga bukan good boy. Dia hanya Naufal, laki-laki biasa saja yang mampu mengacak-acak isi hati dan pikiran Adira. Dari cara bicaranya yang khas, hingga senyumannya yang manis mampu membuat dunia Adira hanya terpaku padanya. Dia mungkin tidak setampan most wanted di buku-buku, ataupun setampan dewa yunani. Dia jauh dari kata itu. Dia Naufal Aditya Saputra yang berhasil m...