Loading...
Logo TinLit
Read Story - Dunia Saga
MENU
About Us  

Anggota kelompokku ada 10 orang, 6 anak perempuan dan sisanya anak laki-laki. Sehari sebelumnya semua anak kelas 7 dikumpulkan di aula untuk penyuluhan kegiatan oleh Pembina OSIS. Tiap kelompok di bariskan berurutan di aula makanya kelompok Saga berada di sebelah kelompokku. Gara-gara itu pula, Lintang yang bukan kelompokku ikut baris di barisan kelompokku. Lintang diam-diam menyamar sebagai salah satu anggota kelompokku yang tidak datang.

Aku sebetulnya khawatir Lintang  ketahuan oleh Pembina OSIS, tapi Lintang sendiri malah santai-santai saja tuh dan kelihatannya super bahagia bisa duduk didekat kelompoknya Saga.

Ngomong-ngomong tiap kelompok harus mempunyai satu ketua. Ketua kelompokku adalah Abimayu, anak  yang langsung di pilih secara absolute karena tidak ada anak lain yang ingin jadi ketua. Semua ketua harus duduk di paling depan barisan karenanya Abimayu duduk di depan, bersebelahan dengan Saga.

“Siapa tuh Jo anak cowok yang duduk paling belakang barisan kelompokmu?” Bisik Lintang mendadak sambil mencolek pundakku.

Aku menoleh kebelakang.

“Bisa nggak sih nengoknya nggak terang terangan?!" Protes Lintang dengan paksa membuat kepalaku kembali menghadap kedepan.

Aku menatap kedepan lagi. Ingin rasanya bilang, gimana caranya aku bisa menengok kebelakang secara diam-diam? Tapi percuma adu debat dengan Lintang.

“Cowok yang duduk paling belakang itu?” Bisikku.

“Iya, yang daritadi ngomong terus.“ Kata Lintang.

“Oh yang itu.” Ujarku pelan, kemudian terdiam. Sebenarnya aku sempat berkenalan dengan anak yang satu itu, tapi aku lupa namanya, mungkin Imron atau Yusron.

“Ganteng ya.” Kata Lintang sambil ngikik,"Eh ketua kelompokmu juga ganteng sih."

Aku mengerutkan kening. Aku bisa membedakan mana yang ganteng mana yang tidak, tapi aku nggak pernah mengatakannya secara frontal. Selain itu kenapa cowok terus yang dibicarakan Lintang? Aku bosan.

“Mending mana? Mereka atau Saga?” Tanya Lintang.

“Kamu udah ganti orang yang di taksir?” Tanyaku balik heran.

Lintang nyengir, “Tergantung.”

“Saga.” Ujarku pelan.

Lintang tertawa sambil mengangkat jempolnya.

Keesokan harinya, kami di kumpulkan di lapangan sekolah. Tiga ratus anak dengan warna baju yang berbeda beda sesuai dengan kelompok. Warna baju kelompokku pink. Anak-anak cowok kelompokku semuanya mengeluh kenapa baju kelompok kami harus berawarna pink.

“Baju kamu nggak kegedean itu Jo?” Tanya Intan, teman sekelompokku dari kelas 7D.

Aku menunduk mengecek pakaianku, “Ini baju ibuku, aku nggak punya baju warna pink.”

“Pantes aja! Kenapa nggak beli baru aja sih?” Seru Novin.

“Emang kalian beli baju baru?” Tanyaku polos.

“Iyalah!“ Kata Novin bangga diikuti anggukan Intan dan Lanny, “Kemaren habis kumpul di aula aku bela-belain belanja ke mal “

“Oh.“ Ujarku sambil menatap ke bajuku. Bajuku memang super kebesaran karena ibuku gendut.

Aku nggak kepikiran untuk beli baju baru. Aku persis seperti ibuku, sama-sama buta mode. Sama-sama jarang ke mal karena mal itu mahal. Ibuku bekerja sebagai pegawai administrasi di kantor pemerintahan. Gaji beliau nggak sebegitu banyak apalagi ibuku orangtua tunggal. Aku nggak tega meminta beliau untuk membelikanku ini itu.

“Nggak di peniti aja?”

“Emangnya sebegitu aneh?” Gumamku. Bagiku, baju ibuku yang kedodoran ini biasa-biasa saja. Hanya kaus pink muda polos sederhana, tapi panjang lengannya lebih sepuluh senti dari jariku. Aku sebetulnya tidak butuh rok biru OSIS karena bajunya nyaris sama panjangnya dengan rok kalau aku tidak memasukannya kedalam.

“Aneh!” Pekik Intan. Ia buru-buru mengikat baju ku kedepan perut. Bukannya kelihatan lebih baik, aku justru kelihatan kayak jemuran seprai. Intan dan yang lain tertawa. Aku buru-buru melepaskan bajuku yang diikat didepan perut, malu.

Bayanganku kemudian berputar-putar kembali ke rumah, saat aku sedang memandang cermin yang ada dikamarku. Badanku kecil. Rambutku panjang sebahu lurus agak sedikit mengikal hanya dibagian paling bawah. Rambutku adalah jenis rambut yang agak mengembang dan terlalu halus sampai sampai setiap kali aku menyematkan jepitan apapun pasti jepitan itu akan melorot tidak terkendali. Makanya aku jarang menggunakan hiasan rambut. Tadi pagi aku hanya melihat wujudku sekilas dipantulan kaca, karena aku terburu-buru berangkat sekolah. Sekarang aku agak menyesal karena tidak benar-benar memperhatikan penampilanku sendiri.

Intan dan Lanny, mereka sama-sama dari kelas 7D dan sama-sama membawa payung lipat dalam tas mereka. Selain itu anak dari kelompok lain, Lisa, Ino dan Dea membawa topi pantai dan sunblock. Aku menggigit bibir, kayaknya aku memang ketinggalan zaman. Aku bahkan seumur hidup belum pernah menggunakan sunblock. Kata ibu sesuai dengan umurku aku cuma boleh memakai sabun muka, bedak dan minyak wangi, selebihnya aku belum perluh pakai.

Oh ya, setiap kelompok juga berjalan sesuai dengan urutan makanya kelompokku menjadi kelompok akhir yang berjalan. Selama menunggu semua anak menggerombol campur aduk bersama anggota kelompok-kelompok terakhir lainnya.

Yang anak perempuan kebanyakan berkumpul di bagian tengah lapangan sementara anak laki-laki  mengumpul di bagian belakang. Entah kenapa alasannya, selama menunggu kelompok selanjutnya diberangkatkan, aku yang menjadi topik pembicaraan diantara gerombolan anak-anak perempuan.
Karena bajuku. Karena aku nggak bawa perlengkapan apa-apa cuma topi OSIS padahal kita harus berjalan muter-muter dari pagi sampai jam dua siang. Karena rambutku kuikat cepol kebelakang. Karena rok SMPku yang sesuai aturan 15 senti di bawah lutut.

"Rokmu itu kepanjangan!“ Kata anak berambut ikal di kucir pita kuning kelompok 26.

“Tapi ini kan sesuai aturan.“ Kata ku bingung sambil menatap rokku.

“Iya sih, tapi coba liat roknya Sasha.” Kata Lanny sambil ngikik.

Aku menatap anak yang ditunjuk oleh Lanny. Sasha berambut panjang, cantik, matanya besar dan kulitnya putih. Kalau bersebelahan dengan Sasha, aku kelihatan seperti ikan teri dan dia ikan duyung.

“Oh rokku?” Kata Sasha sambil berdiri dan memamerkan roknya. Roknya malah diatas lutut.

“Apa nggak terlalu pendek?” Tanya anak berambut pendek dari kelompok 28.

“Enggak kok!” Bantah Sasha sambil tersenyum.

“Mungkin karena Sasha tinggi?” Bela Ino, teman sekelompok Sasha.

“Atau roknya Johan kelihatan kepanjangan karena dia pendek?” Kata Novin sambil tertawa geli lalu menarikku berdiri.

Aku dipaksa berdiri di samping Sasha. Tinggiku bahkan cuma sebahu Sasha. Mereka yang melihat langsung tertawa. Disebelah Sasha aku kelihatan aneh, seperti liliput, kecil dan pendek. Wajahku merah padam karena ditatapi oleh banyak pasang mata dan ditertawakan. Aku memang bukan anak perempuan yang paling pendek disekolah tapi tetap saja kalau disejajarkan dengan Sasha yang memang asli tinggi, jadi kelihatan cebol.

Untungnya pembicaraan membandingkan aku dan Sasha yang jelas-jelas jauh berbeda itu berhenti karena Saga yang duduk dengan gerombolan anak laki-laki di barisan belakang tiba-tiba bersin. Aku dan yang lain menoleh secara reflek. Secara reflek pula beberapa anak langsung mengerumunkan kepala, membicarakan Saga sambil berbisik-bisik cekikikan. Aku menatap Saga, ingin bilang terimakasih walaupun nggak mungkin aku bisa mengatakannya.

How do you feel about this chapter?

0 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (0)

    No comment.

Similar Tags
A Poem In A Blue Day
514      380     5     
Romance
Pada hari pertama MOS, Klaudia dan Ren kembali bertemu di satu sekolah yang sama setelah berpisah bertahun-tahun. Mulai hari itu juga, rivalitas mereka yang sudah terputus lama terjalin lagi - kali ini jauh lebih ambisius - karena mereka ditakdirkan menjadi teman satu kelas. Hubungan mencolok mereka membuat hampir seantero sekolah tahu siapa mereka; sama-sama juara kelas, sang ketua klub, kebang...
Ruas-Ruas Kisah
270      200     1     
True Story
Semua kisah yang terjadi dalam hidup memang tidak melulu tentang kesenangan, adakalanya yang duka juga menghampiri. Namun, yakinlah semua itu ada pelajaran yang dapat kita petik. Ruas-ruas kisah hanya berisi tentang perang batin dalam memahami arti ujian kehidupan yang hadir.
Manusia Air Mata
2567      1508     4     
Romance
Jika air mata berbentuk manusia, maka dia adalah Mawar Dwi Atmaja. Dan jika bahagia memang menjadi mimpinya, maka Arjun Febryan selalu berusaha mengupayakan untuknya. Pertemuan Mawar dan Arjun jauh dari kata romantis. Mawar sebagai mahasiswa semester tua yang sedang bimbingan skripsi dimarahi habis-habisan oleh Arjun selaku komisi disiplin karena salah mengira Mawar sebagai maba yang telat. ...
Bukan kepribadian ganda
9960      1998     5     
Romance
Saat seseorang berada di titik terendah dalam hidupnya, mengasingkan bukan cara yang tepat untuk bertindak. Maka, duduklah disampingnya, tepuklah pelan bahunya, usaplah dengan lembut pugunggungnya saat dalam pelukan, meski hanya sekejap saja. Kau akan terkenang dalam hidupnya. (70 % TRUE STORY, 30 % FIKSI)
DANGEROUS SISTER
9392      2205     1     
Fan Fiction
Alicea Aston adalah nama barat untuk Kim Sinb yang memiliki takdir sebagai seorang hunter vampire tapi sesungguhnya masih banyak hal yang tak terungkap tentang dirinya, tentang jati dirinya dan sesuatu besar nan misterius yang akan menimpanya. Semua berubah dan menjadi mengerikan saat ia kembali ke korea bersama saudari angkatnya Sally Aston yang merupakan Blood Secred atau pemilik darah suci.
Cute Monster
726      427     5     
Short Story
Kang In, pria tampan yang terlihat sangat normal ini sebenarnya adalah monster yang selalu memohon makanan dari Park Im zii, pekerja paruh waktu di minimarket yang selalu sepi pengunjung. Zii yang sudah mencoba berbagai cara menyingkirkan Kang In namun selalu gagal. "Apa aku harus terbiasa hidup dengan monster ini ?"
Chahaya dan Surya [BOOK 2 OF MUTIARA TRILOGY]
12805      2746     1     
Science Fiction
Mutiara, or more commonly known as Ara, found herself on a ship leading to a place called the Neo Renegades' headquarter. She and the prince of the New Kingdom of Indonesia, Prince Surya, have been kidnapped by the group called Neo Renegades. When she woke up, she found that Guntur, her childhood bestfriend, was in fact, one of the Neo Renegades.
Strange and Beautiful
5024      1454     4     
Romance
Orang bilang bahwa masa-masa berat penikahan ada di usia 0-5 tahun, tapi Anin menolak mentah-mentah pernyataan itu. “Bukannya pengantin baru identik dengan hal-hal yang berbau manis?” pikirnya. Tapi Anin harus puas menelan perkataannya sendiri. Di usia pernikahannya dengan Hamas yang baru berumur sebulan, Anin sudah dibuat menyesal bukan main karena telah menerima pinangan Hamas. Di...
ATHALEA
1464      675     1     
Romance
Ini cerita tentang bagaimana Tuhan masih menyayangiku. Tentang pertahanan hidupku yang akan kubagikan denganmu. Tepatnya, tentang masa laluku.
Aku Lupa Cara Mendeskripsikan Petang
603      415     2     
Short Story
Entah apa yang lebih indah dari petang, mungkin kau. Ah aku keliru. Yang lebih indah dari petang adalah kita berdua di bawah jingganya senja dan jingganya lilin!