Loading...
Logo TinLit
Read Story - Mencari Bidadari dalam Mimpi (Sudah Terbit / Open PO)
MENU
About Us  

“Salah satu rahasia hidup damai adalah selalu menyangga diri dengan senyuman, walau takdir hidup kadang tidak sejalan, tidak menyalahkanorang, tidak menyalahkan tuhan. Benar-benar hidup dalam usaha penerimaan.”

***

Satu minggu telah berlalu semenjak kejadian kecelakaan itu gus Azam sering datang ke rumah Rara untuk memastikan keadaan Haliza sudah membaik. Bahkan gus Azam lah yang mengantarkan Haliza pergi ke dokter untuk mengecek progres dari kesembuhan kaki nya.

Diam-diam Nafisah juga menaruh kagum dengan gus Azam, waalupun hanya beberapa kali bertemu tetapi begtu lah rasa kagum, tidak pernah tahu kapan akan hadir dan kepada siapa rasa kagum tersebut tersemat dalam hati.

“Kak Fisah kenapa bengong?” Tegur Haliza.

“E-enggak dek.” Elak Nafisah.

“Jangan bohong dari tadi adek perhatiin kakak.”

“Di bilangin enggak kok.” Elak nya lagi.

“Pasti lagi mikirin kak Azam ya?” Goda Haliza.

“Sejak kapan kamu panggil beliau dengan sebutan kak?” Tanya Nafisah sambil menautkan alisnya kea rah sang adik yang sedang makan.

“Sejak kemarin-kemarin, kata nya lebih suka di panggil kak Azam karena beliau bilang adik bukan santri nya.”

Nafisha mengangguk pelan, selama beberapa hari terakhir adiknya memang cukup akrab dengan gus Azam entahlah ia juga tidak tahu mengapa keduanya bisa begitu akrab.

“Kak Azam baik banget ya kak orang nya, beliau aja sering datag kesini bawain makanan buat kita.” Puji Haliza.

“Jangan terlalu berlebihan.” Sauth Nafisha.

“Kenyataan, apa jangan-jangan kakak juga suka ya sama kak Azam.”

“Adek jaga bicaranya, kalau sampai ada yang dengar gimana?”

“Jawab iya dulu kak.”

“Gak.”

“Iya.”

“Gak.”

“Iya kak Fisha suka sama kak Azam.” Goda Haliza sambil terkekeh.

“Ada apa rebut-ribut di meja makan?” Tegur Rames.

Nafisha takut jika ayah nya sampai mendengar ucapan adik nya tadi, “Gakpapa ayah biasa adik selalu bikin rusuh.” Sauth Nafiah.

“Gak ada yang bikin rusuh, lagian adik tadi cuma…”

“Udah dek makan, kebiasaan kalau makan sambil berbicara.” Serkah Nafisah.

Haliza langsung menatap kesal ke arah kakak nya, “Kalian berdua makan dulu selesailkan makan nya baru berbincang.” Nasehat sang ayah.

“Iya ayah.” Sauth keduaya serempak.

Nafiah segera membereskan makanan di meja makan dan mencuci piring bekas di dapur. Sedangkan Haliza akan melanjutkan ucapan nya tadi yang sempat terhenti.

“Ayah.”

“Iya nak.”

“Ayah tahu gak?”

“Kamu belum cerita Liza.”

“Heheheh lupa, yaudah dengerin Liza cerita dulu ayah.”

Rames mengangguk pelan, “Kak Fisah kaya nya suka sama gus Azam.”

“Dari mana Liza tahu? Liza masihkecil nak.”

“Isshh ayah, meskipun Liza masih kecil tapi Liza juga tahu bagaimana cara kak Fisha menatap gus Azam.”

Rames hanya mengulas senyuuum kearah putrinya bahkan usianya masih 14 tahun, bisa-bisa nya mengatakan jika kakak nya menyukai us Azam.

“Sekarang pergilah mengerjakan tugas sekolah nak, sebentar lagi akan ujian ayah mau nilai kaamu bagus.”

“Iya ayah, tapi yang di katakana Liza itu benar kalau ayah tidak percaya tanyakan aja sama kak Fisha.”

“Iya sudah sekarang kerjakan tugas sekolah nya.” Saith Rames sambil mengusap lembut kepala Haliza.

Setelah kepergian Haliza, Rames jadi teringat dengan ucapan putri kecilnya. “Apa mungkin Nafisah mencintai gus Azam? Tapi usia mereka terpaut jauh apa lagi Nafisah masih duduk di bangku SMA.” Monolog Rames dalam hati nya.

Mungkin ia akan menanyakan hal ini terhadap putrinya, agar putri keduanya tidak menaruh perasaan lebih dalam laggi karena memang notabe keluarga keduanya sangat lah berbeda jauh, layaknya langit dan bumi meskipun saling berada di satu tempat yakni dunia tapi keduanya terbentang jarak yang amat jauh. Sejauh apa pun berlari untuk menggapai langit itu tidak akan bisa.

“Pandanglah langit sebagaimana engkaau memandang nya.” Guman Rames pelan.

.

.

.

Hari semakin malam tepatnya sudah pukul 22.00 malam, hari ini seluruh karyawan restaran pulang larut sebab kondisi restaurant yang masih ramai pengunjung. Masalah gaji mereka akan di bayar sesuai dengan tenaga yang mereka keluarkan, gaji dan pekerjaan mereka sebanding yang di hasilkan.

“Ra, balik duluan ya.”

“Iya bil, hati-hati.” Sauth Rara sambil memakai hlem di kepala nya.

“Iya kamu juga hati-hati.”

“Emm…” Sauth nya sambil mengangguk.

Semua karyawan segera pulang ke rumah masing-masing untung nya kondisi jalanan mala mini masih ramai jadi Rara tidak merasa begitu takut ada orang jahat yang menggoda nya.

Kurang lebih 30 menit Rara baru sampai di rumha, kondisi rumah nya sudah sepi karena sudah pukul 23.00 malam. Rara membuka pintu dari luar dengan begitu pelan takut membangunkan keluarga nya.

“Baru pulang nak.” Ucap Rames duduk di kursi roda sambil memegang tasbih di tangan nya.

“Assalamu’alaikum ayah, maaf Rara gak ucap salam tadi karena Rara pikir sudah pada tidur.” Ucap Rara sambil mencium punggung tangan ayah nya dengan takzim.

“Wa’alaikumsalam, bagaimana ayah bisa tidur sedangkan putri ayah masih berada di luar rumah.”

Rara mengulas senyum, “Sekarang ayah bisa beristirahat karena Rara sudah pulang.”

“Sudah makan nak?”

Rara menggelengkan kepala nya pelan, “Hari ini restaurant sangat ramai ayah, jadi gak sempat unttuk makan.”

“Ayah sendiri udah makan belum?”

Rames menggelenkan kepala nya pelan, “Mandilah biar ayah siapkan makanan.”

“Ayah kenaapa tidak makan?”

“Ayah tidak lapar nak.”

“Emm... tunggu sebentar ayah.” Sauth Rara sambil meletakkan tas nya di kursi.

Rara bergegas pergi ke dapur, ia tahu mengapa ayah nya tidak makan karena ia sengajah menyisihkan untuk dirinya. Rara segera keluar membawa dua sendok dan satu piring berisi makanan.

“Ayah kita makan sama-sama ya.”

“Makan lah saja nak, ayah tidak lapar.”

Rara menghela nafas dalam karena ayah tidak mau makan Bersama nya, Rara pun menjauhkan piring dari hadapan nya, berharap sikap nya ini membuat ayah akan makan malam Bersama nya.

“Nak kenapa tidak memakan nya?”

“Rara gak akan makan kalau ayah juga gak ikut makan.” Sauth Rara sambil memanyunkan bibir nya kedepan.

“Baiklah putri ayah sedang mogok makan sekarang hmm.”

“Emmm…”

“Ayo buka mulut nya biar ayah suapin makan.”

“Tapi ayah juga harus makan, Rara suapin juga.”

Rames mengangguk pelan, lantas kedua ayah dan anak tersebut makan Bersama, setelah usai makan Rara segera ke kamar nya untuk mandi dan segera beristirahat.

Rara merenggangkan otot-otot nya karena seharian merasa begitu Lelah akibat pekerjaan ya yang banyak. Rara jadi tidak bisa tidur karena masih teringat dengan sosok gus Azmir, karena mengingat nya Rara segera membuka ponsel nya dan mencari kajian yang di dalam nya gus Azmir lah pembicara nya.

Semenjak kejadian itu juga Rara tidak pernah bertemu dengan gus Azmir tapi hatinya sudah tertanam dengan nama nya, tanpa pertemuan saja Rara bisa mencintai nya. Namun lagi-lagi ia harus tersadarkan dengan rasa cinta nya, ia tidak mau karena rasa cinta nya membuatnya berpaling dari cinta nya kepada sang pencipta.

“Ya Allah aku sungguh takut jika rasa cintaku ini terlalu berlebih dengan beliau, sedangkan aku tahu aku tidak pantas bersama nya. Bagaimana bisa aku memimpikan bersanding dengan beliau sedangkan aku hanya wanita yang fakir seperti ini.” Monolog Rara dalam hati nya.

Drett…

Ponsel Rara tiba-tiba berdering ia segera keluar dari aplikasi YT karena sejak tadi mendengarkan ceramah dari gus Azmir.

“Hallo, Assalamu’alaikum bil.” Ucap Rara dari sebrang telfon.

“Wa’alaikumsalam, heheheh kirain udah tidur Ra.”

“Hmm, kenapa   memang nya? Aku belum bisa tidur padahal capek banget hari ini.”

“Istirahat jangan begadang, eh aku mau kasih tahu kamu kalau besok ada taklim nya gus Azmir tapi di bandung.”

“Beneran Bil?” Sauth Rara antusias.

“Etdah semnagat banget Ra wkwkk.”

“Emmm, nggak biasa aja.”

“Kaget aja tadi.” Sambung Rara dari sebrang telfon.

“Ngaku aja Ra wkwkwk.” Kelakar Nabila dari sebrang telfon.

“Taklim nya kapan Bil?” Ucap Rara mengalihkan candaan Nabila.

“Besok Ra.”

“HAH…”

“Iya besok, tadi aku baru lihat story teman aku.”

“Berangkat gak Ra?!”

“Tapi ndadak banget Bil, aku belum izin sama ayah.”

“Izin aja pasti di bolehin, nanti tiket nya kau beliin gak usah mikirin hal itu.”

“Emmm coba deh besok pagi aku izin dulu moga aja di izinin.”

“Aamiin, sekarang tidur sono.”

“Iyaiya kamu juga tidur sana.”

“Iya, good night moga mimpi gus Azmir.”

“Astaghfirullah Nabilaaaaa…..”

“Wkkkk byby bestie cantik.” Sauth Nabila sambil mematikan ponsel nya.

Rara memijat kening nya karena ulah sahabat nya, “Ya Allah semoga besok dapat izin dari ayah karena besok kan libur kerja.” Guman Rara sambil meletakkan ponsel nya di atas nakas.

.

.

.

Pagi harinnya setelah melaksanakan sholat subuh Rara segera menemui ayah nya untuk meminta izin pergi ke bandung. “Ayah.” Panggil Rara.

“Ada apa nak? Tumben gak lanjut tidur mumpung hari ini libur kerja.” Sauth sang ayah.

“Ayah hari ini boleh pergi ke bandung?”

“Bandung? Memang nya ada urusan apa?”

“Jadi semalam Nabila telfon Rara, ngajakin Rara pergi ke taklim nya gus Azmir.”

“Putra kiayi pemilik pesentren yang ada di sini itu?”

Rara mengangguk pelan, “Iya ayah, boleh ya.”

“Jarak antara bandung dan Jakarta…”

“Rara sama Nabila naik kereta ayah.” Serkah Rara.

“Hmm.” Deheman Rames pelan sambil menatap ke arah putrinya.

Sorot mata Rara begitu dalam, memohon agar di izinkan pergi hari ini, “Ayah, Rara perginya berdua sama Nabila aja kok.”

“Hmm iya jangan pulang sampai larut malam nak.”

“Ja-di…”

Rames mengangguk pelan, “Terima kasih ayah.” Sauth Rara sambil memeluk ayah nya.

“Sama-sama, sekarang bersiaplah.”

Rara mengangguk pelan sambil mengulas senyum, “Ingat tetap jaga Batasan kamu nak, karena ayah tidak ada di samping mu.”

“Iya siap ayah, Rara ke kamar dulu.” Pamit Rara.

Pukul 08.00 WIB Rara dan Nabila sudah berada di stasiun kota, semalam Nabila langsung memesan dua tiket sekaligus karena merasa yakin jika Rara akan di ijinkan pergi bersamma nya.

Setelah kereta sudah sampai mereka segera masuk ke dalam kereta dan melanjutkan perjalanan menuju bandung.

“Dimana pun taklim mu gus, aku akan duduk dan mendengarkan suaramu.” Batin Rara.

.

.

.

Setelah sampai di bandung kedua nya tidak langsung pergi ke tempat taklim yang beada di masjud Al-Amin bandung. Keduanya menjelajahi kuliner bandung yang terletak di sekitar masjid. Dengan seperti ini lah Rara seolah bisa melepas rara Lelah, walupun nanti Ketika sampai dii rumah diriinya akan merasa kesepian lagi.

Karena saking asiknya mereka sampai tak melihat jam yang sudah terlewat dengan taklim hari ini. Lantas mereka segera bergegas pergi ke masjid Al-Amin dan terpaksa keduanya kebagian tempat duduk di belakang karena sudah terisi dengan para jama,ah. Sedangkan kajian sudah di mulai 10 menit yang lalu, taklim Bersama gus Azmir adalah salah satu hal yang di tunggu ole para remaja karena banyak motivasi yag di berikan oleh gus Azmir.

Gus Azmir pun segera melanjutkan materi yang dikaji pada siang hari ini. “Kebanyakan dari kita Ketika ditanya apa yang mereka cari dalam hidup ini? Mereka sselalu menjawab mencari ridho Allah SWT, karena mereka ingin mendapat ridho dari Allah. Akan tetapi hal yang sebenarnya bawa ridho Allah bukan untuk diminta dan dicari tetapi untuk mereka lakukan. Karena subjek utama ridho Allah adalah diri mereka sendiri yang harus ridho kepada Allahbawa kemudian Allah ridho adalah hal yang otomatis, karena tidak mungkin kalau mereka ridho dengan takdir Allah lalu Allah tdak meridhoi.”

“Rumus sederhana di puncak firman-firman Allah dengan siapa yang di panggil Allah untuk memasuki hilir kemesraan cinta dengan Allah. Siapa yang kompatibel terhadap cinta Allah, karena unsur kompatibelnya adalah ‘Rodhiatam Mardiyah’ sesuai dengan firman Allah SWT: ‘Yaayyatuhan nafsul mutma’innah’ artinya; Wahai jiwa yang tenang!”

Irji’I ila rabbiki radiyatam mardhiyah, artinya; Kembalilah kepada tuhanmu dengan hati yang Ridha dan Ridha-nya. (Q.S. al-fajr [89]: 27-28) Manusia di muka bumi ini bisa jadi Allah meridhoi dan menerima amalan kitab isa jadi tidak, kecuali bebrapa orang yang dijamin masuk surga oleh Allah seperti Rasulullah. Selain itu, semua manusia di dunia ini kedudukannya sama bagi Allah.”

Semua orang menyimak dan mencatat yang mereka dengar, penyampaian materi yang sangat bermanfaat sekali apa lagi dengan tema kajian yang sesuai dengan kondisi remaja pada saat ini.

“Oleh karena itu, kita tidak usah sibuk mencari ridho Allah, akan tetapi kitalah yang harus terus menerus ridho kepada Allah, karena rumusnya adalah ‘Rodiyatam mardhia’ bukan terbalik ‘Mardiyatam mardhia’. Jadi kitalah yang harus memastikan setiap saat ridho kepada  apapun saja yang Allah SWT tentukan untk kita, jika kita ridho dan terus ridho efeknya pasti diridhoi oleh Allah SWT.” Sambung gus Azmir.

“Hal yang disebut kita ridho kepada Allah adalah ridho kepada setiap aplikasi Allah dalam hidup kita. Misalnya jantung kita berdetak menandakan bawa Allah mempunyai urusan dengan jantung kita dan kita harus ridho dengan nikmat demikian. Sebagaimana pohon, Bintang dan alam itu adalah 100% ekspresi dari ridho. Oleh karena itu, temukanlah ridho karena manusia adalah makhluk yang diberi akal untuk menggambil jalan dari kehidupan.”

“Maka setiap hari manusia harus menemukan yang mana saja dari perilaku kita hari ini yang di ridhoi Allah dan mana saja yang tidak di ridhoi. Termasuk yang mana perilaku kita yang mencerminkan ridho kepada Allah dan mana yang tidak itulah ukuran hidup. Semoga materi kali ini bermanfaat untuk kita semua, semoga yang duduk di majlis ilmu pada siang ini mendapatkan syafaat di hari kiamat kelak.”

“Aaamiin ya rabbal alami.” Sauth para jama’ah serempak.

“Alhamdulillah syukron jazakillah khairan ustadz Azmir, semoga bermanfaat juga bagi kami. Izin membuka tiga pertanyaan silahkan bagi jama’ah yang ingin bertanya mengenai seputar materi pada siang hari ini.” Ucap moderator yang berada di depan.

Beberapa jama’ah menyiapkan pertanyaaan mereka masing-masing, termasuk juga dengan Rara walaupun tadi sempat telat tapi Rara masih mencatat materi yang di sampaikan pada siang ini.

 

How do you feel about this chapter?

1 0 0 0 0 0
Submit A Comment
Comments (68)
  • riema al karimah

    Ya Allah,,, gmesin deh, pdhl kondisi rara blum pulih, gmna klo udh pulih tu😊

    Comment on chapter Bab 21- Panggilan Baru
  • riema al karimah

    Alhamdulillah SAH,,, semoga rara segera pulih dn sadar klo skrang dia sudah jd istri gus azmir

    Comment on chapter Bab 20- Hari Pernikahan
  • riema al karimah

    Bismilah,, ikut deg degan jga nunggu akad bsok, apa rara gk tau bsok dia akan d nikahi gus azmir y ?

    Comment on chapter Bab 19- Keresahan Hati
  • riema al karimah

    Semoga gus azam jg berjodoh sama nabila🤲
    Dan semoga gus azmir bisa mnjadi obat buat kesembuhan rara🤲

    Comment on chapter Bab 18- Kepulangan Rara
  • riema al karimah

    Kondisi rara sangat mempeihatinkan, sedih bnget pastinya jadi dia😰,

    Comment on chapter Bab 17- Gus Azam
  • riema al karimah

    Berat bnget berada d posisi rara,,, kamu harus kuata rara, kamu wanita kuat🥺

    Comment on chapter Bab 16- Perubahan
  • riema al karimah

    Keputusan yg sulit bagi keduanya,, semoga bisa d permudah ke depanya, dn mendapat restu umi

    Comment on chapter Bab 15- Penerimaan
  • riema al karimah

    Semoga ada hikmah d balik duka ini, gus azmir n rara semoga ininjadi awal kisah kalian🥺

    Comment on chapter Bab 14- Hilangnya Separuh Jiwa
  • riema al karimah

    Innalilahi wainna ilaihi Raji'un,,,,,, sedih bnget ka, rara kehilngan semua keluarganya😭😭😭😭😭
    Tpi keputusan gus azmir sdh tepat, scra tdk lngsung dia sdah menemukan bidadri dlm mimpinya,, semoga bisa mnyembuhkan duka d hati rara

    Comment on chapter Bab 13- Sehidup Semati
  • riema al karimah

    Ya Alah ka,,,, sedih bnget lihatnya,,, kasian bnget rara ka,,,, 😭😭😭😭

    Comment on chapter Bab 12- Malaikat Pelindung
Similar Tags
Lantunan Ayat Cinta Azra
1173      675     3     
Romance
Perjalanan hidup seorang hafidzah yang dilema dalam menentukan pilihan hatinya. Lamaran dari dua insan terbaik dari Allah membuatnya begitu bingung. Antara Azmi Seorang hafidz yang sukses dalam berbisnis dan Zakky sepupunya yang juga merupakan seorang hafidz pemilik pesantren yang terkenal. Siapakah diantara mereka yang akan Azra pilih? Azmi atau Zakky? Mungkinkah Azra menerima Zakky sepupunya s...
A Broken Life
553      387     8     
Short Story
Why does it have to be my life?
Sweet but Psycho
960      623     3     
Short Story
Bisa dibilang dunia sedang goyah. Pembunuhan berantai berjejak manicure, sesuatu yang terus mengikuti, hal-hal aneh menelingkupi kehidupanku. Tapi jangan katakan aku tidak punya pelindung. Ada seorang kekasih, juga sahabat yang ada di sisiku. Selalu, atau...tidak.
Missing Piece
545      344     1     
Short Story
A story of a girl who was 'looking' for happiness.
The Maiden from Doomsday
10842      2423     600     
Fantasy
Hal yang seorang buruh kasar mendapati pesawat kertas yang terus mengikutinya. Setiap kali ia mengambil pesawat kertas itu isinya selalu sama. Sebuah tulisan entah dari siapa yang berisi kata-kata rindu padanya. Ia yakin itu hanya keisengan orang. Sampai ia menemukan tulisan tetangganya yang persis dengan yang ada di surat. Tetangganya, Milly, malah menyalahkan dirinya yang mengirimi surat cin...
For the Better
469      317     0     
Short Story
Neil Olson is a bright boy with big dreams. In the era where technology has reached the apex, amidst the complacent society, we look upon his journey as he set about defining his goals for his future - and the rest of humanity.
Kebaikan Hati Naura
647      366     9     
Romance
Naura benar-benar tidak bisa terima ini. Ini benar-benar keterlaluan, pikirnya. Tapi, walaupun mengeluh, mengadu panjang lebar. Paman dan Bibi Jhon tidak akan mempercayai perkataan Naura. Hampir delapan belas tahun ia tinggal di rumah yang membuat ia tidak betah. Lantaran memang sudah sejak dilahirikan tinggal di situ.
BROWNIES PEMBAWA BENCANA
479      317     3     
Short Story
Sejak pindah, Bela bertemu dan mulai bersahabat dengan tetangga rumahnya, Dika. Di suatu kesempatan, Bela mencoba membuat brownies untuk Dika dan akhirnya juga membuat Dika pergi meninggalkan tanda tanya dengan memberi sebuah surat bersambung untuknya. Akankah, brownies buatan Bela mendatangkan bencana?
Gunay and His Broken Life
8734      2540     0     
Romance
Hidup Gunay adalah kakaknya. Kakaknya adalah hidup Gunay. Pemuda malang ini telah ditinggal ibunya sejak kecil yang membuatnya secara naluri menganggap kakaknya adalah pengganti sosok ibu baginya. Hidupnya begitu bergantung pada gadis itu. Mulai dari ia bangun tidur, hingga kembali lagi ke tempat tidur yang keluar dari mulutnya hanyalah "kakak, kakak, dan kakak" Sampai memberi makan ikan...
Slash of Life
8517      1806     2     
Action
Ken si preman insyaf, Dio si skeptis, dan Nadia "princess" terpaksa bergabung dalam satu kelompok karena program keakraban dari wali kelas mereka. Situasi tiba-tiba jadi runyam saat Ken diserang geng sepulang sekolah, kakak Dio pulang ke tanah air walau bukan musim liburan, dan nenek Nadia terjebak dalam insiden percobaan pembunuhan. Kebetulan? Sepertinya tidak.