“Nanti engkau akan paham tentang sekenario Allah yang paling indah. Di saat engkau berniat untuk mencari sesuatu, tetapi Allah justru hadirkan satu anughra. Di saat engkau tidak pernah berpikir untuk mengejar, tetapi Allah berikan kemudahan untuk tiba-tiba engkau dapatkan.”
_Gus Baha_
***
Deghh…
Begitu kagetnya gus Azmir mendengar suara lantang dan tegas istrinya, gus Azmir berpikir apakah kejiwaan istrinya sudah Kembali pulih.
“Ya Allah, apa istri hamba…”
Gus Azmir sampai tidak sanggung melanjutkan ucapan nya karena saking Bahagia nya melihat istrinya telah Kembali seperti dirinya yang semula.
“CUKUP KALIAN MENGHINAKU GILA, CUKUP KALIAN TERUS MENGHINA SUAMIKU.”
“Turunkan nada bicaramu Rara.” Bentak Haniah.
“Seharusya wanita sepertimu lah yang harus diam, apa kamu tidak memiliki rasa malu Haniah??”
“Sikapmu telah membuktikan betapa rendahnya harga dirimu di mata laki-laki.”
Omar mengangkat tangan nya berusaha menampar Rara karena telah menghina putri semata wayang nya di hadapan banyak orang. “Harga diri seorang pria akan jatuh sejatuhnya di hadapan wanita Ketika berani mengangkat tangan kepada wanita.” Ucap Rara tidak takut sama sekali.
Omar langsung menurunkan tangan nya dengan penuh emosi, ia tidak akan membuat kesalahan dengan melukai Rara di hadapan banyak orang. Putrinya sudah membuat keluarga nya malu, jadi ia tidak akan membuat citranya hancur di hadapan masyarakat.
Rara langsung berlari menuju gus Azmir yang sejak tadi tersenyum kearah nya walaupun punggung terus di cambuk tapi senyuman nya tidak pudar sama sekali.
“Gus Azmir, beliau suamiku, beliau bang Az ku…” Lirih Rara sambil menghapus air mata nya.
Lihatlah suaminya malah tersenyum kearah dirinya, seolah tidak merasakan sakit akibatn cambukan di punggung nya walaupun baju koko nya telah berlumur darah.
Cetar…
Di saat cambukan ke 80 kali Rara langsung berlari dan melindungi suaminya, dan menjadikan punggung nya sasaran cambukan itu.
“Allahuakbar…” Lirih Rara saat merasakan cambukan keras itu mendarat di punggung nya.
“RARA.” Teriak gus Azmir dan gus Azam serempak.
Gus Azam berniat berlari menuju Rara dan gus Azmir, namun pergerakan nya terhenti lantaran orang-orang menahan nya. Gus Azam berusaha memberontak meskipun saat ini lengan nya terkena sayatan pisau saat berkelahi dengan anak buah Omar.
Air mata gus Azmir luruh begitu saja ketika istrinya menjadi tameng untuknya. “Ra…”
Rara menggelengkan kepala nya sambil menitihkan air mata nya menatap gus Azmir. “A-pa terasa begitu sakit?” Lirih Rara terbata-bata sambil menggigit bibir bawa nya.
Gus Azmir menggelengkan kepala nya pelan, “Tidak sakit sama sekali, sakitnya seperti saat kamu mencubit abang.”
“Bang Az, berbohong rasa nya begitu sakit.” Sauth Rara pelan.
“Kenapa kamu melindungi bang Az??”
“Bang Az tidak bersalah, Rara yakin semua tuduhan ini fitnah.”
“Abang tidak butuh semua orang untuk mengetahui kebenaran nya, cukup Allah dan kamu sudah cukup sayang.” Lirih gus Azmir dengan suara begitu lemas.
Rara langsung memeluk gus Azmir sambil terisak, sudah cukup suaminya di perlakukan tidak adil. Selama ini gus Azmir telah menjaga dan melindunginya, ini saat nya ia yang bertindak mengeluarkan suaminya dari jeratan fitnah.
“Menyingkirlah nona, agar kami bisa melanjutkan hukuman.”
Rara menghapus air mata nya dengan gusar, “Hukuman tidak akan di lanjutkan karena suami saya tidak bersalah.”
“Maaf nona, tapi suami anda sendiri yang mengambil Keputusan untuk menerima hukuman dera dan rajam.”
“Suami saya mengambil Keputusan itu karena tidak mau membuat Allah SWT murka kepada nya, suami saya tidak mau berpoligami walaupun dalam islam hal itu di perbolehkan.”
“Apa kalian tidak bisa melihat betapa setianya suami saya?? Jika beliau mau mengapa tidak dari lama menghianati saya? Banyak santri di pesantren mengapa harus Hanih yang di pilih?”
“Karena gus Azmir mencintai ku.” Sauth Haniah.
“Bukan, suami saya tidak pernah mencintai kamu Haniah.”
“Suami saya hanya mencintai saya, istri sah nya bukan wanita yang bukan mahram nya.” Sauth tegas Rara.
“Apa buktinya jika gus Azmir mencintaimu hah??”
“Jangan mengelak dari fakta, karena pria yang kamu panggil suami telah…”
Rara langsung mengangkat satu tangan nya dan menghentikan ucapan Haniah. “Tidak ada bukti yang harus di tunjukkan dalam cinta, karena cinta tidak terlihat melainkan hati lah yang bisa merasakan nya.”
“Perempuan sepertimu tidak akan paham dengan cinta, karena kamu hanya terobsesi ingin memiliki beliau sebagai suami mu.”
“Kamu wanita bodoh, yang kamu tahu hanya sisi baiknya gus Azmir tidak dengan sisi lain nya.”
“Lebih baik saya menjadi wanita bodoh, dari pada menjadi wanita yang pintar. Kamu tahu dosa besar memfitnah orang, kamu paham betul aturan agama, kamu adalah sosok wanita yang sempurna di mata manusia.”
“Tapi kamu tidak sadar, kamu telah terlena akan pujian semua orang selama ini. Kamu terlena akan paras cantikmu, setiap kali orang memujimu kamu selalu menyombongkan nya, tapi kamu adalah seorang wanita licik yang mudah menyembunyikan wajah aslimu.”
“Selama ini aku diam, kamu pikir wanita gila sepertiku tidak akan mengetahui wajah palsu mu??”
“DIAM KAMU PEREMPUAN GILA.” Bentak Haniah begitu emosi menatap Rara.
Rara hanya menatap Haniah begitu saja, lihatlah bagaimana ketakutan Haniah saat ini. Semua orang kali ini diam membiarkan dua wanita ini beradu argument, para pihak penghukum dera juga sengaja diam agar bisa menegtahui kebenaran yang aslinya.
“Aku hanya menuntut pertanggung jawaban gus Azmir atas perbuatan nya kepada ku, aku hanya ingin gus Azmir menikahiku agar anak dalam kandungan ku lahir memiliki keluarga lengkap.” Sambung Haniah.
“Jika memang benar suamiku telah berbuat zina bersama mu, maka aku sendiri lah yang akan meminta suamiku untuk menikahimu.”
Deghh…
Lagi-lagi ucapa Rara membuat semua orang terkejut, bahkan gus Azam sampai geleng-geleng kepala melihat sikap asli Rara yang begitu tegas dan tidak takut kepada siapa pun.
“Sayang…”
“Rara tahu bang Az tidak bersalah.” Sauth Rara sambil menatap kearah suaminya.”
“Saya ingin bertanya, kapan suami saya berbuat zina dengan Perempuan itu? Sudah berapa bulan usia kandungan nya?” Tanya Rara menatap semua pihak yang berada di barisan belakang suaminya, yang tak lain adalah para penghukum dera.
“Kami hanya mendapatkan info jika gus Azmir telah menzinai seorang Perempuan dan tidak mau bertanggung jawab.”
Rara tersenyum hambar sepertinya beberapa dari mereka ada yang di bayar oleh Omar, bahkan Haniah juga tidak menunjukkan bukti kehamillan nya. Tidak ada bukti apa pun hanya omong kosong saja yang jadikan bukti.
“Menghukum tanpa bukti, omong kosong yang jadi patokan.”
“Seharusnya hukum Dera sudah tidak di berlakukan lagi di zaman sekarang, hukum dera hanya di berlakukan pada masa dulu, dan hukum dera terjadi Ketika ada bukti yang jelas.”
“Ini sudah menyalahi aturan hak asasi manusia, meskipun di berbagai daerah masih menerapkan hukum dera bagi pelaku zina. Namun disini semua salah, kalian tidak memiliki bukti apa pun untuk menghukumi suami saya.”
“Jangan sok pintar mengenai hukum, ini sudah menajdi tradisi hukum yang di berlakukan.” Sauth pimpinan mereka.
“Tradisi lama yang seharusnya sudah tidak di berlakukan lagi, saya bisa menuntu dan menghentikan tradisi kuno kalian ini karea telah menyiksa orang yang tidak bersalah.”
“Saya bisa menuntut balik, dan akan menghentikan operasional pesantren dan mencabut izin pesantren di negara.” Sauth Omar.
“Silahkan kami tidak takut, karena kami tdak bersalah.”
“Kamu menantan saya hah??”
Rara mengangguk pelan, sambil tersenyum karena suaminya tidak bersalah itu sebab nya Rara berani maju menghadapi mereka semua.
“Katakan kapan suami saya berbuat hal itu? Dimana tempat nya? Sudah berapa lama kalian melakukan hubungan terlarang itu?”
Haniah terdiam ia begitu takut kali ini, kemudian Atiya menegur putrinya. “Ayo katakana nak, seperti apa yang kamu ceritkan kepada kami.”
Haniah mengangguk pelan, “Malam itu disaat acara perlombaan banjari di surabay, gus Azmir yang mengantar beberapa santri pergi kesana, karena kami sampai di sana malam hari jadi kami menginap di hotel dengan yang lain nya. Gus Azmir masuk ke dalam kamar hotel saya dan melakukan hal itu, saya sudah menolaknya tapi gus Azmir tetap memaksakan.”
“Bagaimana kamu bisa yakin jika itu gus Azmir?” Tanya Rara dengan hati yang begitu sakit, walaupun ia juga yakin suaminya tidak akkan berbuat hal itu.”
“Fitnah saya tidak melakukan hal itu.”
“Berkata jujur lah gus, malam itu meskipun keadaan nya gelap tapi saya yakin itu gus Azmir, bau parfumnya dan juga….”
“Jangan berkhayal malam itu saya memang menagtar kalian ke hotel tapi saya Kembali ke pesantren.” Sauth gus Azmir.
“Cukup jangan berbohong lagi.”
“Haniah kamu yang seharusnya berhenti untuk berbohong, malam itu saya datang ke hotel karena permintaa gus Azmir, beliau menitipkan santrinya kepada saya dan beliau Kembali ke Jakarta karena merasa tidak tenang meninggalkan istrinya.”
“Dengarkan itu jangan membuat cerita bohong lagi.” Sambung gus Azmir dengan sorot tatapan tajam.
Rara juga ingat waktu itu sekitar setengah 4 suaminya pulang ke rumah, bahkan saat itu Rara belum bangun tidur. Padahal gus Azmir sudah berpamitan untuk berada di surabya sampai acara nya selesai, tapi suaminya malah pulang ke rumah.
“Rara juga ingat, bang Az pulang sebelum subuh.”
“Sudah bia di pastikan kamu membuat cerita palsu, bahkan saya tidak pernah menatap Haniah.” Lanjut gus Azmir.
“DIAM!!! IA SEMUA MEMANG FITNAH KARENA AKU SANGAT MENCINTAI GUS AZMIR, AKU TIDAK TERIMA KARENA SUDAH KALAH DARI PEREMPUAN GILA SEPERTI RARA.”
“AKU SANGAT MENCINTAIMU GUS…” Teriak Haniah sambil menangis, kemudian berlari pergi begitu saja meninggalkan semua orang yang menatap Hania dengan tatapan tidak suka karena kelicikan nya.
Gus Azam, gus Azmir, dan Rara merasa lega karena akhirnya Haniah mau buka suara. Omar dan Atiya langsung pergi mengejar Haniah, mereka begitu merasa malu sekali akibat ulah putri mereka.
Kisah yg banyak menguras Air mata😭 tp ending ny begitu menakjubkan pertolongan Allah hadir d'waktu yg tepat. Kebahagiaan pun d'raih oleh Gus Azmir & Rara🥰💗
Comment on chapter Bab 30- Ending